Studi ekosistem terumbu karang sebagai dasar pengembangan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) di Pulau Kapoposang, Kep. Spermonde, Sulawesi Selatan
RAHIM, Sri Wahyuni, Prof.Dr. H. Sutikno
2002 | Tesis | S2 Ilmu LingkunganPulau Kapoposang yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan adalah pulau paling barat dari gugusan Kepulauan Spermonde dan dewasa ini dikenal sebagai tujuan wisata bahari. Guna pengembangan daerah ini tentunya perlu memperhatikan berbagai aspek pendukung, antara lain berupa aspek lingkungan perairan yang bertumpu pada keindahan dan potensi tenunbu karang yang memiliki daya tank tersendiri bagi para wisatawan. Oleh karena itu, untuk mendukung ha1 tersebut, maka sangat perlu diketahui potensi dan permasalahan yang terjadi sebelum pengelolaan dan pengembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kegiatan masyarakat yang lebih mempengaruhi kualitas ekosistem terumbu karang di Pulau Kapoposang, mengetahui upaya konservasi ekosistem terumbu karang yang telah dilakukan oleh masyarakat, dan menilai potensi ekosistem terumbu karang di Pulau Kapoposang dalam rangka pengembangan kepariwisataan bahari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Data fisik kimia perairan yang diteliti meliputi suhu, salinitas, kecerahan, arah dan kecepatan arus; data biologis meliputi persentase penutupan karang, keanekaragaman karang dan ikan karang; sedangkan data sosekbud adalah kegiatan masyarakat nelayan dan wisatawan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Zfefom untuk karang, sedangkan data sosekbud dianalisis dengan menggunakan tabel fiekuensi' dan analisis deskriptif. Untuk menilai masih ideal-tidaknya Pulau Kapoposang dikembangkan sebagai pariwisata bahari digunakan analisis keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah tejadi penuman kualitas ekosistem terumbu karang di Pulau Kapoposang (dari 60,25 % menjadi 58,58 % pada stasiun I dan 56,6 YO menjadi 39,91 % pada stasiun II untuk tutupan karang hidup) selama lima tahun terakhir (1996-2001) akibat aktivitas nelayan dan wisatawan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh aktivitas nelayan, khususnya nelayan dari luar dengan menggunakan bom dan bius dalam penangkapan. Masyarakat Pulau Kapoposang sendiri hampir sebagian telah menyadari arti pentingnya konservasi ekosistem terumbu karang, terbukti mereka tidak lagi melakukan penangkapan yang merusak lingkungan. Pulau Kapoposang masih sangat berpotensi (sangat ideal) untuk pengembangan pariwisata bahari. Hal ini didasarkan pada kondisi fisik/kimia perairan yang jernih sehingga masih sesuai untuk kehidupan terumbu karang dan wisata bahari; kondisi biologis, dalam ha1 ini kondisi terumbu karang masih tergolong bagus dan sedang, begitupun dengan keanekaragaman karang dan ikan karang yang sangat tinggi; dan masyarakat Pulau Kapoposang sendiri telah mendukung konservasi terumbu karang dengan syarat mereka dilibatkan secara langsung dalam pengembangan wisata. Masih banyaknya permasalahan yang tejadi di Pulau Kapoposang sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang baik dalam rangka pengembangannya agar kelestarian ekosistem terumbu karang tetap terpelihara dan berkesinambungan.
Kapoposang Island located in the Province of South Sulawesi is in the west end Spermonde Archipelago, and nowdays, it is well known as a tour destination. The potency of this maritime tourism does not ignore any supports of potentials and condition of its resource such as coral reef ecosystem. To develop this territory, indeed, it is necessary to consider various aspects i.e. environmental aspect based on its beauty and potency. Therefore, it is required to find out potencies and cases occurred before processing and developing the area. This research is aimed to find out community activities that is more influencing the ecosystem quality of coral reef in Kapoposang island, and some efforts for the ecosystem conservation that has been carried out by the communities, and assess the ecosystem potencies of coral reef in term of improving the maritime tourism. Survey method was used in this research. Chemical-physical parameters of the water examined included temperature, salinity, light penetration, and current; biologic parameters in the form of percentage of coral covering, variance of coral and coralfish; while social-economic and cultural condition are the whole activities of fisherman and tourist. The data were analyzed by using a life-form analysis of coral, meanwhile socialeconomic and cultural data were analyzed by using frequency table and descriptive analysis. To assess whether Kapoposang Island was still appropriate to be developed as maritime tourism or not, therefore it was required'to use a spacial analysis. The result indicated that there was a regression of the coral reef ecosystem quality (live coral cover from 60,25 % to 58,58 % in Station I and 56,6 % to 39,91 % in Station II) for last five years (1996-2001) due to fishermen and tourist activities, but the most regression was rather caused by fisherman activities, particularly they used bomb and poison for catching. In the other hand, most of the community groups of Kapoposang has deeply understood the importance of coral reef conservation, it is proved that they catch fishes without destroying the environment. Kapoposang Island is still quit potential (very ideal) to develop maritime tour. It is based on chemical physical condition of clear waters so that it is still appropriate for the coral life and maritime tour; biologic condition, in this case, the coral is still sturdy and good enough as well as biodiversity of corals and fishes; and the people in this place support the tour developing. For the facts that so many problems occure in the coral reef of Kapoposang Island, it is necessary to accurately install the environmental management and resource conservation of coral reef.
Kata Kunci : Ekosistem Terumbu Karang,Pengembangan Wisata Laut, Coral Reef Ecosystem, Coral Fish, Maritime Tourism.