Laporkan Masalah

Perkembangan Morfologi Kota Boyolali Tahun 1862-1944 dan Faktor-faktor Penyebabnya: Kajian Arkeologi Perkotaan

FUAD ANSHORI, Dr. Mimi Savitri, M.A.

2021 | Skripsi | S1 ARKEOLOGI

Penelitian ini membahas mengenai perkembangan morfologi kota Boyolali tahun 1862 sampai dengan tahun 1944 dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Boyolali pada awalnya merupakan sebuah daerah yang masuk kedalam wilayah Kasunanan Surakarta. Letak Boyolali sangat strategis karena berada diantara Surakarta dan Semarang yang terhubung oleh jalan Pos yang digunakan sebagai jalur perdagangan. Hal ini ditandai dengan pendirian Benteng Veldwechter di Boyolali pada tahun 1831 oleh Kolonial Belanda sebagai sarana pertahanan dan juga gudang penyimpanan barang dagang. Hasil-hasil perkebunan yang dikumpulkan di wilayah Kasunanan Surakarta kemudian dikirimkan melalui jalur darat melewati Boyolali, Salatiga, Ungaran, hingga pada akhirnya sampai ke pelabuhan di Semarang. Melihat nilai strategis Boyolali diantara jalur perdagangan Surakarta dan Semarang, Boyolali yang pada saat itu hanya terdapat benteng, kemudian berkembang menjadi sebuah kota. Hal inilah yang melatarbelakangi untuk dilakukan kajian mengenai perkembangan Kota Boyolali. Salah satu cara untuk melihat perkembangan kota adalah dengan melihat perubahan morfologi kota itu sendiri. Variabel yang digunakan untuk melihat perkembangan morfologi kota Boyolali yaitu perkembangan jaringan jalan, tipe-tipe bangunan, dan penggunaan lahan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menjawab permasalahan dengan melalui empat tahapan. Tahap pertama adalah pengumpulan data arkeologi, dan sejarah. Kedua adalah analisis spasial dengan menggunakan GIS berdasarkan temuan arkeologi dan peta-peta kuno dan analisis kesejarahan. Tahap ketiga adalah interpretasi dengan menggabungkan hasil analisis spasial dan kesejarahan. Tahap keempat adalah penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 1862 sampai dengan 1944, Kota Boyolali mengalami perkembangan. Masa Pemerintahan Kolonial Belanda merupakan masa yang paling berperan dalam perkembangan Kota Boyolali. Hadirnya Pemerintah Kolonial Belanda untuk ikut mengatur jalannya pemerintahan di Kasunanan Surakarta merupakan keinginan untuk memperoleh keuntungan dari hasil perkebunan di tanah-tanah milik Kasunanan. untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah Kolonial kemudian membangun fasilitas jaringan jalan, rel trem, perkantoran, sekolah, pasar, gudang, dan lainnya yang kemudian merubah kondisi morfologi kota Boyolali. Faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan morfologi kota Boyolali yaitu faktor politik, ekonomi, sosial, dan lingkungan.

This research discusses the development of the morphology of the city of Boyolali from 1862 to 1944 and the factors which influence its development. Originally, Boyolali was included in the Surakarta Sunanate. Boyolali considered as a strategic location because it is located between Surakarta and Semarang that connected by the Pos Road which is used as a trade route. This is indicated by the establishment of Veldwechter Fort in Boyolali in 1813 by Dutch Indies Government as a means of defense and a warehouse for storing goods. The plantation products collected in the Kasunanan Surakarta area then sent by land through Boyolali, Salatiga, Ungaran, and finally reach the port in Semarang. Based on Boyolali�s strategic value between Surakarta and Semarang trade routes, Boyolali, which at that time only had a fort, then developed into a city. This is the background of the development of Boyolali city. The way to look at the development of a city is to look at the changes in the morphology of the city itself. The variables used to see the morphological development of Boyolali are : road network development; building types; and land use. This research uses descriptive analysis to answer the research problem through five stages. The first stage is the collection data consist of archaeological and historical data. The second is spatial analysis using GIS based on archaeological findings and ancient maps and historical analysis. The third stage is interpretation by combining the results of historical and spatial analysis. The fourth stage is conclusions. As a result, this study indicates that from 1862 to 1944 the city of Boyolali experienced development. The period of Dutch Indies Government rule played the most role in the development of Boyolali city. The presence of the Dutch Indies Government in Surakarta Sunanate was an urge to obtain profits from the plantation products on the lands that belong to the Kasunanan. To support this, the Dutch Indies Government then built road network facilities, tram tracks, offices, schools, markets, warehouses, and other which then changed the morphological conditions of Boyolali. The causative factors of the morphological development of Boyolali are: political; economic; social; and environmental factors.

Kata Kunci : Morfologi, Kota Boyolali, Perkembangan, Pemerintah Kolonial Belanda / Morphology, Boyolali City, Development, Dutch Indies Government

  1. S1-2021-383863-abstract.pdf  
  2. S1-2021-383863-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-383863-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-383863-title.pdf