GAGASAN "MANUSIA BARU INDONESIA" DAN PRAKTIK KEBUDAYAAN NJOTO, 1950-1965
RHOMA DWI ARIA Y, Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A.; Dr. Agus Suwignyo, M.A.; Prof. Dr. Susan Legene
2021 | Disertasi | DOKTOR ILMU-ILMU HUMANIORAPenelitian menganalisis seorang sosok diri-biografis yang bernama Njoto (lahir 1927 meninggal 1966) dan gagasan-gagasannya sebagai "pintu masuk" ke dalam eksplorasi tentang gagasan besar "manusia baru Indonesia" pada pertengahan abad ke-20. Permasalahan penelitiannya adalah: Apa kontribusi gagasan yang dikembangkan Njoto dalam perumusan konsep "manusia baru Indonesia"? Bagaimana gagasan-gagasan Njoto beririsan dengan gagasan tokoh-tokoh lain dari generasi sebelumnya maupun generasi sejamannya? Penelitian ini menggunakan data foto koleksi pribadi keluarga Njoto dan rekaman pidato Njoto. Penelitian juga memanfaatkan dokumen Arsip Koti di Arsip Nasional Republik Indonesia, ditambah tulisan-tulisan Njoto di berbagai surat kabar, majalah, dan buku. Data lain berupa wawancara dengan keluarga maupun teman-teman seangkatan Njoto yang tersebar di berbagai tempat, antara lain di Yogyakarta, Jakarta, dan Amsterdam. Analisis data menggunakan metode sejarah serta pendekatan politik dan budaya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa "manusia baru Indonesia" menurut Njoto bersifat hibrid. Gagasan ini merepresentasikan status Njoto sebagai bagian Generasi Hibrid yang mengalami tiga zaman. Seperti Generasi 1928, wacana "manusia baru Indonesia" Njoto merupakan rekonstruksi dan proyeksi pembebasan masyarakat dari imperialisme, kolonialisme, dan feodalisme. Meskipun demikian, Njoto juga mengkritik Generasi 1928 sebagai bagian dari kemapanan baru dalam platform politik lama. Bagi Njoto, pendidikan formal bukan satu-satunya cara melakukan mobilitas sosial. Njoto juga memberikan sumbangan ide bahwa "manusia Pancasila" adalah manusia yang memiliki religiusitas sosial. Penelitian ini menyatakan bahwa sekalipun gagasan-gagasan Njoto tentang "manusia baru Indonesia" sangat mendalam dan luas, kehidupan Njoto sebagai pribadi adalah kisah yang penuh kontradiksi. Pengaruh Njoto di masa awal kemerdekaan tidak dapat dilepaskan dari posisinya sebagai anggota Partai Komunis Indonesia. Meskipun demikian, praktik hidup dan gagasan-gagasan Njoto melampaui sekat-sekat identitas dan ideologi politik.
The research analyses the biographical persona of Njoto (born 1927, died 1966) and his thinking as the "doorway" to an exploration of the large idea of an "Indonesian new man" in the middle of the twentieth century. The research questions are: What was the contribution of the ideas developed by Njoto in the concept formulation of the "Indonesian new man"? How did Njoto's thinking intersect with other figures' ideas from the previous generation and his generation? This research uses photographs from the personal collection of the Njoto family, and data recordings of Njoto's speeches. The research also uses Supreme Operations Command (Koti, Komando Operasi Tertinggi) archives, together with Njoto's writings in various newspapers, magazines, and books. Other data comprises interviews with family and his contemporaries found in a wide range of locations among others, Yogyakarta, Jakarta, and Amsterdam. The analysis of the data uses history methods and a political and cultural approach. This research concludes that an "Indonesian new man" according to Njoto is hybrid in character. This idea represents Njoto's status as a part of the Hybrid Generation which experienced three periods. As is the 1928 Generation, the "Indonesian new mankind" discourse, Njoto is a reconstruction and projection of the freeing of society from imperialism, colonialism, and feudalism. Regardless of this, Njoto also criticizes the 1928 Generation as a part of the new establishment in an old political framework. For Njoto, formal education is not the one and only means of conducting social mobilization. Njoto also contributed the idea that "Pancasila man" is man with social religiosity. This research finds that, although Njoto's ideas concerning "Indonesian new man" are very profound and extensive, Njoto's personal life is a story full of contradictions. Njoto's influence in the early period of independence cannot be separated from his position as a member of the Indonesian Communist Party. Despite this, Nyoto's life practices and ideas extended beyond the boundaries of political identity and ideology.
Kata Kunci : Njoto,"Manusia Baru Indonesia", Generasi Hibrid, sejarah pemikiran, sejarah sosial politik, "Indonesian New Man", Hybrid Generation, history of thought, socio-political history.