STUDI KARAKTERISASI PEMASANGAN AERATOR DALAM USAHA MENURUNKAN TEMPERATUR LIMBAH AIR TERPRODUKSI

MUHAMMAD FURQAN, Fauzun, S.T., M.T., Ph.D.

2020 | Tesis | MAGISTER TEKNIK MESIN

Dalam industri minyak bumi dan gas, suhu air limbah terproduksi diatur dalam PERMENLH No.19 Tahun 2010. Suhu yang diizinkan sebelum air limbah terproduksi dibuang ke hutan adalah 45 °C. Proses pendinginan limbah air terproduksi dilakukan diantaranya dengan cara menggunakan aerator yang dipasang di dalam cooling pond. Penambahan sumur produksi akan meningkatkan jumlah limbah air terproduksi yang dibuang. Usaha tim aset dalam mempertahankan produksi dengan melakukan size up 26 sumur produksi mengakibatkan limbah air terproduksi yang masuk ke dalam cooling pond bertambah sebanyak 45.000 BWPD. Hal ini akan mengakibatkan suhu limbah air terproduksi yang akan dibuang ke hutan menjadi meningkat dan tidak memenuhi batasan suhu yang sudah diatur oleh pemerintah. Dalam penelitian ini dilakukan simulasi untuk mengetahui jumlah aerator yang optimum agar proses pendinginan cooling pond oleh aerator bisa memenuhi batas suhu yang diatur oleh pemerintah. Pendinginan dilakukan menggunakan metode spray cooling. Selain itu penelitian ini juga melakukan simulasi untuk mengetahui pola penempatan aerator yang optimum untuk mendapatkan penurunan suhu yang terbesar. Dari simulasi yang dilakukan, didapatkan bahwa 8 unit aerator cukup untuk mendinginkan fluida di dalam cooling pond sesuai dengan ambang batas suhu yang diatur pemerintah. Untuk pola penempatan aerator, pola penempatan tipe C dimana seluruh aerator disusun secara berjejer di tengah cooling pond, merupakan pola penempatan yang terbaik, karena dengan pola penempatan ini didapatkan penurunan suhu fluida terbesar.

In the oil and gas industry, the temperature of produced waste water is regulated in PERMENLH No.19 of 2010. The temperature permitted before the produced waste water is discharged into the forest is 45 ° C. The cooling process of produced waste water is carried out by using an aerator installed inside the cooling pond. The addition of production wells will increase the amount of waste produced. The asset team's effort in maintaining production by carrying out the size up of 26 production wells resulted additional 45,000 BWPD of waste water entering the cooling pond. This will cause the temperature of produced waste water to be disposed of into the forest to increase and not meet the temperature limits set by the government. In this study a simulation was conducted to determine the optimum number of aerators, so that the cooling process of cooling ponds by aerators could meet the temperature limits set by the government. Cooling is done using the spray cooling method. In addition, this study also conducted a simulation to find out the optimum pattern of aerator placement to get the greatest temperature reduction. From the simulation, it was found that 8 units of aerator were enough to cool the fluid inside the cooling pond according to the temperature threshold set by the government. For the aerator placement pattern, the type C placement pattern wherein the entire aerator is arranged in a row at the center of the cooling pond, is the best placement pattern, because with this placement pattern the largest fluid temperature reduction is obtained.

Kata Kunci : aerator, spray cooling, suhu, pola penempatan, dan simulasi