SATUAN FONOLOGIS DAN LEKSIKAL BAHASA JAWA KABUPATEN KEDIRI: KAJIAN GEOGRAFI DIALEK
NATHANAEL EKA N, Drs. Ridha Mashudi Wibowo, M.Hum.
2020 | Skripsi | S1 BAHASA DAN SASTRA INDONESIAPenelitian ini bertujuan untuk menguraikan satuan kebahasaan meliputi fonologi dan leksikon yang muncul dalam penggunaan bahasa Jawa Kabupaten Kediri dan menjelaskan persebaran penggunaan satuan kebahasaan tersebut dalam peta bahasa. Pengambilan data dilakukan di lima titik pengamatan dengan mempertimbangkan aspek geografis, topografi, dan sejarah kerajaan di Kabupaten Kediri. Data penelitian ini berupa berian bahasa Jawa dari 200 kosakata dasar Swadesh bahasa Indonesia. Data diambil menggunakan metode pupuan lapangan yang memiliki dua cara pengumpulan bahan, yaitu cara pencatatan dan langsung dan perekaman dengan teknik pancing dan teknik cakap semuka. Data dianalisis menggunakan metode padan fonetis artikulatoris dan metode komparasi. Penyajian data dilakukan secara formal melalui tabel dan gambar dan secara informal melalui paparan deskriptif. Hasil penelitian ini adalah temuan bahwa satuan fonologis BJKK meliputi 9 vokal yang dapat terdistribusi di semua posisi dan 1 vokal yang hanya dapat terdistribusi di akhir kata; konsonan hambat letup (bilabial, apiko-dental, apiko-palatal, medio-palatal, dorso-velar, glotal), konsonan nasal (bilabial, apiko-alveolar, medio-palatal, dorsovelar), konsonan sampingan, konsonan geseran (lamino-alveoloar, laringal), konsonan getar apiko-alveolar, dan semivokal (labio-dental dan medio-palatal; 17 jenis gugus konsonan; dan variasi bebas yang meliputi asimilasi, disimilasi, penguatan bunyi, dan pelemahan bunyi. Terdapat variasi leksikal berupa fonem meliputi protesis, epentesis, paragog, aferesis, sinkope, penggunaan bentuk yang lebih singkat, metatesis, monoftongisasi, dan penghilangan gugus konsonan (klaster) serta variasi berupa leksikon yang berbeda menyeluruh meliputi onomasiologis dan semasiologis. Lapisan onomasiologis dan semasiologis dalam peta bahasa menyatakan irama isoglos yang memencar, sehingga menunjukkan bahwa BJKK pada TP 2 berasal dari masa yang lebih tua. Penggunaan BJKK dipengaruhi oleh faktor geografis, topografi, keterjangkauan wilayah, sejarah, dan kebudayaan, dan mata pencaharian serta tingkat pendidikan pembahan. Kabupaten Kediri merupakan daerah perbatasan wilayah kebudayaan Mataraman dan kebudayaan Arek, sehingga kosakata BJKK merupakan perpaduan keduanya. Hambat alam berupa Sungai Brantas yang membelah Kabupaten Kediri menjadi dua merupakan salah satu batas wilayah kebudayaan tersebut.
This research aims to describe linguistic units including phonology and lexicon that appear in the use of Javanese in Kediri Regency and to explain the distribution of the use of these language units in the language map. The data were collected at five observation points by considering geographical, topographic, and historical aspects of the kingdom in Kediri Regency. The data of this research are in the form of Javanese language from 200 basic Indonesian Swadesh vocabularies. The data were collected using the field pupuan method which has two methods of collecting material, namely the direct and direct recording method and the recording method using fishing techniques and interview. The data were analyzed using the articulatory phonetic equivalent method and the comparative method. The data are presented formally through tables and figures and informally through descriptive explanations. The results of this research are the findings that the BJKK phonological unit includes 9 vowels which can be distributed in all positions and 1 vowel which can only be distributed at the end of a word; popup inhibitory consonants (bilabial, apico-dental, apico-palatal, medio-palatal, dorso-velar, glotal), nasal consonants (bilabial, apico-alveolar, medio-palatal, dorsovelar), side consonants, friction consonants (lamino-alveoloar , larynx), apico-alveolar vibrating consonants, and semivocals (labio-dental and medio-palatal; 17 types of consonant groups; and free variations including assimilation, dissimilation, sound strengthening, and sound attenuation. There are lexical variations in the form of phonemes including prostheses, epentesis, paragraph, apheresis, syncope, the use of shorter forms, metathesis, monophthongization, removal of consonant groups (clusters), and the variations in the form of lexicons that are completely different including onomasiological and semasiological. The onomasiological and semasiological layers in the language map indicate the scattered isoglossal rhythm, thus indicating that BJKK in TP 2 comes from an older period. The use of BJKK is influenced by geographic, topographic, regional affordability, historical and cultural factors, as well as livelihoods and education level of interviewees. Kediri Regency is the border area of the Mataraman culture and Arek culture, so the vocabulary of BJKK is a combination of the two. The natural barrier in the form of the Brantas River which divides Kediri Regency into two is one of the cultural boundaries.
Kata Kunci : dialektologi, geografi dialek, satuan fonologis, satuan leksikal, BJKK