This is Not Only a Power Game: Studi Kasus Dinamika Pelaksanaan Ritus Uang Panai dalam Perkawinan Bugis di Kabupaten Bone

MUH.SYAHRUL SANDRA, Dr. M. Supraja S.Sos., SH., M.Si.

2021 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Penelitian ini mendeskripsikan pemaknaan hingga dinamika kuasa atas kepemilikan status dalam pelaksaanaan ritus panai di Kabupaten Bone. Di dalam perkawinan masyarakat Bugis, perempuan masih dibayangi oleh stereotip "mahal". Keberadaan uang panai dalam tradisi perkawinan dianggap menjadi masalah karena kepemilikan status oleh perempuan akan menjadi dasar atas permintaan uang panai dengan jumlah yang tinggi. Terlebih dengan hilangnya aturan adat yang mengatur tentang nilai uang panai dianggap menciptakan ketidakteraturan terhadap permintaan nilai panai sehingga akan menciptakan kesewenang-wenangan. Gambaran tersebut menempatkan perempuan pada posisi tunggal permasalahan atas kepemilikan status sosial dalam praktek ritus. Melalui metode deskriptif kualitatif penulis ingin memperlihatkan kondisi lain mengenai ritus panai yang tidak hanya sebatas uang belanja pesta pernikahan yang besarnya bergantung pada kepemilikan status perempuan namun juga terdapat pemaknaan lain yang menjadikan nilai panai tidak bisa mendapat takaran terkait dengan kepemilikan status. Meskipun masing-masing subjek menempati posisi dalam arena ritus yang memperlihatkan relasi kuasa yang kompleks akibat pertukaran simbolik atas kepemilikan modal, namun di dalam pelaksanaanya tetap terdapat peluag terciptanya relasi keintiman. Hingga pada kesimpulan akhir bahwa bertahannya ritus uang panai dalam perkawinan masyarkat Bugis di Kabupaten Bone murapakan hasil dari keberadaan sistem nilai dalam institusi perkawinan yang sudah melekat sejak lama hingga diterima secara akal sehat (doxa), dimana masing-masing subjek pada dasarnya hanya merupakan korban konstruksi Budaya atas pelaksanaan ritus yang dianggap memberatkan akibat posisi subjek dalam ritus bersifat kaku.

This study describes the meaning and dynamics of power over status ownership in the implementation of the panai rite in Bone Regency. In Bugis marriages, women are still overshadowed by the stereotype of "expensive". The existence of panai money in the tradition of marriage is considered to be a problem because the ownership of status by women will be the basis for requesting high amounts of panai money. Moreover, the loss of customary rules governing the value of panai money is considered to create irregularities in the demand for panai value so that it will create arbitrariness. This description puts women in a single position regarding the ownership of social status in ritual practice. Through the qualitative descriptive method, the writer wants to show another condition regarding the panai rite which is not only limited to wedding party spending money, the amount of which depends on the ownership of women's status, but there are also other meanings that make the value of panai cannot be measured related to status ownership. Even though each subject occupies a position in the arena of rites that shows complex power relations due to symbolic exchanges of ownership of capital, in its implementation there is still an opportunity for the creation of a relationship of intimacy. Until the final conclusion that the persistence of the panai money rite in the marriage of the Bugis community in Bone Regency is sad because of the existence of a value system in the institution of marriage that has been attached for a long time until it is accepted in a sense (doxa), where each subject is basically only a victim Cultural construction on the implementation of the rites which is considered burdensome due to the position of the subject in the rite is rigid.

Kata Kunci : Bugis Marriage, Panai Money, Capital, Doxa