The Powerless Religion Reinterpretation of Religious Symbol in Contemporary Horror Films
AMANDA VERANITA, Dr. Achmad Munjid
2021 | Tesis | MAGISTER AGAMA DAN LINTAS BUDAYAFilm horor selalu memiliki pangsa pasar tersendiri di perfilman Indonesia. Setiap masa memiliki karakter film horornya sendiri. Namun, film horor di Indonesia hampir tidak pernah jauh dari representasi agama sebagai protagonis yang superior. Agama yang dikenal dalam film horor Indonesia, umumnya hadir sebagai kekuatan baik yang mengalahkan kekuatan jahat. Pada masa Orde Baru, agama dan tokoh agama adalah antiklimaks yang menjadi solusi dalam menghadapi kejahatan. Namun, ada yang berbeda dari film horor kontemporer, dimana peran simbol-simbol agama mulai ditampilkan sebagai entitas yang lemah dan kehilangan superioritasnya. Simbol agama dalam Pengabdi Setan (2017) dan Kafir: Bersekutu dengan Iblis (2018) tidak lagi muncul sebagai sesuatu yang diunggulkan dalam film horor, bahkan perannya mulai ditiadakan sama sekali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dan konteks di balik fenomena tersebut dengan menggunakan 3 dimensi Analisis Wacana Kritis yang dikembangkan oleh Fairclough. Film horor kontemporer cenderung meninggalkan unsur agama sebagai entitas deus-ex-machina dan mengukuhkan pesan kemandirian dalam menyelesaikan masalah. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Perubahan regulasi membuka peluang investasi pada industri film yang mendorong produksi film horor berkualitas; 2. Kecenderungan sutradara atau penulis naskah menggunakan film sebagai media untuk merespon kondisi sosial masyarakat Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya intoleransi agama dan dominasi kelompok Islam dengan cara membentuk ulang realita ke dalam film fiksi; 3. Karakter cerita dalam film horor kontemporer dapat diinterpretasikan sebagai kehidupan sebagian masyarakat Indonesia saat ini. Dalam kaitannya dengan pengucilan sosial, ada kemandirian dalam pengambilan keputusan atau resiko yang merujuk pada kondisi ketika simbol-simbol agama tidak dapat lagi melindungi seseorang dari masalah.
Horror films always have their own market share in Indonesian cinema. Each period has its own horror trends and characters. Horror films in Indonesia are almost never far from the representation of religion as a superior protagonist. Religion in previous horror films was present as a good power that defeated evil forces. Religion and religious figures used to be anticlimax that defeated ghosts and evil forces. However, contemporary horror films had begun to trivialize the superior role of religion. Religious symbols in Pengabdi Setan (2017) and Kafir: Bersekutu dengan Iblis (2018) no longer appear as something superior, even its role begins to be completely eliminated. This study aims to determine the causes and context behind this phenomenon by using the 3-dimensional Critical Discourse Analysis model developed by Fairclough. Horror films tend to leave religious elements as deus-ex-machina entities and reinforce the message of independence in solving problems. From this study, it can be concluded that the factors that influence this include: 1. Changes in regulations that open up opportunities for investment in the film industry that encourage the production of quality horror films; 2. The tendency of directors or scriptwriters to use films as media to respond to social conditions of Indonesian society which are marked by increasing religious intolerance and the domination of Islamic groups by reshaping reality into a fictional story; 3. The character of the story in contemporary horror films can be interpreted as the life of some Indonesian people today. In relation to social exclusion, there is independence in decision making or risk which refers to the condition when religious symbols can no longer protect a person from real problems.
Kata Kunci : film, horror, reinterpretation, religion, society