Laporkan Masalah

Srimpi Kandha Keraton Yogyakarta :: Sebuah misteri budaya genealogi dalam kehidupan kaum ningrat

SOEDARSONO, R.B, Dr. A.M. Hermien Kusmayati

2002 | Tesis | S2 Pengkaian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Serimpi Kandha yang berasal dari masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855) di keraton Yogyakarta ini, kiranya merupakan sebuah bentuk serimpi yang sangat spesifik. Serimpi kandha ini lain dari bentuk serimpi pada umumnya. Nama serimpi lazimnya disebut dengan nama yang sesuai dengan nama * gending yang mengiringinya, yang garupnya selalu menggunakan gerong yang rampak dan khas. Kelaziman ini tidak dijumpai di dalam serimpi Kandha. Dengan demikian sangat menggelitik untuk mengetahui bagaimanakah bentuk serimpi yang dimaksud ini hingga akhirnya bisa disebut serimpi Kandha, pada hal gending iringannya bukan gending Kandha, tetapi gending Krawitan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang konkret mengenai bentuk tarinya. Misteri budaya yang bagaimanakah yang ada di balik layar kehidupan kaum Ningrat itu? Untuk menguak misteri ini diperlukan perangkat dalam membantu memecahkan permasalahan, sehingga lebih lanjut penelitian ini bisa memberikan eksplanasi yang jelas dan bermanfaat. Bentuk koreografi yang unik ini secara tekstual dipecahkan melalui analisis struktural, baik dari sisi gerak tari maupun iringan tarinya. Sisi kontekstualnya menggunakan sudut pandang antropologis, keterkaitannya dengan pola hidup yang terjadi di lingkungan kaum Ningrat pada masa itu hingga kini. Apa yang diperoleh dari penelitian ini ternyata bisa terbaca bahwa ekspresi seni pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono V ini sangat diwarnai oleh dunia pewayangan yang memang merupakan perkembangan yang sangat berpengaruh. Melalui serimpi Kandha ini bisa tertangkap dari ekspresi ceriteranya yang merupakan sebuah satire yang mengkritik kehidupan endogami yang biasa terjadi di lingkungan kaum Ningrat. Di samping itu bentuk serimpi yang sarat akan variasi motif gerak maupun pola lantai h i bisa diperkirakan merupakan pula sumber dari bentuk serimpi yang lain di istana Yogyakarta. Untuk itu sangat penting kiranya dilakukan upaya penelitian untuk bisa mendokumentasikan bentuk-bentuk tari di keraton Yogyakarta ini dalam bentuk audio-visual, karena masih banyak tan yang lain dan bilamana hanya tersimpan dalam bentuk manuskrip tua akan dimakan zaman. Lebih-lebih nara sumber yang bisa membantu sangatlah terbatas pada usia yang tidak bisa diperhitungkan oleh manusia.

The Serimpi, a female dance of the court of Yogyakarta as well -as Surakarta style which is danced by four dances, is not a new genre style. The serimpi Kandha dance which originated from the reign of Sultan Hamengku Buwono V in the court of Yogyakarta is very specific serimpi style. Usually the name of the serimpi dance is taken from the name of the accompanying gendhing which always uses the gerong, a female choir singing in typical unison. This characteristic is not found in the serimpi Kandha dance. The name of accompanying gendhing is not gendhing Kandha, but gendhing Krawitan. There for, it is interesting to know why this serimpi style is called the serimpi Kandha dance. This research is intended to get concrete idea about the dance form. Besides, it is aimed to investigate the background of the expression form. What kind of cultural mystery exists behind the life of the Royal Class? In observing this mystery, instruments are needed to solve the problem, and further, this research will give a clear and useful explanation. The unique choreography has been textualy solved by using a structural analysis, technically as well as conceptually, from the sides of its dance movement and dance accompaniment. From the contextual side, an anthropological approach is used, by observing the content of the story and its relationship with the life pattern in the marriage occurring in the court as well as in the life of the Royal Class from the past up to the present. From this research it can be seen that the artistic expression during the reign of Sultan Hamengku Buwono V was very much influenced by the Wayang World, which was really influential. In the serimpi Kandha, it can be seen from the expression of the story which was originally a satire intended toward the endogamy life of the Royal Class. Besides, it can be estimated that the serimpi form which is full of the varieties of movement motives and floor patterns, was the source of other serimpi forms in the court of Yogyakarta. It is very important to do a research intended to make a docu-mentation of the dance forms in the court of Yogyakarta in audio-visual forms. If there they are just kept as old manuscript, the will certainly become decayed. Besides, the informants who give their contribution are limited by their age and nobody can predict it.

Kata Kunci : Seni Tari,Srimpi Kandha Keraton Yogyakarta,Kaum Ningrat


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.