Laporkan Masalah

Perempuan-Perempuan Tanpa Sayap: Akses dan Strategi Gelandangan di Yogyakarta Terhadap Sanitasi dan Produk Menstruasi

PASKALIA GRACIA S S, Dr. Sita Hidayah, M. A.

2021 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Menjadi miskin dan mengalami menstruasi membuat para gelandangan perempuan memiliki keterbatasan mengakses sanitasi, produk penyerap menstruasi sekali pakai, dan medikasi pereda nyeri. Penanganan menstruasi menuntut anggaran tambahan bagi gelandangan sehingga butuh strategi khusus untuk mendapatkannya, yaitu dengan mengatur skala prioritas atau penggunaan metode alternatif. Penanganan menstruasi juga membutuhkan pengetahuan kesehatan yang baik untuk melindungi dari permasalahan kesehatan genitalia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna menstruasi dan tidak menstruasi bagi gelandangan, serta strategi para gelandangan dalam menangani menstruasi. Penelitian ini dilakukan pada enam orang gelandangan perempuan. Dua orang informan adalah gelandangan perempuan yang tinggal di jalanan, dan empat orang informan lainnya adalah gelandangan perempuan yang tinggal di Balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya dan Laras (BRSBKL) Yogyakarta. Penelitian kualitatif ini menggunakan observasi dan wawancara mendalam dan dilakukan selama kurun waktu bulan Januari, Maret, September, dan Oktober 2020 secara berkala. Penelitian dilakukan terhadap dua tipe gelandangan di lokasi berbeda dengan tujuan mendapatkan komparasi data atas dua jenis pengalaman hidup: di jalan dan di rumah singgah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi penanganan menstruasi dan kebiasaan sanitasi setiap gelandangan bisa berbeda-beda, tergantung pada pemaknaan terhadap menstruasi, pengetahuan kesehatan, standar bersih dan tidak bersih personal, pengalaman hidup di jalan, akses, bantuan sosial, prioritas kebutuhan, serta preferensi penanganan yang dianggap paling nyaman. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa meskipun lebih mahal, pembalut sekali pakai tetap menjadi pilihan produk menstruasi yang paling praktis dan sesuai dengan gaya hidup gelandangan. Gelandangan yang tinggal di jalanan menjadikan kebutuhan pangan sebagai prioritas utama karena mereka tidak lagi mengalami menstruasi, sedangkan gelandangan yang tinggal sementara di BRSBKL Yogyakarta menjadikan kebutuhan sanitasi sebagai prioritas utama. Menstruasi dan tidak menstruasi dimaknai sebagai pengalaman yang bukan lagi biologis melainkan ekonomis, sehingga berakhirnya masa menstruasi (menopause) dianggap sebagai penghematan anggaran. Pemahaman terhadap berbagai aspek dalam kehidupan gelandangan akan memberikan pandangan yang lebih luas terhadap kerentanan akibat kemiskinan dan keterbatasan akses di perkotaan.

Being poor and undergoing menstrual periods limit the homeless women's access to sanitation, disposable menstrual pads, and pain-releasing medications. Menstrual management demands additional expenses which require homeless women to determine specific strategies to cope with: by setting priorities and applying alternate methods. Menstrual management require homeless women to have good knowledge about health to protect and prevent them from genital health problems. This study was aimed at understanding the meaning of menstruation and non-menstruation for the homeless women, and their strategies of menstrual management. The study was conducted toward six homeless women. Two of those informants lived on the streets, and four other informants lived in "Bina Karya" and "Laras" Social Rehabilitation Centers. This qualitative research used direct observation and in-depth interviews and was conducted in January, March, September, and October in 2020. The study was conducted toward two different types of homeless women in two different places in the purpose of getting comparative data concerning two different kinds of experiences of living: living on the streets and living at a rehabilitation center. The result of the study shows that the strategies of menstrual managements and sanitation habits can be individually different, depending on their perception on menstruation, their health knowledge, and their personal standard of cleanliness, experiences of living on the streets, access, social assistance, priorities of needs, and preference on the most comfortable management. The result of the study also shows that even though disposable menstrual pads are relatively more expensive, they are the practical choice which is suitable to the life style of the homeless women. Those homeless women who lived on the streets considered needs for food as their first priority because they no longer underwent menstruation, while those respondents living temporarily at the rehabilitation center put their sanitation needs as their first priority. Menstruation and not-menstruation are perceived as not only biological but also financial, resulting in the cease of menstruation (menopause) being considered as reducing expenses. Comprehension on various aspects in the life of homeless women will broaden the perception on urban poverty and access deprivation.

Kata Kunci : gelandangan, strategi, akses, menstruasi, sanitasi

  1. S1-2021-399505-abstract.pdf  
  2. S1-2021-399505-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-399505-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-399505-title.pdf