KORELASI ANTARA NILAI BASE EXCESS DENGAN KADAR LAKTAT DARAH PADA PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

HERY TRI SUSANTO, dr. Calcarina Fitriani Retno W, Sp.An, KIC; Dr. Med. dr. Untung Widodo, Sp.An, KIC

2020 | Tesis-Spesialis | SP ILMU ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

Latar belakang: Hipoperfusi dan hipoksia jaringan pada sepsis menyebabkan penumpukan ion hidrogen, penurunan ion bikarbonat ("base") dan kenaikan laktat sebagai akibat dari disfungsi mitokondria dan berkurangnya oksidasi piruvat dalam mitokondria. Penumpukan ion hidrogen, penurunan ion bikarbonat dan kenaikan laktat menyebabkan terjadinya asidosis metabolik dimana nilai base excess merupakan indikator derajat asidosis metabolik. Tujuan: Mengetahui korelasi nilai base excess dengan kadar laktat pada pasien sepsis. Metode: Penelitian observasional prospektif dengan desain cross sectional study. Besar sampel adalah 29 pasien dewasa yang dirawat di ICU RSUP Dr. Sardjito dengan usia lebih besar atau sama dengan 18 tahun dan skor SOFA lebih besar atau sama dengan 2. Base excess dan laktat didapatkan dalam 24 jam pertama terdiagnosis sepsis. Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui derajat hubungan antara base excess dengan laktat. Jumlah populasi sampel yang didapatkan pada penelitian ini sebanyak 36 pasien, 29 subjek memenuhi kriteria inklusi, dan sisanya 7 subjek dieliminasi karena penyakit gagal ginjal. Rerata usia subjek penelitian adalah 53,48 standar deviasi 16,55 tahun dengan 55,2 % laki-laki dan 44,8 % perempuan. Rerata skor SOFA pasien didapatkan 10,07 standar deviasi 3,08 dengan sumber infeksi terbanyak berasal dari paru-paru (69%). Rerata base excess adalah -5,44 standar deviasi 7,46 mEq/L nilai terendah -19 mEq/L dan nilai tertinggi +10 mEq/L. Sebanyak 6 subjek dengan nilai base excess positif dan 23 subjek dengan nilai base excess negatif (base deficit). Rerata laktat adalah 3,76 standar deviasi 2,66 mmol/L. Rerata elektrolit normal dengan rerata natrium sebesar 141,76 standar deviasi 8,33 mmol/L dan rerata klorida adalah 105,86 standar deviasi 8,36 mmol/L. Sedangkan rerata albumin adalah 2,54 standar deviasi 0,49 g/dL. Base excess tidak berkorelasi signifikan secara statistik (p = 0,103; r = -0,309) dengan laktat. Sedangkan base deficit menunjukkan korelasi yang signifikan secara statistik (p = 0,002; r = 0,609) dengan laktat. Pada analisis multivariate didapatkan bahwa laktat merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai base excess (p = 0,049; koefisien = -0,987). Kadar natrium dan klorida merupakan faktor lain yang berpengaruh signifikan secara statistik (p = 0,011; p = 0,037) terhadap nilai base excess. Elektrolit merupakan faktor lain yang berpengaruh signifikan secara statistik (p = 0,011 untuk natrium; p = 0,037 untuk klorida) terhadap base excess. Sedangkan albumin tidak memberikan pengaruh signifikan secara statistik (p = 0,310) terhadap base excess. Kesimpulan: Korelasi nilai base excess dengan kadar laktat pada pasien sepsis yang di rawat di ICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tidak signifikan secara statistik (p = 0,103) dan lemah (r = -0,309).

Background: Tissue hypoperfusion and hypoxia in sepsis cause a build-up of hydrogen ions, a depletion of bicarbonate ion ("base") and an accumulation of lactate because of mitochondrial dysfunction and reduced pyruvate oxidation in the mitochondria. The accumulation of hydrogen ions, the decrease in bicarbonate ions and the increase in lactate cause metabolic acidosis where base excess is an indicator of metabolic acidosis. Objective: To determine the correlation between base excess and lactate of septic patients. Method: This research based on a prospective observational study with a cross sectional approach. The sample size was 29 adult patient ICU with greater than or equal to 18 years and SOFA score greater than or equal to 2. Base excess and lactate obtained within the first 24 hours upon diagnose of sepsis. Correlation analysis is performed to determine the degree of relationship between base excess and lactate. Result: The total sample population obtained in this study were 36 patients, 29 subjects met the inclusion criteria, and the remaining 7 subjects were eliminated due to kidney failure. The mean age of the study subjects was 53.48 standard deviation 16.55 years with 55.2% male and 44.8% female. The mean SOFA score of patients was 10.07 standard deviation 3.08 with the largest source of infection coming from the lungs (69%). The mean base excess was -5.44 standard deviation 7.46 mmol / L with lowest value was -19 mEq / L and highest value was +10 mEq / L. A total of 6 subject with positive base excess and 23 subject with negative base excess (base deficit). The mean lactate was 3.76 standard deviation 2.66 mmol / L. The mean of electrolyte is normal with mean sodium of 141.76 standard deviation 8.33 mmol / L and the mean of chloride is 105.86 standard deviation 8.36 mmol / L. While the mean albumin level was 2.54 standard deviation 0.49 g / dL. Base excess did not correlate statistically significant (p = 0.103; r = -0.309) with lactate. While base deficit showed a statistically significant correlation (p = 0.002; r = 0.609) with lactate. In multivariate analysis, it was found that lactate was the most influential factor on base excess (p = 0.049; coefficient = -0.987). Electrolytes were another factor that had a statistically significant effect (p = 0.011 for sodium; p = 0.037 for chloride) on base excess. While albumin did not have a statistically significant effect (p = 0.310) on base excess. Conclusion: Correlation base excess and lactate in septic patients treated at ICU Dr. Sardjito Yogyakarta was not statistically significant (p = 0.103) and weak (r = -0,309).

Kata Kunci : Base excess, base deficit, laktat, sepsis, ICU