Laporkan Masalah

Dekonstruksi dalam arsitektur :: Kajian teori dan metoda perancangan

NATALISA, Adityarini, Ir. Sudaryono, M.Eng.,PhD

2002 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Dekonstruksi dalam arsitektur muncul dan berkembang tidak lepas dari proses panjang perkembangan arsitektur itu sendiri, yang juga dipengaruhi oleh kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi. Kebosarian akan International Style pada era Arsitektur Modern, menyebabkan adanya berbagai perubahan langgam dan pemikiran arsitektur yang baru, baik yang berprinsip tetap mempertahankan sebagian kaidah lama, merevisi sesuai kondisi yang diinginkan, atau justru membongkar kaidah lama yang dianggap telah mengalami kemapanan dengan sesuatu yang baru dan berbeda. Dekonstruksi adalah bagian dari prinsip ketiga tersebut. Berangkat dari isu “anti-kemapanan” tersebut, penelitian ini menggali lebi h dalam berbagai konsepsi Dekonstruksi dalam arsitektur secara tekstual, dengan harapan dapat menyimpulkan akar filosofinya dan metoda yang dapat dij adikan tolok ukur suatu karya arsitektur memenuhi kaidah-kaidah Dekonstruksi. Penelitian ini menggunakan metoda Content Analysis, sehingga kasuskasus yang diambil dilakukan secara purposif dengan kriteria tertentu. Pada tahapan pertama mengenai konsep Dekonstruksi dari tujuh filosoflarsitek, diambil dari dua buku utama, yaitu “Deconstruction” (Papadakis, 1989) dan “The New Moderns” (Jencks, 1990). Sedangkan untuk tahapan kedua, analisis kasus berupa enam karya arsitektur yang diambil dengan kriteria antara lain telah dibangun dan ketersediaan data berupa gambar atau foto, karena secara empiris peneliti tidak memungkinkan untuk melihat langsung bangunan-bangunan tersebut. Pada penelitian tahap satu, konsepsi Dekonstruksi yang digali dari gagasan dan pendapat Jacques Derrida, Kazuo Shinohara, Charles Jencks, Peter Eisenman, Philip Johnson, Mark Wigley, dan Andrew Benjamin, menunjukkan adanya berbagai perbedaan disamping adapula beberapa persamaan yang dapat ditarik garis merahnya. Bahwa Dekonstruksi dalam arsitektur lebih berupa wacana yang dicoba diterjemahkan ke dalam suatu karya praksis melalui berbagai metoda, yang bisa terkait maupun tidak terkait dengan Modernism, dan secara konsep berarti membongkar sesuatu yang sudah mapan atau membuat sesuatu yang tidak akan mapan, adalah akar filosofi Dekonstruksi dalam Arsitektur yang dapat disimpulkan pada penelitian ini. Pada penelitian tahap kedua, dengan tolok ukur berupa dua belas metoda Dekonstruksi yang telah dirumuskan pada tahap satu, keenam kasus terpilih, yaitu Parc de la Villette (Paris), Wexner Center for the Visual Arts (Ohio), Nexus World Housing (Fukuoka), The Jewish Museum (Berlin), Vitra Design Museum (Jerman), dan Attic Conversion (Vienna), dilihat dan dianalisis lebih jauh apakah dapat ditemukan dan dinilai dalam konteks metoda Dekonstruksi. Hasilnya menunjukkan, bahwa semakin banyak metoda Dekonstruksi ditemukan pada kasus tersebut, maka semakin tinggi derajat ke-dekonstruksi-an karya tersebut. Sedangkan metoda Dekonstruksi yang paling dominan ditemukan pada kasus, ialah dislocation, displacement, diflerence, decentring/discontinuity, dan decomposition, yang selanjutnya itu menjadi sesuatu yang seharusnya dimuat oleh para arsitek dalam merancang karya arsitektur yang dekonstruktif

Deconstruction in Architecture arose and grown inseparable with the long process of the development of architecture itself, also influenced by social condition, cultural, economic, and technology. The boring of International Style at Modem Architecture era, resulted in variety of changing in style new thought of architecture, including everything which has principal to maintain a part of the last principle , to revise conform with the proposed condition, or even to break the last principle, which is thought already had stability at something new and different. Deconstruction is a part of these three principal starting form anti-kernupunun issues, this research digs deeply the variety of conception of Deconstruction in textual architecture, in order to make conclution the root of phylosophy and methode which can be parameter the architecture design to fulfil1 principle of Deconstruction. This research uses Content Analysis method, so the cases taken are done by purpose with specified criteria. At first step, about Deconstruction concept from seven philosopher or architects, is taken from two main books. Those are “Deconstruction” (Papadakis, 1989) and “The New Modern” (Jencks, 1990). The second step, case analysis containts of six architecture designs. This is taken from criteria such as: already built and availability of architectural drawing and pictures. Because researcher impossible direct to look at those building at the real location.. At the first step research, Deconstruction concept is explored from their idea and opinion. There are Jacques Derrida, Kazuo Shinohara, Charles Jencks, Peter Eisenman, Philip Johnson, Mark Wgley, and Andrew Benjamin. The concepts from them are differently. In the other hand, parts of those are similar. Deconstruction in architecture is a discourse which can be translated in architectucral design by many of methods.. There are relate or unrelate to Modernism. Conceptually, it means break something that is already stability or make something won’t be stability. It is the root of philosophy of deconstruction in architecture. At the second research, by twelve deconstruction method as parameter to analize six cases study; Parc de la Villette, Wexner Center for the Visual Arts, Nexus World Housing, the Jewish Museum, the Vitra Design Museum, dan Attic Conversion. The result of this research is; more deconstruction methods are applied, so it is more degree of value of deconstruction at case. The dominan of deconstruction method that can be found from those cases are dislocation, displacement, difference, decentring/discontinuity and decompotition. Finally, the dominan of deconstruction method must be contained in the architectural design

Kata Kunci : Arsitektur,Perancangan,Dekonstruksi


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.