Perubahan ekonomi dan perkembangan Islam di Bengkulu akhir abad XIX sampai awal abad XX
ROCHMIATUN, Endang, Dr. Bambang Purwanto, MA
2002 | Tesis | S2 SejarahProses lslamisasi di Bengkulu tidak dapat dipisahkan dari aktivitas ekonomi, khususnya perdagangan lada. Perdagangan lada di Bengkulu yang mengalami kemajuan sejak abad XVI, telah menarik bagi para pedagang dari Banten, Aceh, maupun Minangkabau. Para pedagang tersebut merupakan pelopor utama bagi tersebarnya Islam di Bengkulu. Kehadiran Islam di Bengkulu telah merubah kehidupan masyarakat dari kehidupan Animisme dan Dinamisme serta pengaruh Hindu-Budha menjadi pemeluk Islam. Sampai awal abad XX, proses lslamisasi di Bengkulu masih terus berjalan, khususnya di pedalaman yang rata-rata masi h Animisme dan sebagian mereka adalah komunitas petani. Penyebaran Islam tersebut antara lain di daerah: Manna, Seluma, Pasemah Hulu Manna, serta di Kaur, yang disebarkan oleh para guru agama (sebagian besar adalah para haji). Sementara itu, seiring dengan perkembangan Islam tersebut, ekonomi masyarakat Beng kulu juga mengalami perkembangan yang pesat terutama sejak akhir abad XIX. Pada saat itu, seiring dengan derasnya arus komersialisasi, masyarakat Bengkulu khususnya para petani yang sebagian besar mereka adalah komunitas muslim, menanggapi arus komersialisasi tersebut dengan tindakan rasional. Adanya kesempatan ekonomi baru tersebut direspon dengan memperluas lahan produksi komoditi ekspor terutama kopi. Kemakmuran pun menjadi ciri-ciri bagi daerah-daerah yang mengusahakan tanaman komoditi ekspor tersebut. Perkembangan ekonomi yang pesat tersebut membuka kesempatan terjadinya mobilitas sosial di kalangan penduduk, khususnya komunitas muslim, yakni semakin banyak penduduk yang dapat menunaikan ibadah haji ke Mekkah terutama sejak tahun 1913. Kemakmuran yang terjadi juga terefleksi pada cara mereka dapat membangun rumah yang bagus dan cara mereka dapat berpakaian dengan mewah. Disamping itu juga dapat dilihat dari cara mereka mempergunakan adat perkawinan dengan bentuk "perkawinan jujur", yang mana pelaksmaannya menggunakan beaya yang sangat mahal
The Islamic process at Bengkulu could not be separated with the economic activities, especially with the pepper merchandise. The peppe’s market at Bengkulu had increased since the XVl’s century had attracted, some merchants from Banten, Aceh, and Minangkabau. The Islamic propagation at Bengkulu would be more intensive when Banten and Aceh kingdoms reached their authority to claim the pepper merchant route. The coming of Islamic religion at Bengkulu, could change the Animism and Dynamism faiths and also from Hinduism-Buddhism to be moslem faith, beside that was also as a one factor in making a new tradition for the peoples of Bengkulu. Until the early of XX centuries, the Islamic process at Bengkulu still continue, especially at the rural areas which they were still on Animism faith since most of them were traditional peasants. The lslamic propagation were at the area as Mana, Seluma, Pasemah Hulu Manna and also Kaur propagated by religion theachers (most of them were ever pilgrim at Mecca as Hajj). In conformity with the Islamic growth, the economic living for Bengkulu peoples growing vastly for the XIX centuries. On that time, with the growing of commercialization, the Bengkulu peoples especially foe the peasants, the Bengkulu community moslem faith, they face the commercialization trend with rational thought. With the new era in economic growth responded with opening new production land for agricultural commodities specially coffee plants. Lastly these area had become a rich land since planted with export commodities. The vast economic growth would open social mobility for the peoples, especially for moslem community and make more opportunity to the peoples going to Mecca since 1913. The prospherity reflected also from the way of peoples in making luxury houses and cloths. Beside that shown from their married culture in the form “perkawinan jujur†(honesty marriage) which needed much money to do that
Kata Kunci : Sejarah Indonesia,Bengkulu Abad XIX s/d XX,Perkembangan Islam dan Perubahan Ekonomi