Laporkan Masalah

Struktur, Bentuk, dan Makna Penamaan Ruang Publik di Kota Surabaya

MOULIDVI R. PERMITA, Dr. Hayatul Cholsy, M.Hum.

2021 | Tesis | MAGISTER LINGUISTIK

Penelitian ini membahas sistem penamaan ruang publik di Kota Surabaya baik melalui bentuk bahasa maupun fungsi kebahasaannya. Data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu 623 nama ruang publik di Kota Surabaya dengan batasan wilayah Kecamatan Tegalsari, Kota Surabaya. Pemerolehan data dilakukan dengan menggunakan citra satelit Goggle Street di Kota Surabaya. Data tersebut kemudian dianalisis kosakata penyusunnya berdasarkan aspek kebahasaan dan aspek sosial. Pada aspek kebahasaan, ditemukan beberapa bahasa yang digunakan pada penamaan ruang publik, seperti hadirnya bahasa Indonesia, bahasa asing dan bahasa daerah, serta proses pembentukan kosakatanya. Bahasa asing yang digunakan pada penamaan ruang publik di Kota Surabaya yaitu bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jepang, bahasa Sansekerta, bahasa Mandarin, bahasa Italia, bahasa Belanda, bahasa Perancis, bahasa Korea, bahasa Latin, bahasa India, bahasa Ibrani, dan bahasa Jerman. Sementara itu, bahasa daerah yang ditemukan yaitu bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Selain itu, ditemukan juga variasi antar ketiganya. Pengkajian bentuk berdasarkan data yang ditemukan di lapangan juga membagi penamaan ruang publik menjadi Unsur Generik (UG) dan Unsur Spesifik (US). Pembagian tersebut membantu dalam menganalisis tata letak penamaannya. Pada aspek sosial, penamaan ruang publik terdiri dari berbagai aspek yang membentuk fungsi kebahasaan, antara lain (i) fungsi perwujudan, yang terdiri dari perwujudan jasa/barang yang dijual, tempat barang/jasa yang dijual, tempat barang/jasa yang dijual, harga barag yang dijual, rasa barang yang dijual, dan target pasar; (ii) fungsi nama diri, yang terdiri dari nama diri terkait dan nama diri tak terkait; (iii) fungsi harapan; (iv) fungsi kewilayahan, yang terdiri dari lokasi, asal, posisi, nomor rumah; dan (v) fungsi tahun. Adapun latar belakang penamaan ruang publik di Kota Surabaya dapat terlihat sebagai pemberi identitas spasial dan pembeda ruang, pembeda kelas sosial, serta perekam jejak sejarah dan refleksi kebudayaan. Sebagaimana penamaan sebuah ruang publik menjadi identitas sebuah kota, masih ada ruang publik di Kota Surabaya yang belum mengikuti aturan penamaan, seperti menggunakan bahasa asing dan menyematkan nama orang yang masih hidup. Variasi yang terjadi tersebut menunjukkan bahwa regulasi terkait sistem penamaan kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.

This study discusses the public space naming system in Surabaya both through the form of language and the function of the language. The data obtained in this study are 623 names of public spaces in Surabaya with the boundaries of Tegalsari District, Surabaya. Data were collected using satellite imagery of Goggle Street in Surabaya. The data is analyzed for the constituent vocabulary based on linguistic and social aspects. In the linguistic aspect, found that several languages are used in the naming of public spaces, such as Indonesian, foreign and regional languages, as well as the process of ordering vocabulary. The languages used in the naming of public spaces in Surabaya are English, Arabic, Japanese, Sanskrit, Mandarin, Italian, Dutch, French, Korean, Latin, Indian, Hebrew, and German. . Meanwhile, the local languages found were Javanese and Malay. In addition, variations were also found between the three. The assessment of forms based on data found in the field also divides the naming of public spaces into Generic Elements (UG) and Specific Elements (US). The division helps in analyzing the naming layout. In the social aspect, the naming of the public space consists of various aspects that form linguistic functions, including (i) the embodiment function, which consists of the realization of services/items being sold, places for items/services being sold, places for items/services being sold, prices for items which is being sold, the taste of the items being sold, and the target market; (ii) the function of personal name, which consists of related self-names and unrelated personal names; (iii) expectancy function; (iv) regional functions consisting of location, origin, sequence, house number; and (v) year function. The background for the naming of public spaces in Surabaya can be seen as spatial identity and differentiation of spaces, differentiation of social classes, as well as historical traces recorders and cultural reflections. According to naming a public space as the identity of a city, there are still public spaces in the city of Surabaya that have not followed naming rules, such as using foreign languages and pinning the names of people who are still alive. The variations that occur show that the regulations regarding the naming system pay less attention to the local government.

Kata Kunci : penamaan, ruang publik, Surabaya

  1. S2-2021-434458-abstract.pdf  
  2. S2-2021-434458-bibliography.pdf  
  3. S2-2021-434458-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2021-434458-title.pdf