SOSIALISASI POLITIK UMAT MINORITAS (Studi Tentang Sosialisasi Politik Umat Katolik Paroki Santo Petrus Purwosari Kota Surakarta Pada Gelaran Pemilu 2019)

ENDIYANTO YOGA P, Prof. Dr. Haryanto, M.A

2021 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Tulisan ini membahas proses sosialisasi politik yang dilakukan oleh Umat Katolik Paroki Santo Petrus Purwosari Surakarta (Paroki Purwosari). Proses sosialisasi politik ini terjadi beberapa hari menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Lewat selebaran tanda petik Mencari dan Menyelamatkan tanda petik yang ada di rumah penulis, penulis dapat mengetahui adanya proses sosialisasi di sekitar rumah penulis yang masuk dalam wilayah Paroki Purwosari. Berkat selebaran dan sedikit informasi pendahuluan yang didapatkan oleh penulis, diketahui pula bahwa sosialisasi politik bertujuan untuk membentuk representasi Umat Katolik di parlemen. Dari sini, pertanyaan utama yang diusung penulis dalam kajian ini adalah bagaimana proses sosialisasi politik yang dilakukan oleh Paroki Santo Petrus Purwosari Surakarta dalam Pemilu 2019? Dari latar belakang tersebut, penulis lalu menggunakan dua teori yang digunakan sebagai landasan teori. Yang pertama adalah Sosialisasi Politik yang ditulis oleh Haryanto serta Teori Representasi khususnya Representasi Substantif yang ditulis oleh Hanna Pitkin. Tulisan ini kemudian dirancang oleh penulis sebagai tulisan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dalam mengumpulkan data, selain melakukan wawancara, penulis juga melakukan studi pustaka dan dokumentasi. Setelah melakukan pengumpulan dan analisis data, penulis mendapat kesimpulan yang dibagi ke dalam dua bagian, yakni sosialisasi politik dan representasi politik. Kesimpulan yang masuk dalam sosialisasi politik terdiri dari (1) awal mula terjadinya proses sosialisasi politik berasal dari Keuskupan Agung Semarang (KAS) (2) Umat Katolik Paroki Purwosari masuk dalam Budaya Politik Subjek (3) proses sosialisasi melibatkan lebih dari satu aktor (4) tim pelaksana juga menjadi peserta sosialisasi (5) Metode sosialisasi politik yang digunakan adalah metode sosialisasi politik langsung atau lebih rinci menggunakan metode edukasi politik. Lalu di bagian representasi politik, penulis juga menemukan beberapa kesimpulan seperti (1) KAS ingin membentuk representasi politik bagi Umat Katolik (2) Usaha tersebut terhambat oleh belum mampunya KAS maupun tim pelaksana mencari representasi yang mampu menampung kepentingan Umat Katolik (3) Dalam prakteknya, KAS dan tim pelaksana masih terjebak dalam representasi deskriptif (4) waktu yang terbatas juga membatasi tim pelaksana dalam menemukan representasi substantif (5) Keputusan KAS untuk memberi jarak dengan aktivitas politik pada akhirnya mempersulit keinginan gereja dalam mewujudkan representasi substantif bagi Umat Katolik.

This paper discusses the process of political socialization carried out by the Catholics of the Santo Petrus Purwosari Parish, Surakarta. This political socialization process took place few days before 2019 General Election (Pemilu). Through the "Mencari dan Menyelamatkan" leaflet in the author's house, the author could find out that there was a socialization process around the author's house which was in the Purwosari Parish administrative area. Thanks to the leaflet and a little preliminary information obtained by the author, it was also known that political socialization aims to shape the representation of Catholics in parliament. The problem raised by the author in this study is how the political socialization process carried out by the Parish of St. Petrus Purwosari Surakarta in the 2019 Election? From this background, the author used two theories as the theoretical basis of the study; Political Socialization written by Haryanto and Representation Theory, especially Substantive Representation written by Hanna Pitkin. This study designed by the author as a qualitative paper with a case study approach. In collecting data, apart from conducting interviews, the authors also conducted literature and documentation studies. After collecting and analyzing the data, the author concluded the study into two parts, namely political socialization and political representation. The political socialization consisted of: (1) the beginning of the political socialization process originating from the Archdiocese of Semarang (KAS), (2) Purwosari Parish Catholics included as the Political Culture Subject, (3) the socialization process involved more than one actor, (4) the implementing team also became the participant in the socialization and, (5) the political socialization method used is the direct political socialization method; specificallyt he political education method. While in the political representation section consisted of: (1) the KAS wanted to form a political representation for Catholics, (2) this effort wae hampered by the inability of KAS and the implementing team to find representation that was able to accommodate the interests of Catholics, (3) in practice, KAS and the implementing team were still trapped in descriptive representations, (4) the limited time also limited the implementing team to find substantive representations and, (5) the KAS decision to distance itself from political activities ultimately complicated the church's desire to create substantive representations for Catholics.

Kata Kunci : Sosialisasi Politik, Representasi Politik, Umat Minoritas, Umat Katolik, Paroki Purwosari, Gereja Katolik, Political Socialization, Political Representation, Minority People, Catholic People, Purwosari Parish, Catholic Church