Analisis Tingkat Pengetahuan Tentang Program Ayo Buang Sampah Obat Pada Apoteker Yang Bekerja Di Apotek Provinsi DIY
ACHMAD WAHYUDI, Dr. Chairun Wiedyaningsih, M.Kes., M.AppSc;Dr. Susi Ari Kristina, M.Kes., Apt
2021 | Tesis | S2 Magister Manajemen FarmasiPada tahun 2013, sebanyak 32,5% rumah tangga di Indonesia menyimpan obat-obatan untuk di simpan. Penyimpanan obat di rumah tangga dapat meningkatkan resiko kesalahan dalam pembuangan obat yang tidak sesuai. Program Ayo Buang Sampah Obat dibentuk untuk meminimalkan resiko akibat pembuangan obat yang tidak sesuai dan melihat apoteker dalam menangani obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengetahuan tentang program Ayo Buang Sampah Obat pada apoteker yang bekerja di apotek Provinsi DIY. Jenis penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sampel penelitian adalah apoteker dari lima kabupaten di Yogyakarta sebanyak 261 yang bekerja di apotek dan apotek yang bekerja sama dan tidak dengan program Ayo Buang Sampah Obat. Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner melalui google form, terdiri dari karakteristik apoteker dan pengetahuan tentang program Ayo Buang Sampah Obat. Data dianalisis statistik untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan apoteker. Analisis data dilakukan secara deskriptif, uji chi-square dan dianalisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan apoteker yang bekerja di apotek provinsi DIY yang membuang obat yaitu melalui wastafel dalam bentuk cair 102 (39,1%) dan dikembalikan ke distributor dalam bentuk solid dan semi solid 68 (26,1%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa apotek yang melayani PRB, usia dan lokasi apotek berhubungan dengan tingkat pengetahuan apoteker (p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan apotek melayani pasien rujuk balik paling berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan apoteker (nilai Wald 8,937), dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan apoteker tentang pembuangan obat masih rendah dikarenakan dari 261 sampel apoteker, 178 (68,2%), apoteker yang memilih membuang obat ke tempat sampah. Apotek melayani pasien rujuk balik memiliki hubungan dengan pengetahuan apoteker dan faktor paling berpengaruh adalah apotek melayani pasien rujuk balik. Hasil penelitian ini digunakan untuk meningkatkan kesadaran apoteker tantang pentingnya pengetahuan program Ayo Buang Sampah Obat terkait pembuangan obat secara tepat.
In 2013, as many as 32.5% of households in Indonesia stored medicines for storage. Storage of medicines in the household can increase the risk of errors in improper disposal of drugs. the Let's Get Rid of Drug Waste program was formed to minimize the risk due to inappropriate drug disposal and to see pharmacists in handling drugs. This study aims to determine the analysis of the level of knowledge about the program Let's Get Rid of Drug Waste at pharmacists who work in pharmacies in Yogyakarta Province. This type of research uses a cross-sectional design. The research sample was 261 pharmacists from five districts in Yogyakarta who work in pharmacies and pharmacies that collaborate with the Let's Get Rid of Drug Trash program. The data collection technique used a questionnaire via google form, consisting of pharmacist characteristics and knowledge of the Let's Get Rid of Drug Waste program. Data were analyzed statistically to determine the level of pharmacist knowledge. Data analysis was performed descriptively, chi-square test and multivariate analysis using multiple logistic regression tests. The results of the analysis showed that the level of knowledge of pharmacists who worked in pharmacies in Yogyakarta province who disposed of drugs was through the sink in liquid form 102 (39.1%) and returned to the distributor in solid and semi-solid forms 68 (26.1%). The results of bivariate analysis showed that pharmacies serving DRR, age and location of pharmacies were associated with pharmacist knowledge levels (p <0.05). The results of multivariate analysis showed that pharmacies serving return referral patients had the most influence on the pharmacist's level of knowledge (Wald value 8.937), with a confidence level of 95%. Based on the results above, it can be concluded that the knowledge of pharmacists about drug disposal is still low because of the 261 sample of pharmacists 178 (68,2%) pharmacists who choose to dispose of drugs in the trash. Pharmacies serving return referral patients have a relationship with pharmacist knowledge and the most influential factor is that pharmacies serving return referral patients. The results of this study are used to increase the awareness of pharmacists about the importance of knowledge of the "Let's Get Rid of Drug Waste" program regarding the proper disposal of drugs.
Kata Kunci : apoteker,pengetahuan,apotek, sampah obat