Jenis-jenis Pohon Tidur dan Perilaku Kukang Sumatra (Nycticebus coucang) di Siang Hari di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
REGINA, Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc.
2020 | Skripsi | S1 KEHUTANANSalah satu upaya konservasi populasi kukang sumatra yang telah terancam kepunahan adalah melalui kegiatan rehabilitasi dan pelepasliaran. Salah satu faktor yang penting untuk diamati dalam upaya konservasi kukang sumatra adalah aktivitas tidur. Beberapa penelitian tentang perilaku nokturnal kukang sumatra menunjukkan bahwa kukang juga melakukan aktivitas tidur, maka ada kemungkinan kukang sumatra juga melakukan aktivitas pada siang hari selain tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pohon tidur kukang sumatra dan perilaku yang dilakukan kukang sumatra di siang hari selain tidur di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang merupakan lokasi baru dalam pelepasliaran kukang sumatra. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret dan April 2019 dengan objek penelitian berupa dua individu kukang sumatra, yaitu Temon (jantan) dan Wana (betina). Data pohon tidur yang diambil berupa jenis dan karakteristik pohon tidur serta data ruang tidur kukang pada setiap pohon tidur. Perhitungan indeks nilai penting (INP) dari vegetasi sekitar pohon tidur juga dilakukan sebagai data pendukung jenis pohon tidur. Data perilaku di siang hari kukang sumatra diperoleh melalui pengamatan terhadap kedua individu kukang sumatra dengan metode focal animal continuous sampling. Hasil penelitian pada pohon tidur yang digunakan oleh kukang sumatra menunjukkan bahwa jumlah jenis yang digunakan oleh kedua kukang jauh berbeda, yaitu 7 jenis pohon yang digunakan Temon dan 14 jenis yang digunakan Wana. Tiga jenis yang paling banyak digunakan oleh Temon yaitu: beunying (Ficus fistulosa); jengkol (Archidendron pauciflorum); dan kakao (Theobroma cacao), sedangkan yang paling banyak digunakan Wana adalah: jengkol (Archidendron pauciflorum); kakao (Theobroma cacao); dan durian (Durio zibethinus). Berdasarkan perhitungan INP, spesies yang terbanyak digunakan tersebut juga memiliki nilai INP yang tinggi di sekitar lokasi tidur kedua kukang tersebut. Persentase perilaku selain tidur yang dilakukan oleh kukang sumatra yaitu 7,62% pada Temon dan 2,9% pada Wana. Adapun perilaku yang dilakukan oleh Temon adalah perilaku aktif (11,22%), berjalan (15,10%), makan (6,27%), mencari makan (29,45%), berpindah pohon tidur (23,17%), menelisik sendiri (13,25%), dan perilaku lain berupa posisi tubuh yang tidak biasa (1,54%). Perilaku yang dilakukan Wana yaitu perilaku aktif (45,24%), berjalan (13,35%), menelisik sendiri (28,41%), dan perilaku lain berupa pengusiran serangga pengganggu tidur (13,00%). Persentase perilaku selain tidur yang lebih besar pada Temon diduga memengaruhi kualitas tidurnya, sehingga berdampak pada penurunan kesehatan dan berujung pada kematian setelah pengambilan data.
One of the efforts to preserve sunda slow loris population, which has been threatened with extinction, is through rehabilitation and release activities. One of the important factors to be observed in sunda slow loris conservation effort is sleep activity. Several studies on nocturnal behavior of sunda slow loris have shown that this species also do sleeping behavior, so it is possible that sunda slow loris also performs activities during the day apart from sleeping. This study aims to determine the species of sunda slow loris' sleeping trees and the diurnal behavior of sunda slow loris in Bukit Barisan Selatan National Park, which is a new location for the release of sunda slow loris. This research was conducted on March and April 2019 with two individuals sunda slow lorises as the object, namely Temon (male) and Wana (female). The sleeping trees data consist of species and characteristics of sleeping trees, and slow loris' sleeping space on each tree. Importance value index (IVI) of vegetation around sleeping trees was calculated as supporting data for sleeping tree species. Diurnal behavior data of sunda slow loris was identified through observations of the two sunda slow lorises using focal animal continuous sampling method. The results of the research on sleeping trees used by sunda slow loris showed that the number of species used by the two slow lorises was far different, which are 7 species of trees used by Temon and 14 species used by Wana. Three species that are often used by Temon, they were: fig trees (Ficus fistulosa); archidendron (Archidendron pauciflorum); and cocoa (Theobroma cacao), while the ones Wana often used were: archidendron (Archidendron pauciflorum); cocoa (Theobroma cacao); and durian (Durio zibethinus). Based on IVI calculation, the species that were mostly used also had high IVI values around the sleeping locations of the two slow lorises. The percentage of diurnal behavior performed by sunda slow loris is 7,62% for Temon and 2,9% for Wana. The behaviors carried out by Temon were active behavior (11,22%), locomoting (15,10%), feeding (6,27%), foraging (29,45%), moving from one to another sleeping trees (23,17%) , grooming (13,25%), and others (1,54%). The behaviors performed by Wana were active behavior (45,24%), locomoting (13,35%), grooming (28,41%), and others (13,00%). The higher percentage of diurnal behavior in Temon was presumed to affect its sleep quality, that had an impact on health decline and lead to death after data collection.
Kata Kunci : Kukang sumatra, pohon tidur, perilaku selain tidur, TN Bukit Barisan Selatan