Diskriminasi Terhadap Penyandang Disabilitas Dalam Drama Good Doctor: Kajian Sosiologi Sastra
Monich Fari Zahara, Dr. Novi Siti Kussuji, M.Hum.
2021 | Skripsi | S1 BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREAPenelitian ini membahas mengenai diskriminasi penyandang disabilitas yang digambarkan dalam drama Good Doctor menggunakan teori sosiologi sastra menurut Ian Watt, yang menjelaskan sastra merupakan bentuk cerminan masyarakat. Drama ini menceritakan seorang penyandang disabilitas savant syndrome bernama Park Shi-on yang memiliki pekerjaan sebagai seorang dokter residen di rumah sakit dan ingin mewujudkan mimpinya menjadi dokter anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana bentuk diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di Korea Selatan yang terdapat dalam drama Good Doctor. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa diskriminasi terhadap penyandang disabilitas dalam drama ini dialami oleh tokoh utama laki-laki bernama Park Shi-on. Diskriminasi yang dialami Park Shi-on terkait dengan perlakuan oleh rekan kerja, orang tua serta orang tua pasien di rumah sakit. Kemudian, terdapat empat bentuk diskriminasi yang digambarkan dalam drama tersebut, yaitu diskriminasi verbal (verbal expression), penghindaran (avoidance), pengeluaran (exclusion), dan diskriminasi fisik (physical abuse). Bentuk diskriminasi verbal terhadap Park Shi-on adalah Park Shi-on disebut belum matang secara mental oleh pihak atasan, Park Shi-on disebut seperti robot oleh rekan kerja, Park Shi-on disebut tidak normal untuk menjadi dokter oleh orangtua pasien, serta Park Shi-on disebut sebagai biang masalah oleh rekan kerja. Kemudian bentuk diskriminasi penghindaran terhadap Park Shi-on adalah pengabaian eksistensi Park Shi-on, penolakan terhadap Park Shi-on untuk menjadi dokter penanggung jawab anak, serta diberinya batasan dalam bekerja. Ketiga, bentuk diskriminasi pengeluaran terhadap Park Shi-on adalah disingkirkannya Park Shi-on dari bangsal, diperintahkannya Park Shi-on untuk pulang ke rumah lebih awal, serta dipindahkannya Park Shi-on ke departemen lain. Terakhir, bentuk diskriminasi fisik terhadap Park Shi-on adalah pemukulan, perundungan oleh rekan kerja dan dikurungnya Park Shi-on di dalam kamar. Terkait hubungan antara bentuk diskriminasi terhadap penyandang disabilitas dalam drama dengan kehidupan nyata di Korea Selatan, dapat disimpulkan bahwa beberapa bentuk tindakan diskriminasi dalam drama Good Doctor sebagai karya sastra tidak sepenuhnya mencerminkan kejadian atau permasalahan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di Korea Selatan. Hal ini dikarenakan Park Shi-on sebagai seorang dokter dengan penyandang disabilitas savant syndrome tidak dapat merepresentasikan disabilitas di Korea Selatan.
This study discusses persons with disabilities in society as depicted in the drama Good Doctor using the sociology of literature according to Ian Watt who explains that literature is a reflection of society. This drama tells about a person with a savant syndrome disability named Park Shi-on, a resident doctor at a hospital who wants to realize his dream of becoming a pediatrician. The purpose of this study is to explain the forms of discrimination against persons with disabilities in South Korea and how they are portrayed in the drama. This research uses a descriptive qualitative research method. The analysis shows that discrimination against persons with disabilities is experienced by the main male character named park Shi-on. The problems experienced by Park Shi-on are visible from the treatment by his colleagues, his parents, and by the parents of patients at the hospital. There are four forms of discrimination depicted in the drama, namely verbal discrimination, avoidance, exclusion, and physical abuse. The verbal discrimination against Park Shi-on are visible from Park Shi-on being called mentally immature by his superior officers, Park Shi-on being regarded as a robot by his colleagues, Park Shi-on being regarded as an incompetent doctor by patients' parents, and Park Shi-on being labeled as a source of trouble by his colleagues. Meanwhile, avoidance discrimination against Park Shi-on are visible from Park Shi-on existence being ignored; Park Shi-on dream being rejected; and Park Shi-on access to work being restricted. As for the exclusion against Park Shi-on, they are visible when Park Shi-on being removed from the ward; Park Shi-on being ordered to get home early, and Park Shi-on being transferred to another department. Finally, physical discrimination against Park Shi-on is visible from the beatings, bullying by colleagues, and his confinement in the room. Based on the portrayal of discrimination against persons with disabilities in the drama with real life situation in South Korea, it can be concluded that some forms of discriminations in Good Doctor as work of literature do not fully reflect incidents or problems of discrimination against persons with disabilities in South Korea. Park Shi-on as a doctor with a savant syndrome disability cannot represent disabilities in South Korea.
Kata Kunci : Diskriminasi, Discrimination, Penyandang disabilitas, Sosiologi Sastra