Determinan dan Fenomena Korban Perundungan Siswa Sekolah Dasar

ABDUL GHOFUR, Intansari Nurjannah, BSN., MNSc., PhD.; Dr. Ibrahim Rahmat, SPd, SKp, M.Kes.

2020 | Disertasi | DOKTOR ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Latar belakang. Perundungan di sekolah dasar telah dilaporkan mengalami kecenderungan kenaikan sepanjang tahun dan menduduki kasus tertinggi pada kelompok usia sekolah. Oleh karena itu, diperlukan informasi tentang determinan penyebab korban perundungan dan bagaimana hal itu terjadi. Tujuan. Mengetahui determinan yang berhubungan dengan korban dan fenomena yang terjadi pada korban perundungan siswa sekolah dasar. Metode. Studi ini menggunakan pendekatan mixed method dengan pendekatan sequential explanatory design. Sampel penelitian ini adalah siswa sekolah dasar di Yogyakarta yang duduk dikelas 4, 5 dan 6 yang berjumlah 617 siswa, guru dan kepala sekolah yang siswanya menjadi korban perundungan dengan kriteria tertentu. Tehnik sampling menggunakan multistage random sampling, dengan cluster sekolah dasar yang terwakili pada setiap kabupaten. Analisis menggunakan structural equation modeling (SEM) dan analisis kualiatif untuk mendapatkan tema. Hasil. Hasil penelitian menunjukan determinan penyebab siswa menjadi korban perundungan adalah karakteristik siswa (estimate: -94,037; S.E: 38,719; C.R: -2,429; p=0,015 (sig <0,05), status sosial ekonomi orang tua (estimate: 45,563; S.E: 18,900; C.R: 2,411; p= 0,016 (sig <0,05), interaksi guru dengan siswa (estimate: 1,548; S.E: 0,654; C.R: 2,368; p= 0,018 (sig <0,05). Sedangkan manifestasi korban perundungan adalah stres (estimate: ,331; S.E: ,043; C.R: 7,748; p=0,000 (sig <0,001) dan simptomatik (estimate: 0,049; S.E:0,020; C.R: 2,488; p=0,013 (sig <0,05). Fakta menunjukkan siswa yang menjadi korban perundungan berkaitan dengan kondisi korban, ketidakberdayaan serta hubungan dengan guru dan teman sebaya buruk. Sementara itu, perspektif guru terhadap korban masih bersifat fisik, sedangkan aspek psikologis terabaikan. Sedangkan, kepala sekolah masih menganggap perundungan bukan masalah serius, sehingga antisipasi dan pencegahan belum menjadi prioritas. Kesimpulan. Determinan penyebab siswa menjadi korban perundungan adalah karakteristik siswa, status sosial ekonomi orang tua dan interaksi guru dengan siswa. Manifestasi korban perundungan berupa stres dan simptomatik. Fenomena korban perundungan selain faktor korban, ambivalensi guru dan kepala sekolah menyebabkan kerentanan bagi siswa dan cenderung berulang.

Background. Bullying in primary schools has been reported to have an upward trend throughout the year and occupies the highest cases in the school age group. Therefore, information is needed about the determinants of student causes and how they occur. Objective. Knowing the determinants related to the victim and the phenomenon that occurs in bullying victims. Method. This study uses a mixed method approach with a sequential explanatory design. The sample is elementary school students in Yogyakarta, grades 4, 5 and 6, amounting to 617 students, teachers and school principals whose students are victims of bullying. The sampling technique uses multistage random sampling. Multivariate data analysis uses structural equation modeling and qualitative analysis to obtain themes. Results. The results showed the determinant of the causes of students becoming victims of bullyingwere student characteristics (estimate: -94.037; SE: 38.719; CR: -2.442; p=0.015 (sig <0.05), socioeconomic status (estimate: 45.563; SE: 18.900; CR: 2.411; p=0.016 (sig <0.05), teacher interaction with students (estimate: 1.548; SE: 0.654; CR: 2.368; p = 0.018 (sig <0.05), while the the consequences bullying for victims is stress (estimate:, 331; SE:, 043; CR: 7.748; p=0.000 (sig <0.001) and symptomatic (estimate: 0.049; SE: 0.020; CR: 2.488; p=0.013 (sig <0.05). There are facts that show that students who are victims of bullying are related to the condition of the victim, helplessness and poor relationships with teachers and peers. Meanwhile, the teacher's perspective on victims is still physical, while psychological aspects are neglected. Meanwhile, school principals still think bullying is not a serious problem, so anticipation and prevention are not yet a priority issue. Conclusion. The determinants of students becoming victims of bullying are student characteristics, the socioeconomic status of parents and the interaction between teachers and students. The manifestations of students who become victims of bullying are stressful and symptomatic. The facts that happened to victims had a tendency to recur, while the ambivalence of teachers and school principals caused vulnerability for victims.

Kata Kunci : bully victim, mixed methods, determinant, elementary school, perundungan, mixed methods, determinan, sekolah dasar