Faksionalisme dalam Pemilihan Kepala Daerah ( Studi kasus : Kekalahan petahana dalam Pilkada Kabupaten Bantul 2015
WISNU PRASETYO AJI, Dr.Rer.Pol. Mada Sukmajati, S.I.P; M.P.P.
2021 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHANPilkada Serentak 9 Desember 2015 di Kabupaten Bantul mengakibatkan runtuhnya dinasti politik yang dibangun oleh Idham Samawi sejak tahun 1999. Kekalahan Sri Surya Widati yang merupakan istri dari Idham Samawi sekaligus sebagai incumbent atau petahana, dapat dikalahkan oleh Suharsono yang di awal kemunculannya sempat dipandang sebelah mata. Bahkan dituding sebagai calon 'boneka', alias pelengkap bagi calon bupati petahana agar tidak terjadi penundaan pemilihan kepala daerah. Namun, semua tudingan tersebut dapat terbantahkan akibat dinamika internal yang terjadi saat itu. Rumusan masalah penelitian ini yaitu mengapa petahana kalah dalam Pilkada Kabupaten Bantul tahun 2015 Penelitian ini menggunakan teori faksionalisme degeneratif. Faksionalisme degeneratif muncul ketika faksi yang jumlahnya banyak tersebut berorientasi pada kepentingan kelompoknya semata pada akhirnya akan menjerumuskan partai pada perpecahan. Selain itu, penelitian ini juga mengidentifikasi faksionalisme menggunakan klasifikasi Institutionalized Organizational Factions yang merupakan faksi yang formal dan terorganisir. Faksi tipe ini memiliki kejelasan berupa nama resmi dan kesekretariatan yang jelas beserta program-program yang rutin dan tersendiri. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan studi pustaka. Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa Faksionalisme yang muncul dalam internal PDI-Perjuangan Kabupaten Bantul tersebut dibuktikan dengan adanya kader pro perubahan yang pada akhirnya memunculkan Relawan Jas Merah. Relawan Jas Merah terbentuk akibat adanya kekecewaan terhadap rekomendasi yang turun dari dewan pimpinan pusat PDI-Perjuangan yang tidak sesuai dengan keinginan atau harapan kader-kader di tingkat lokal. Munculnya Relawan Jas Merah membuat kepercayaan terhadap partai politik pendukung calon Bupati petahana, khususnya PDI-Perjuangan Kabupaten Bantul menurun. Selain itu, kekecewaan dari para kader-kader di tingkat lokal yang tidak terakomodir karena kuatnya pengaruh "Idham Samawi" membuat kader-kader di tingkat lokal melakukan pengalihan dukungan terhadap partai politik. Kekalahan yang dialami petahana dalam Pilkada Kabupaten Bantul tahun 2015 disebabkan karena kekecewaan kader di tingkat lokal terhadap keputusan-keputusan partai PDI-Perjuangan di Kabupaten Bantul yang mengakibatkan munculnya faksionalisme membuat perolehan suara dari partai pengusung calon petahana berkurang.
The simultaneous regional election on 9 December 2015 in Bantul Regency resulted in the collapse of the political regime that was built by Idham Samawi in 1999. The defeat of Sri Surya Widati, who is the wife of Idham Samawi as well as the incumbent, was defeated by Suharsono, who at the beginning of his appearance was underestimated. Even being accused of being a 'puppet' candidate, aka a complement to the incumbent regent candidate so as not to delay the regional head election. However, all these accusations can be debunked due to the internal dynamics that occurred at that time. The formulation of the research problem is why the incumbent lost in the 2015 Bantul regency head election. This research uses degenerative factionalism theory. Degenerative factionalism arises when the factions that are numerous in number are oriented to the interests of their own group, which in turn will cause the party to split. Also, this study identifies factionalism using the classification of Institutionalized Organizational Factions which is a formal and organized faction. This type of faction has clarity in the form of a clear official and secretarial name along with routine and separate programs. The methodology used in this research is qualitative methods by conducting in-depth interviews and literature studies. From this study, it can be concluded that the factionalism that emerged in the PDI-Perjuangan internally in Bantul Regency was evidenced by the presence of pro-change cadres who eventually gave rise to "Relawan Jas Merah" (Red Coat Volunteers, a symbol representing the PDI-P supporters). "Relawan Jas Merah" was formed as a result of disappointment with the recommendations issued by the PDI-Perjuangan central leadership board which did not match the wishes or expectations of local cadres. The emergence of "Relawan Jas Merah" made trust in the political parties supporting the incumbent Regent candidate, especially the PDI-Perjuangan Bantul Regency. Also, the disappointment of the cadres at the local level who are not accommodated due to the strong influence of "Idham Samawi" has made cadres at the local level transfer support to political parties. The defeat experienced by the incumbent in the Bantul Regency regional election in 2015 was due to the disappointment of the cadres at the local level with the decisions of the PDI-Perjuangan party in Bantul Regency which resulted in the emergence of factionalism which reduced the votes acquired by the party carrying the incumbent candidate.
Kata Kunci : Faksionalisme, Pilkada, Petahana