Laporkan Masalah

Tayub di Keraton Kasepuhan Cirebon

RAMLAN, Lalan, Prof.Dr. R.M. Soedarsono

2002 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Tayub adalah bentuk tarian berpasangan yang keberadaannya cenderung lebih bersifat hiburan bagi kaum laki- laki. Dalam bentuk penyajiannya; ronggeng, minuman keras, dan uang merupakan faktor yang memberi warna semarak dalam arena tayub. Di Cirebon, sebuah daerah berlatar-belakang budaya pesisir yang termasuk ke dalam wilayah bagian utara Jawa Barat, terdapat sebuah bentuk kesenian tari berpasangan sebagai hiburan yang juga disebut tayub. Beberapa keterangan menyatakan bahwa: di satu sisi, tari-tarian yang bernuansa keagamaan yang dilakukan oleh penari-penari wanita tidak terdapat di daerah pesisir utara (Cirebon); di sisi lain, terjalinnya hubungan kekerabatan antara Kerajaan Mataram Baru ( 1584- 1755) dan Kerajaan Cirebon yang sudah lebih dulu menganut agama Islam. Di antara kedua kerajaan ini sangat mungkin terjalin proses pertukaran budaya, bahkan lebih jauh . mungkin juga terjadi pengkristalisasian di antara dua budaya yang berbeda, seperti tampak dalam sistem pemerintahan, adat-istiadat, lambang, agama, dan nilai-nilai?‘ lain, termasuk di dalamnya kesenian. Maka, diduga keras bahwa tayub yang hidup di lingkungan komunitas priyayi Cirebon, khususnya di Keraton Kasepuhan dan umumnya di lingkungan masyarakat Cirebon, adalah berasal dari Jawa Tengah. Walau bagaimanapun, seni tradisi tayub telah meraih tingkat popularitas yang tinggi di kalangan priyayi Cirebon. Hal tersebut, setidak-tidaknya dapat dilihat dari sebuah catatan mengenai adanya “sekolah ronggeng“ di seluruh Keraton Cirebon yang dibuat oleh seorang Belanda dalam Reglement uoor de tandak ofronggeng scholen te Cheribon, yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia. Arsip setebal 15 halaman ini dibuat di Cirebon pada tanggal 30 April 1809. Dengan demikian, tayub telah menjadi sebuah bentuk seni keraton yang berfungsi sebagai seni pergaulan yang telah menjunjung tinggi keterkaitan dan keselarasan nilai-nilai yang terkandung dalam pandangan hidup, etika, dan estetika masyarakat setempat. Bahkan secara langsung memberikan dampak sosial bagi para priyayi Cirebon untuk bisa menari dalam menjaga citra dan status mereka sebagai priyayi. Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah kehadiran para dalang topeng sebagai penari dan sekaligus sebagai guru tari di lingkungan priyi, menggiring pada terbentuknya gaya penampilan tayuban khas Cirebm

Tuyub is a kind of dance for pairs, which its existence now tends to be an entertainment for men. In its performance, ronggeng, alcoholic drink, and money are important factors which give color to the tayub performance. In Cirebon, the region with beach-culture background and included into the north region of West Java, can be found a kind of dance for pairs, called tuyub. As it is said, on one head, dances with religious nuances performed by female dancers cannot be found in the region of north beach (Cirebon), on the other head it is the existence of genetic relationship between the New Mataram Kingdom (1584-1755) and the Cirebon Kingdom which has practiced Islam a long before. It is quite possible that acculturation between the two kingdom has taken place, even more further that cristalitation between the two different cultures has also taken place, as it is seen in the goverenment system, custom,"symbols, religion, and other values in which the art is included. Considering that fact, it is strongly supposed that the tayub existing in the circle of the Cirebonese priyuyi community, especially existing in the Keraton Kasepuhan in the circle of the Cirebonese community, originated from Central Java. However, the traditional art tuyub has come to the level of high popularity among the Cirebonese priyuyi community. This fact, at least, can be seen from a note (document) of the existence of "sekolah ronggeng" in the whole Keraton Cirebon, which was established by a Ductman in the "Reglement voor de tundak of ronggeng scholen te Cheribon", which is put in the Indonesian National Archives. The document that consists of 15 pages was written/created in Cirebon on April 30, 1809. Thus, the tuyub has become a from of keraton art, which functions as social art and has held high the commitmen and conformity values contained in the way of life, ethics, and aesthetics of the community. The tayub has even given social impact directly to the Cirebonese priyayi to be able to dance for keeping their self image and status as Priyuyi. In addition to this, which is also important, the involvement of the dalung topeng as a dancer and a teacher of dance in the circle of the priyayi community has caused the performing of specific style of the Cirebonese tuyuban.

Kata Kunci : Seni Tari,Tayub Keraton Kasepuhan,Cirebon, Tuyub, social dance.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.