AsmaDroid: Aplikasi Edukasi Manajemen Diri Asma Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Pasien Dan Kualitas Kontrol Asma

MT GHOZALI, Prof. Dr. apt. Satibi, S.Si., M.Si.; Prof.Dr. apt.Zullies Ikawati; https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=lutfan+lazuardi

2021 | Disertasi | DOKTOR ILMU FARMASI

Implementasi aplikasi ponsel cerdas di era digital ini mulai merambah hampir di semua sektor kehidupan, termasuk edukasi untuk pasien dan promosi kesehatan. Dalam penyampaiannya, apoteker kini memiliki pilihan media alternatif yang lebih bersifat personal dan dapat menjangkau masyarakat luas. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan aplikasi manajemen diri asma, dan untuk menganalisis efektivitas intervensi edukasi digital berbasis aplikasi dalam meningkatkan pengetahuan dan kualitas kontrol asma. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: perancangan, pengembangan, dan implementasi aplikasi manajemen diri asma, analisis efektivitas intervensi edukasi digital dalam meningkatkan pengetahuan dan kualitas kontrol asma. Tahap pertama penelitian mengaplikasikan pendekatan User Centered Design (UCD), sedangkan quasi-eksperimental dengan model two groups pretest-posttest with control group untuk tahap kedua dan ketiga. Jumlah responden yang terlibat dalam tahap pertama adalah 30 orang yang terpilih secara purposive sampling, sedangkan 140 orang dalam tahap kedua dan ketiga yang terpilih secara quota sampling. Di penelitian tahap kedua dan ketiga, responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: kontrol dan perlakuan. Penelitian ini berlokasi di Yogyakarta, dan dilakukan mulai dari bulan Mei 2018 hingga Agustus 2020. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan paired sample t-test dan independent sample t-test untuk menganalisis efektivitas intervensi edukasi digital terhadap pengetahuan umum asma, sedangkan Wilcoxon dan Mann Whitney untuk menganalisis kontrol asma. Penelitian ini menghasilkan produk berupa aplikasi ponsel cerdas manajemen diri asma AsmaDroid yang memiliki fitur edukasi asma serta fungsi pendukung, seperti pencatat daftar obat, catatan harian penderita, catatan peak flow, uji kontrol asma, rencana aksi asma, chat, dan peta rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat berdasarkan Global Positioning System. Hasil penelitian menemukan peningkatan derajat pengetahuan di kelompok perlakuan sebesar 4,49 dengan signifikansi 0,000, sedangkan kelompok kontrol tidak ditemukan. Selain itu, kontrol asma ditemukan mengalami kenaikan di kelompok perlakuan sebesar 1,4 dengan signifikansi 0,000, sedangkan kelompok kontrol tidak ditemukan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa intervensi edukasi digital terbukti membantu meningkatkan pengetahuan sekaligus kontrol asma. Secara praktis, penderita asma dapat menggunakan aplikasi tersebut sebagai alat pendukung edukasi diri, sedangkan tenaga kesehatan profesional dapat menggunakannya sebagai media edukasi kepada pasien. Dalam prakteknya di dunia klinik, penelitian lebih lanjut masih harus dilakukan untuk menganalisis efektifitas model intervensi ini terhadap luaran klinis maupun non-klinis yang lain, misalnya: cost effectiveness, Living with Asthma Questionnaire (LWAQ) dan Asthma Quality of Live Questionnaire (AQLQ).

The implementation of smartphone apps in this modern digital era has begun to penetrate almost all sectors of human life, including patient education and health promotion. Todays pharmacists are now having an option of alternative media that are more personal and can reach the wider community. The main objectives of this study were to design, develop, and implement an asthma self-management app, and to analyze the effectiveness of the app-based digital intervention education method in improving asthmatics knowledge and quality of asthma control. This research mainly consisted of three phases, namely: design, development, and implementation of asthma self-management app, analysis of the effectiveness of digital education intervention in improving the knowledge and quality of asthma control. The first phase applied the User Centered Design (UCD) approach, while quasi-experimental used two groups pretest-posttest with control group method for the second and third phases. The number of respondents involved in the first phase was 30 asthmatics recruited by purposive sampling approach, while 140 asthmatics in the second and third phase were by quota sampling. In the second and third phase, respondents were divided into 2 groups: control and intervention. This research was located in Yogyakarta and conducted from May 2018 to August 2020. Data were statistically analyzed by applying a paired sample t-test and independent sample t-test method to analyze the effectiveness of digital education intervention on asthma knowledge, while Wilcoxon and Mann Whitney for asthma control. The result of this research was an asthma self-management smartphone app, known as AsmaDroid, featuring education content and supporting functions, such as medication list recorder, asthmatics diary peak flow records, asthma control test, asthma action plan, chatbox, and map of hospital or nearest clinic based on the GPS. This research found an improvement in the knowledge in the intervention group by 4.49 with a significance of 0.000, while none in the control group. Additionally, the asthma control was also improved by 1.4 with a significance of 0.000. This research concluded that app-based digital education intervention was proven to help improve asthmatics knowledge and asthma control. Practically, asthmatics can run the app as a tool to support self-education, while health professionals can use it as a medium for patient education purposes. In the real clinical world, further research still needs to be performed to analyze the effectiveness of this model on other clinical and non-clinical outcomes, including: cost effectiveness, Living with Asthma Questionnaire (LWAQ) and Asthma Quality of Live Questionnaire (AQLQ).

Kata Kunci : asma, asmadroid, kontrol asma, manajemen diri, pengetahuan