SIMPUL JARINGAN PERKERETAAPIAN DAN KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT PROBOLINGGO TAHUN 1875-1942
NANANG SETIAWAN, Nur Aini Setiawati, Ph.D
2021 | Tesis | MAGISTER SEJARAHAwal masuknya kereta api dan trem merupakan keputusan politik yang pada perkembangannya mengarah sebagai transportasi penting pada sektor perekonomian. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pembangunan jalur kereta api menuju bagian timur dari Surabaya menuju Probolinggo oleh Staatspoorwegen (SS) dan pembangunan jalur cabang trem di dalam wilayah Karesidenan Probolinggo oleh Probolinggo Stomtram Maatschappij (PbSM) merupakan proses panjang yang tidak dapat lepas dari kepentingan ekonomi. Muncul, tumbuh, dan berkembangnya perkeretaapian kemudian membawa pengaruh besar terhadap kondisi sosial - ekonomi, lebih lanjut dalam membuka pedalaman dan pengaruh dunia yang lebih luas di tingkat lokal masyarakat Probolinggo. Hal ini kemudian menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian. Tujuan penelitian ini diarahkan untuk mengkaji mengenai simpul jaringan perkeretaapian di wilayah Probolinggo pada tahun 1875 - 1942, beserta dampak yang ditimbulkan setelah beroperasinya transportasi tersebut. Menggunakan berbagai sumber dari arsip pemerintah kolonial Hindia Belanda dan surat kabar sezaman, menunjukkan bahwa transportasi kereta api dan trem tidak hanya sekedar berperan mempercepat laju pengangkutan penumpang dan barang. Fakta yang ada telah membawa pada modernisasi wilayah dan juga mendorong perubahan sosial-ekonomi pada masyarakat Probolinggo. Terutama pada titik pemberhentian perkeretaapian karena menjadi lokasi konsentrasi masyarakat beserta segenap sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang memunculkan kegiatan perekonomian di sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya sentra ekonomi baru seperti pasar serta meningkatnya mobilitas sosial sebagai bentuk respons positif masyarakat terhadap keberadaan transportasi. Lebih lanjut sebagai moda transportasi baru yang membawa nilai kemodernan, pada akhirnya berpengaruh terhadap proses terbentuknya budaya berkeretaapi yang muncul dari interaksi antara ruang fisik dan ruang sosial mengarah pada gaya hidup baru (bepergian, kegiatan mudik, diskriminasi penumpang pribumi, kriminalitas, dan konsumerisme) masyarakat Probolinggo yang mentradisi.
The beginning of trains and trams entering society livelihood was a political decision that leads to the development of how transportation sector is significant in the economy. Thus it can be understood that the construction of a railway line to the eastern part of Surabaya to Probolinggo by Staatspoorwegen (SS) and the construction of a tram branch line in the Probolinggo Residency by Probolinggo Stomtram Maatschappij (PBSM) is a long process that cannot be separated from economic interests. The emergence, growth and development of railways then had a major influence on socio-economic conditions, further opening up the interior and wider world influence at the local of the Probolinggo community. Therefore, researcher investigate these propositions as the background for the research topics. The purpose of this study was directed to study the railroad network nodes in the Probolinggo area in 1875-1942, along with the impacts after the operation of the transportation. The archives of the Dutch East Indies colonial government and contemporary newspapers show that rail and tram transportation are not only play a role in accelerating the rate of transporting passengers and goods. However, they also led to the modernization of the region and stimulated socio-economic changes of Probolinggo society. Especially at the railroad dismissal point where concentration of the community was placed along with all attitudes, behaviour, and actions that give rise to economic activities around it. This was evidenced by the emergence of new economic centers such as markets establishment and social mobility escalation as a positive form of public response to the transportation existence. Furthermore, this new mode of transportation that carries modern values affects the process of forming a railroad culture which is formed from the interaction between physical space and social space. Hence, it leads to a new lifestyle (traveling, discrimination of indigenous passengers when return to the hometown, crime, and consumerism) by the traditional Probolinggo people.
Kata Kunci : Transportasi, Perkeretaapian, Sosial-Ekonomi, Probolinggo