Laporkan Masalah

Langgengnya Bacha Bazi di Afghanistan: Aspek Struktural, Kultural, dan Peran Aktor Eksternal Penopang Praktik Kekerasan

MAURIZKA CALLISTA CHAIRUNNISA, Dr. Poppy S. Winanti, MPP, M.Sc

2021 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Bacha bazi--kekerasan terhadap anak laki-laki di bawah umur yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelecehan seksual, pemerkosaan, serta penganiayaan oleh pria dewasa--merupakan fenomena familiar di Afghanistan. Meskipun kontroversial, praktik bacha bazi tetap berkembang. Bacha bazi sempat dilarang tegas semasa era Taliban sehingga praktiknya meredup sementara, setidaknya secara publik. Namun, pada masa sebelum dan sesudahnya, bacha bazi merajalela, bahkan ketika terdapat aturan hukum dan kehadiran aktor eksternal yang diharapkan dapat menghapuskannya; memunculkan gap antara ekspektasi dan realita. Membingkai praktik bacha bazi sebagai bagian fenomena kekerasan yang kompleks, tulisan ini menelusuri lapisan-lapisan penopangnya dari aspek domestik dan eksternal. Tulisan ini mengidentifikasi beberapa temuan penting dari konteks Afghanistan. Pertama, terdapat kesenjangan sosial-ekonomi dan ketimpangan relasi kuasa antara korban dan pelaku yang menopang kelanggengan bacha bazi. Kedua, bacha bazi menemukan justifikasinya dalam kepercayaan kultural yang dapat mengubah 'moral colors'-nya. Ketiga, aktor eksternal dapat berperan menyokong keberlangsungan bacha bazi, termasuk melalui pembiaran yang disengaja. Poin-poin tersebut dikemas sebagai manifestasi teori segitiga kekerasan serta konsep orientalisme dan prinsip realisme politik. Dilandasi teori dan konsep-konsep tersebut, tulisan ini berupaya menganalisis faktor-faktor penyebab langgengnya praktik kekerasan bacha bazi di Afghanistan secara holistik.

Bacha bazi--violence against underage boys which includes but not limited to the pratices of sexual harrassment, rape, and physical torture perpetrated by adult male--is a familiar phenomenon in Afghanistan. Although controversial, the practice persists to flourish. Bacha bazi was strictly banned during the ruling of Taliban, making it temporarily diminished from public. However, during the pre and post-Taliban era, bacha bazi thrives, despite the existence of legal provisions and external actors expected to help eradicating it; thus, gaps between expectations and reality occur. Framing the pratice of bacha bazi as a part of complex violence phenomena, this research investigates bacha bazi's supporting layers through both domestic and external factors. This research identifies pivotal findings from the case of Afghanistan. Firstly, the existing socio-economic inequalities and asymmetrical power relations between the victims and perpetrators underpin the continuity of bacha bazi. Secondly, bacha bazi finds its justifications within cultural belief which enables the changes of its 'moral colors'. Thirdly, external actors can also help sustaining bacha bazi through particular ways, including by deliberately neglecting the practice. Those findings are framed as the manifestations of violence triangle theory and the concept of orientalism and political realism principle. Supported by the aforementioned theory and concepts, this research aims to holistically analyze the causal factors sustaining the practice of bacha bazi in Afghanistan.

Kata Kunci : bacha bazi, Afghanistan, segitiga kekerasan, kekerasan struktural, kekerasan kultural, orientalisme, moral dan politik

  1. S1-2021-413141-abstract.pdf  
  2. S1-2021-413141-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-413141-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-413141-title.pdf