MENYINGKAP PENGAKUAN IDENTITAS DIRI PELAKU GAY DI YOGYAKARTA
IRINE SATYA PUTRI NUGRAHANINGRUM, Milda Loenggita Pinem, S.Sos, M.A., Ph.D.
2021 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAANGay merupakan fenomena disorientasi yang memiliki karakteristik cukup berbeda dengan karakteristik yang berkembang di masyarakat Indonesia pada umumnya. Ketertarikan seksual terhadap sesama jenis kelamin laki-laki mengubah tatanan nilai dan norma yang sudah sejak lama berlaku di Indonesia. Dari waktu ke waktu eksistensi fenomena gay menjadi sorotan dan topik pembahasan di berbagai lapisan masyarakat. Hal ini dilatarbelakangi oleh semakin maraknya pelaku gay yang mulai mempunyai kepercayaan diri untuk memmperlihatkan eksistensi dirinya di muka publik sebagai seorang gay sehingga mengalami pergeseran orientasi nilai. Dampak dari hal ini maka timbul pula pro dan kontra dari masyarakat umum atas keberadaan mereka, ada dari masyarakat yang menerima tetapi tidak sedikit juga yang menolak keberadaannya. Penelitian ini berlokasi di wilayah Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang valid serta mendallam terkait topik dan tujuan penelitian. Jumlah informan dalam penelitian ini yakni 5 orang yang didapatkan dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Keseluruhan informan tersebut merupakan pelaku gay yang berdomisili di Yogyakarta. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 konsep, yakni konsep faktor pembentuk identitas diri gay, konsep tahapan pembentukan identitas diri, konsep subkultur. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah yang pertama, faktor pembentuk karakter anak ketika lahir sampai dengan pola asuh orang tua dalam mendidik anak adalah faktor dominan seseorang dapat mengubah orientasi seksualnya. Selain itu, faktor lingkungan menjadi faktor pendukung dari terbentuknya subkultur gay. Kedua terkait dengan respon pelaku gay dalam menyikapi identitas seksualnya mengatakan bahwa ketika mereka merasa nyaman dengan hubungan dan pilihan hidup yang mereka jalani maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai hubungan yang normal. Ketiga, membahas terkait sikap pelaku gay yang pada faktanya tidak membutuhkan pengakuan dari masyarakat atas apa yang mereka jalani sekarang. Sikap individualis melekat kepada identitas mereka. Dan yang keempat, yaitu adanya sikap beberapa pelaku gay yang secara eksplisit mengekspresikan hubungannya didepan publik. Tetapi di lain sisi, ada pula yang masih merasa ragu untuk mempertontonkan di depan publik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan latar belakang, cara mengekspresikan diri, pola pikir dan pandangan terhadap pengakuan lingkungan sekitar kepada para pelaku gay menunjukkan bahwa golongan gay merupakan golongan/kelompok yang statis, bebas dan tidak memiliki sebuah pedoman kuat yang menjadi sebuah kepercayaan bersama oleh para pelaku gay.
Gay is a man sex disorder phenomenon which has difference sex orientation amon normal human. As usual, their sex atrraction to each other change the value of norm society as a ruled of many century in Indonesia. This phenomenon had disscused and become bad rumour for many years.This backgrounded by their confident to exist and act in public area, it cause become debatable issue, automatically influenced moral value. Some of them are respected and the others refusing their excistence. This research take place in Yogyakarta, using qualitative research method in order to get most spesific data and information related to the topic and purpose of the research. There are five people observed in this research using purposive sampling and snowball sampling. Their are gay who live in Yogyakarta. Researcher using three concept, they are ; factors which build gay character and identity, the steps of process of their character building and sub-culture From the survey researcher gets datas; first, how can the parents educated their children it is very important thing which is influenced their sexual orientation and live suround them are supported their character of gays sub culture. Second, gays response their sexl oriented themselves as looks they feel enjoy about it related with their choice about style of life even they feel that everything is normal. Third, talking about gays mindset of their existence, in fact ain't need respect by their society for their living as a concequence individual attitude become a normal style. Fourth, in fact they act their existence in public area although some of doubt to do it. So it can be conclude that the differences of background of live , the way to exist, mindset about their existence to their society shows that gays are permanent group, free and the do not has strong rules and belief.
Kata Kunci : Gay, Pergeseran orientasi nilai, Eksistensi diri, Gay, Shift of value orientation, Self existence