Faktor Prediktor Kejadian Flare pada Anak dengan Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik

LILISIANAWATI, dr. S. Yudha Patria, Ph.D, Sp.A(K); dr. Sumadiono, Sp.A(K)

2020 | Tesis | MAGISTER ILMU KEDOKTERAN KLINIS

Latar belakang: Perjalanan penyakit LES sangat bervariasi dan tidak bisa diprediksi dengan fase remisi, persisten aktif, dan flare. Kejadian flare berhubungan dengan kerusakan organ yang berat dan permanen, penurunan kualitas hidup, dan biaya medis yang tinggi. Identifikasi faktor prediktor kejadian flare sangat diperlukan untuk deteksi dan intervensi dini. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor prediktor kejadian flare pada anak dengan penyakit LES di Yogyakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif. Data diambil dari rekam medis pasien LES anak di RSUP Dr Sardjito antara tahun 2013 sampai 2019 berdasarkan kriteria American College of Rheumatology (ACR). Pengukuran kejadian flare berdasarkan skor MEX SLEDAI. Analisis kesintasan dilakukan dengan metode Kaplan-Meier dan cox regression. Hasil: Seratus delapan pasien LES dilibatkan dalam penelitian ini dengan 91,67% adalah perempuan dan usia median saat terdiagnosis adalah 14 tahun. Insidens flare sebesar 44% dengan median terjadinya flare adalah 43 bulan. Sebagian besar pasien yang terlibat dalam penelitian ini menunjukkan tingkat aktivitas penyakit berat (median skor MEX SLEDAI 10-12). Dosis kumulatif steroid tinggi yang diberikan dalam 6 bulan pertama (HR=0,33; IK 95% 0,17-0,64) dan penggunaan klorokuin (HR=0,47; IK 95% 0,24-0,93) terbukti menurunkan kejadian flare. Analisis multivariat cox regression menunjukkan gangguan ginjal saat awal terdiagnosis (HR=3,27; IK 95% 1,63-6,52) dan infeksi (HR=4,63; IK 95% 2,49-8,59) merupakan faktor prediktor yang berpengaruh terhadap kejadian flare pada anak LES. Kesimpulan: Terapi inisial glukokortikoid dosis kumulatif tinggi dan penggunaan klorokuin terbukti sebagai faktor proteksi kejadian flare. Gangguan ginjal saat awal terdiagnosis dan infeksi merupakan faktor prediktor kejadian flare pada anak dengan LES.

Background: The course of SLE is highly variable and cannot be predicted with remission, active persistent, and flares. SLE flares are associated with severe and permanent organ damage, decreased quality of life, and higher medical costs. Identification of predictor factors of flares in SLE is needed for early detection and intervention. Objective: This study aimed to determine the predictors of flares of children with SLE in Yogyakarta. Methods A cohort retrospective study was conducted using pediatric SLE patient�s medical records at Sardjito General Hospital between 20013 and 2019 based on the criteria of the American College of Rheumatology (ACR). Measurement of flare events based on MEX SLEDAI scores. Survival analysis was performed using the Kaplan-Meier method and cox regression. Results: One hundred eight SLE patients were included in this study with 91.67% were women and the median age at diagnosis was 14 years. Incidence of flares was 44% with the median time to flare was 43 months. Most of the patients involved in the study showed severe disease activity levels (median MEX SLEDAI score 10-12). High cumulative steroid doses given in the first 6 months (HR=0,33; IK 95% 0,17-0,64) and chloroquine treatment (HR=0,47; IK 95% 0,24-0,93) have been shown to reduce the incidence of flares. Multivariate cox regression analysis showed renal impairment at the time of diagnosis (HR=3,27; IK 95% 1,63-6,52) and infection (HR=4,63; IK 95% 2,49-8,59) are predictors that influence the incidence of flares in SLE children. Conclusions: Initial cumulative high glucocorticoid therapy and chloroquine treatment have been found to be protective factors of flares. Otherwise, renal impairment at the time of diagnosis and infection were predictor factors of flares in children with SLE.

Kata Kunci : flare, anak, lupus eritematosus sistemik, LES, prediktor, Indonesia