Laporkan Masalah

KONSEP MANUSIA MENURUT DRIYARKARA; RELEVANSINYA BAGI PEMBANGUNAN JATIDIRI MANUSIA INDONESIA

SUPRIYONO PURWO S, Prof. Drs. M. Mukhtasar S. M.Hum., Ph.D of Arts.; Dr. Septiana Dwiputri Maharani

2021 | Disertasi | DOKTOR FILSAFAT

Disertasi dengan judul "Konsep Manusia Menurut Driyarkara; Relevansinya Bagi Pembangunan Jati diri Manusia Indonesia" dilatarbelakangi oleh pentingnya pandangan filosofis tentang manusia dari Driyarkara, filsuf asli Indonesia yang meletakkan manusia sebagai titik sentral pemikiran filosofisnya. Driyarkara dengan pendekatan eksistensialisme dan fenomenologi berlingkaran menawarkan konsep manusia fundamental. Penelitian ini bertujuan menemukan konsep manusia menurut pemikiran antropologi metafisik Driyarkara, dan menemukan relevansinya bagi pembangunan jatidiri manusia Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan bidang filsafat yang menempatkan karya-karya Driyarkara di bidang filsafat manusia sebagai objek material dan antropologi metafisik atau filsafat manusia sebagai objek formal. Pengumpulan data dari bahan kepustakaan dilakukan dengan langkah-langkah klasifikasi data, reduksi data, dan penyajian data. Analisis data menggunakan pendekatan hermeutika filsofis dengan unsur-unsur metodik: historis, verstehen, interpretasi, heuristik, dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan:Pertama, Driyarkara berpijak pada dinamika pengalaman eksistensial manusia dalam berrelasi dengan dunia, dengan sesama manusia, dan dengan Tuhan. Melalui metode fenomenologi berlingkaran sampai pada manusia fundamental Pancasila, yakni persona dinamika dalam bermasyarakat dan bernegara bergotong royong mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bersama. Persona manusia mengembangkan diri sebagai "manusia demokratik". Persona manusia terikat dalam identitas kebangsaan dan dinamika persatuan kebangsaannya. Manusia universal mempunyai kesamaderajatan hidup bersama untuk peyempurnaan kemanusiaan. Manusia adalah citra Tuhan dengan nurani dan cinta kasih bersama-sama menghormati tiap bentuk ekspresi keagamaan sebagai jalan dan kesatuan gerak menuju Tuhan. Manusia berada dalam paradoks eksistensial, kemampuan dialektika budi akan menyatukan dalam keharmonisan (harmony unity). Kedua, kritik terhadap konsep manusia fundamental Driyarkara, yakni ketidakjelasan jalinan antar berbagai unsur dan dimensi eksistensial manusia itu saling terkait dan saling memengaruhi. Meski demikian konsep manusia Driyarkara tetap aktual dan memiliki relevansi teoritis maupun praktis bagi pembangunan jati diri manusia Indonesia. Secara teoritis meletakan landasan filosofis jati diri manusia sebagai cerminan nilai-nilai Pancasila. Secara praktis memberi inspirasi jati diri manusia yang harus dibangun dengan landasan akar budaya Pancasila. Konsep manusia Driyarkara layak diawacanakan dalam pembudayaan melalui pendidikan yang diarahkan pada proses pemanusiaan dengan menumbuh-kembangkan bakat kognitif, religius, estetis agar manusia lebih otonom dan berharkat, hingga aktual dalam praktek kehidupan nyata.

The dissertation entitled: Human Concept According to Driyarkara; Its Relevance for Indonesia's Human Identity Building" was motivated by the importance of a philosophical view of humans from Driyarkara, an original Indonesian philosopher who put humans as the central point of his philosophical thinking. Driyarkara with its existentialism and phenomenology approach offers a fundamental human concept. This study aims to discover the human concept according to Driyarkara's metaphysical anthropological thinking and to find its relevance for Indonesia's human identity building. This is a library research in the field of philosophy which places Driyarkara's works in the field of human philosophy as a material object and metaphysical anthropology or human philosophy as a formal object. Collecting data from library materials was conducted by using the steps of data classification, data reduction, and data presentation. The data analysis used a philosophical hermeneutical approach with methodical elements: historical, verstehen, interpretation, heuristic, and descriptive. The results showed: First, Driyarkara rests on the dynamics of human existential experiences in dealing with the world, with fellow humans, and with God. Through the phenomenological method looped down to the fundamental human of Pancasila, namely the persona of dynamics in society and the state working together to create justice and mutual welfare. The human persona develops itself as a "democratic man". The human persona is tied to national identity and the dynamics of national unity. Universal humans have equality of life together for the perfection of humanity. Humans are the image of God with conscience and love together respecting every form of religious expression as a way and unity of movement towards God. Humans are in an existential paradox, the dialectical ability of the mind will unite in harmony (harmony unity). Second, criticism of Driyarkara's fundamental human concept is namely the unclear relationship between various elements and human existential dimensions that are interrelated and influence each other. However, Driyarkara's human concept remains an actual matter and has theoretical and practical relevance for the development of Indonesian human identity. Theoretically, Driyarkara's human concept lays the philosophical foundation of human identity as a reflection of the values of Pancasila. Practically, it inspires human identity that must be built on the foundation of the cultural roots of Pancasila. The concept of Driyarkara human is reasonable to be introduced in culture through education which is directed at the humanizing process by developing cognitive, religious, and aesthetic talents so that humans are more autonomous and dignified, to actual ones in real-life practice.

Kata Kunci : manusia, relasi, persona-dinamika, homo sosio, eksistensi fenomenologi

  1. S3-2021-374005-Abstract.pdf  
  2. S3-2021-374005-Bibliography.pdf  
  3. S3-2021-374005-Tableofcontent.pdf  
  4. S3-2021-374005-Title.pdf