Kajian lintas seksional Verocytotoxigenic Escherichia coli (VTEC) pada sapi potong di Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan antibodi poliklonal dalam enzyme-linked immunosorbent assay

ARYANI, Woro Nugrahaning, Dr.drh. Bambang Sumiarto, SU.,MSc

2002 | Tesis | S2 Sain Veteriner

Verocytotoxigenic Escherichia coli (VTEC) adalah penyebab serius penyalut pada manusia dan merupakan persoalan besar bag kesehatan masyarakat karena penyakit yang disebabkan VTEC ditularkan lewat makanan voodborne), terutama makanan asal hewan seperti susu dan daging. Diantara ternak yang bertindak sebagai reservoir, sapi potong merupakan sumber penularan yang penting. Dengan pengetahuan tentang epidemiologi VTEC pada sapi potong, maka dapat diambil tindakan untuk pencegahan transmisi VTEC dari ternak ke manusia. Penelltian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara metode ELISA berbasis antibodi poliklonal VTEC dengan metode PCR dan untuk mengetahui epidemiologi VTEC pada sapi potong di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pengujian EnLyme-Linked lmmunosorbent Assay (ELISA) menggunakan antibodi poliklonal terhadap E.coZi 01 57:H7 Spr 120 isolat lokal, dengan standar emas uji PCR telah dilakukan terhadap 89 isolat VTEC, mtuk mengetahui kesesuaian kedua uji. Selanjutnya antibodi poliklonal Qgunakan untuk mendeteksi VTEC pada 84 sampel feses sapi potong, yang diambil dalam suatu kajian lintas seksional yang meliputi 4 kabupaten di DIY. Telcnik sampling adalah tahapan berganda, untuk desa dan dusun, dipadukan dengan convenient sampling untuk pemilihan peternak dan teknik klaster untuk pemilihan temak. Faktor-faktor risiko diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Analisis logistic regression Qgunakan untuk model penyalut pada tingkat ternak dan sfepwrse regression digunakan untuk model penyakit pada tingkat peternak. Hasil penelitian, Nilai kappa untuk uji kesesuaian tersebut adalah 0,77, berarti kesesuaian sangat baik. Sensitivitas dan spesivisitas uji ini adalah 80,95 % dan 97,75 %. prevalensi VTEC pada tingkat ternak adalah 47,6 % (40/84) dan tingkat peternak rata-rata adalah 40,53 %. Pada tingkat ternak, faktor-faktor yang berpengaruh adalah lantai tanah (-1,63715, OR = 0,19, P = 0,0565), lokasi peternakan di dataran rendah (2,78756, OR = 16,24, P = 0,0001), pendidikan peternak SMU (-2,36490, OR = 0,09, P = 0,0133) dan umur ternak antara 0 - 2 tahun (0,70091, OR = 2,02, P>0,05). Model penyakit mempunyai sensitivitas 65 % dan spesifisitas 97,5 %. Pada tingkat petemak, Wor-faktor yang berpengaruh adalah pengalaman beternak (-0,00857, P = 0,0352), lokasi peternakan di dataran rendah (0,46914, P = 0,0002), tingkat pendidikan peternak SMU ( - 0,27110, P = 0,0512) dan pemhahan pedet dan sapi dewasa ( -0,19402, P = 0,0586).

Verocytotoxigenic Escherrchia coli (VTEC) is the serious cause of many human diseases. It becomes a major problem in the public health, due to the fact that VTEC-caused disease are spread through food foodborne), especially through food products fiom animal such as milk and meat. Among the reservoir-animal, beef cattle are one of the most important disease-spreading sources. By having the knowledge of VTEC epidemiology on beef cattle, prompt actions can then be taken to prevent the VTEC transmissionjiozn cattle to human being. The aim of this research are to be observe the agreement between the ELISA methods based on VTEC polyclonal antibody with the PCR method as well as to observe the VTEC epidemiology on beef cattle in Daerah Istimewa Yogyakarta (Dlr). The enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) test uses the polyclonal antibody for the local isolate E.coli 0157:H7 Spr 120, using the gold standard test, PCR applied to 89 isolates, in order to discover the agreement between both tests. Then, the polyclonal antibody is used for detecting the VTEC of 84 beef cattlefaeces samples taken by cross sectional study that covers four regencies in DIY. The two stage sampling technique is used for villages or chads, and combined with both convinient sampling to select the breeders, as well as the cluster technique to select the cattle. The risk factors are obtained by interview technique using the questionnaires. The analysis of logistic regression is used for the disease models at the animal level, with the stepwise regression is used for the disease models at the farm level. The result of this stu& shows that Kappa value of the test agreement is 0.77. This indicates an excellent level of agreement. The sensitivity and specifcity values of the test are 80.95 % and 97.75 %. The VTEC prevalence at the animal level is 47.6 % (40/84), while the average breeder level is 40.53 %. At the cattle-level, the influencing factors are the land floor of the barn (-1.63715, OR = 0.19, P = 0.0565), the lowland location of the animal farm (2.78756, OR = 16.24, P = 0.0001), the high school-educated breeders (-2.36490, OR = 0.09, P = 0.0133) and the 0 - 2 years old cattle (0.70091, OR = 2.02, P>-O0. 5). The diseases model obtains the sensitiviq value of 65 % and specrficity value of 97.5 %. At the breeder level, the influencing factors consist of the breeding experience (-0.00857, P = 0.0352), the lowland location of animal farm (0.46914, P = 0.0002). the high school-educated breeders (-0.2 71 10, P = 0.051

Kata Kunci : Penyakit Hewan,Epidemiologi VTEC,Antibodi Poliklonal, VTEC, polyclonal antibody, diseases model