ZONASI KERENTANAN GERAKAN TANAH DI KECAMATAN GIRIMULYO KABUPATEN KULONPROGO BERDASARKAN METODE SCORING AND WEIGHTING
FIKRY MARLIN, Dr.Eng. Ir. Wahyu Wilopo, S.T., M.Eng., IPM
2021 | Skripsi | S1 TEKNIK GEOLOGILongsor adalah suatu proses perpindahan massa tanah atau batuan dengan arah miring dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang mantap, karena pengaruh gravitasi, dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan translasi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2007). Jika dibandingkan dengan bencana lain seperti gempa bumi atau tsunami, bencana gerakan massa memiliki potensi kerugian dan korban jiwa paling kecil, namun memiliki frekuensi kejadian yang paling besar. Salah satu wilayah yang sering terdampak bencana gerakan massa adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Kulon Progo. Sepanjang tahun 2019, daerah Kulon Progo telah dilanda berbagai peristiwa bencana tanah longsor yang tersebar di berbagai lokasi, salah satunya di Kecamatan Girimulyo. Titik � titik terjadinya tanah longsor di Kecamatan Girimulyo tersebar di berbagai Dusun yang terdapat di Desa Pendoworejo, Giripurwo, dan Purwosari. Metode penelitian dilakukan dengan pemetaan geologi dengan skala 1:25.000 serta pembuatan zonasi kerentanan gerakan tanah menggunakan metode Weighting and Scoring. Parameter yang digunakan dalam pembuatan peta zonasi kerentanan gerakan massa meliputi penggunaan lahan, infrastruktur, curah hujan tahunan, kemiringan lereng, kondisi struktur geologi, serta kondisi geologi (Permen PU No.22/PRT/M/2007). Zona kerentanan gerakan tanah di daerah penelitian terbagi menjadi 3 zona, yaitu Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah (ZKGTR), dengan luas 1.61 km2 yang berada pada Desa Tawangsari, Tlogoguwo, dan Pandanrejo; Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sedang (ZKGTS), dengan luas18.03 km2 yang berada pada Desa Pendoworejo, Kembang, dan Jati Sarono; Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi (ZKGTT), dengan luas 33.48 km2 yang berada pada Desa Hargotirto, Dono Rejo, Jatimulyo, Sidomulyo, Banyuroto, Tanjungharjo, Giripurwo, Pendoworejo, Banjararum, Banjarsari, Purwosari, Kebonharjo, dan Tawang Sari.
Landslide is a process of moving mass of soil or rock in an oblique direction from its original position, so that it is separated from a steady mass, due to the influence of gravity, with the type of movement in the form of rotation and translation (Kementerian PUPR, 2007). When compared to other disasters such as earthquakes or tsunamis, mass movement disasters have the smallest potential loss and casualties, but have the greatest frequency of occurrence. One of the areas frequently affected by mass movement disasters is the Special Region of Yogyakarta, particularly in Kulon Progo Regency. Throughout 2019, the Kulon Progo area has been hit by various landslide disasters scattered in various locations, one of which is in Girimulyo District. The points of landslides in Girimulyo District are scattered in various hamlets in Pendoworejo, Giripurwo, and Purwosari Villages. The research method was carried out by geological mapping with a scale of 1 : 25.000 and the creation of soil movement susceptibility zoning using the Weighting and Scoring method. The parameters used in making the zoning map of mass movement vulnerability include land use, infrastructure, annual rainfall, slope, geological structure conditions, and geological conditions (Permen PU No.22/PRT/M/2007). The soil movement vulnerability zone in the study area is divided into 3 zones, namely the Low Ground Movement Vulnerability Zone, with an area of 1.61 km2 in the villages of Tawangsari, Tlogoguwo, and Pandanrejo; Moderate Ground Movement Vulnerability Zone, with an area of 18.03 km2 located in Pendoworejo, Kembang, and Jati Sarono Villages; The High Land Movement Vulnerability Zone (ZKGTT), with an area of 33.48 km2 located in the villages of Hargotirto, Dono Rejo, Jatimulyo, Sidomulyo, Banyuroto, Tanjungharjo, Giripurwo, Pendoworejo, Banjararum, Banjarsari, Purwosari, Kebonharjo, and Tawang Sari.
Kata Kunci : Gerakan massa, Longsor, Weighting and scoring, Girimulyo, Kulonprogo