DETERMINAN PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANALISIS DATA SAKERNAS 2018)

JAGAD HIDAYAT JATI, Prof. Dr. Sri Rum Giyarsih, M.Si.; Dr. Luthfi Mutaali, M.T

2020 | Tesis | MAGISTER KEPENDUDUKAN

Provinsi DIY memiliki sumber daya manusia yang bagus dimana di tahun 2017 ranking IPM menempati posisi nomor 2 nasional serta 52,4 persen angkatan kerjanya berpendidikan menengah atas & pendidikan tinggi. Seharusnya semakin tinggi SDM maka semakin sedikit yang masuk ke sektor informal, namun pada kenyataannya di tahun 2017 pekerja sektor informal di DIY mencapai 54,91 persen. Meskipun bermodal manusia tinggi, para pekerja sektor informal terancam berpendapatan rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pengaruh karakteristik pekerja dan karakteristik usaha terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Provinsi DIY. Karakteristik pekerja terdiri dari pendidikan, pengalaman bekerja/usaha, status dalam rumah tangga, status perkawinan, jenis kelamin, dan umur. Kemudian karakteristik usaha terdiri dari jenis lapangan usaha, hari kerja, jam kerja, lama bekerja, penggunaan teknologi internet, dan pembukuan keuangan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif menggunakan sumber data sekunder. Sumber data berasal dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus 2018. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial melalui uji regresi logistik biner. Temuan penelitian menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun simultan masing-masing faktor dari kedua karakteristik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Provinsi DIY. Pekerja sektor informal di DIY yang berpeluang besar untuk mendapat pendapatan tinggi adalah mereka yang berpendidikan SMA/SMK ke atas, mempunyai pengalaman bekerja/usaha, tidak berstatus kepala rumah tangga dan pasangannya, belum kawin/cerai, berjenis kelamin laki-laki, berumur produktif, berada di lapangan usaha jenis jasa, hari kerja sebulan 20 hari atau lebih, jam kerja seminggu 35 jam atau lebih, lama kerja sudah 1 tahun atau lebih, menggunakan internet, dan menggunakan pembukuan keuangan.

DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) Province has good human resources where in 2017 the HDI ranked second top of national position and 52.4 percent of its workforce had high school education & higher education. Supposedly the higher the human resources, the less that enter the informal economy sector, but in fact in 2017 the informal sector workers in DIY reached 54.91 percent. Even though they have high human capital, informal sector workers are threatened with low income. This study aims to examine how the influence of worker characteristics and business characteristics on the income of informal sector workers in DIY Province. The characteristics of workers consist of education, work/business experience, status in the household, marital status, gender, and age. Then the characteristics of the business consist of the type of business field, working days, working hours, length of work, use of internet technology, and financial accounting. This research was conducted with quantitative methods using secondary data sources. The data source came from the National Labor Force Survey (Sakernas) in August 2018. Data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics through binary logistic regression tests. The research findings show that both partially and simultaneously each of the two characteristics have a significant effect on the income of informal sector workers in DIY province. Informal sector workers in DIY province who have the greatest opportunity to earn high income are those with high school/vocational education and above, have work / business experience, not the head of the household and their spouse, not married/divorced, amale, productive age, in the type of service business, 20 days or more working days a month, 35 hours or more working hours a week, 1 year or more working length, using internet, and using financial bookkeeping.

Kata Kunci : karakteristik pekerja, karakteristik usaha, pendapatan, sektor informal