Kejahatan Sunyi : Potret Pelecehan Seksual Buruh Perempuan dan Strategi Mengadvokasinya di Kawasan Berikat Nusantara Cakung, DKI Jakarta
RUFAIDAH ASLAMIAH, Milda L. Pinem, S.Sos., M.A., Ph.D. ; Dr. S. Djuni Prihatin, M.Si.
2020 | Tesis | MAGISTER PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAANINTISARI Kesetaraan gender dianggap sebagai elemen penting dalam mencapai pekerjaan yang layak baik bagi wanita maupun pria, untuk melakukan perubahan sosial dan kelembagaan yang mengarah pada pembangunan berkelanjutan dengan pemerataan dan pertumbuhan. Banyaknya pekerja perempuan sudah mulai menunjukkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. namun dalam bidang ketenagakerjaan sangat rawan adanya ketidakadilan gender, salah satunya adalah sexual harrasment terhadap buruh perempuan. Pasalnya pada tahun 2017 terdapat sebuah kajian yang dilakukan oleh Perempuan Mahardhika, hasilnya menunjukkan bahwa 56,5% dari 773 buruh pernah mengalami bentuk pelecehan seksual di tempat kerja khususnya di KBN Cakung. Berdasarkan realitas tersebut, muncul pertanyaan untuk dapat mengetahui bagaimana potret pelecehan seksual buruh perempuan di KBN Cakung beserta strategi advokasi yang dilakukan oleh relawan buruh perempuan yang memiliki kepedulian terhadap isu pelecehan seksual terhadap buruh perempuan di tempat kerja khususnya di KBN Cakung. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan suara para buruh perempuan dalam melawan kejahatan sunyi di tempat kerja. Penelitian ini membantu untuk memahami dan menjelaskan dunia sosial teman-teman buruh perempuan berdasarkan kacamata mereka, Penelitian ini menggunakan metode penelitian feminis yang berfungsi untuk mengungkap suara perempuan atau giving voice. Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive, dengan didampingi oleh gate keeper. Hasil dari penelitian ini menunjukkan potret pelecehan seksual yang dialami oleh buruh perempuan baik secara verbal, psikis maupun fisik. Ditemukan empat bentuk pelecehan di luar 16 bentuk yang sudah ditetapkan yakni voyeurisme, pelecehan seksual berbasis online, kencan paksa dengan modus dinikahi dan juga adanya intimidasi. Adanya reduksi yang dilakukan oleh struktur membuat kejahatan sunyi tidak dapat dikategorikan sebagai diskursus dominan tentang kriminalitas. Terdapat dua bentuk kepentingan gender yakni kepentingan gender yang bersifat strategis melalui penelitian dan pendokumentasian; audiensi bersama pihak Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan pihak KBN; dan pembuatan film dokumenter. Serta advokasi yang diklasifikasikan ke dalam kepentingan gender yang bersifat praktis yaitu dengan membangun jaringan serta diskusi dan sosialisasi terbuka di area KBN. Kata Kunci : Kejahatan Sunyi, Pelecehan Seksual, Buruh Perempuan
ABSTRACT Gender equality is considered an essential element in achieving decent work for both women and men, for carrying out social and institutional changes that lead to sustainable development with equity and growth. Gender equality refers to the equal rights, responsibilities and opportunities that everyone should enjoy, regardless of whether a person is born male or female. The number of female workers has begun to show equality between men and women. However, the manpower sector is very prone to gender injustice, one of which is sexual harrasment of women workers. In 2017 there was a study conducted by Perempuan Mahardhika, the results showed that 56.5% of 773 workers had experienced some form of sexual harassment in the workplace, especially at KBN Cakung. Based on this reality, questions arise to be able to find out how the portrait of sexual harassment of women workers at KBN Cakung and the advocacy strategies carried out by female labor volunteers who are concerned about the issue of sexual harassment of women workers in the workplace, especially at KBN Cakung. This study aims to reveal the voices of women workers in against silent crime in the workplace. This research helps to understand and explain the social world of female worker based on their perspective.This study uses a feminist research method to reveal women's voices. In this study, the technique of determining the informants used a purposive technique accompanied by a gatekeeper. The results of this study indicate a portrait of sexual harassment experienced by female workers both verbally, psychologically and physically. Four forms of harassment were found outside the 16 established forms, namely voyeurism, online-based sexual harassment, forced dating with a marriage mode and also intimidation. The existence of reduction carried out by the structure makes silent crime unable to be categorized as the dominant discourse about crime. There are two forms of gender interests, namely strategic gender interests through research and documentation; hearings with the Ministry of Women's Empowerment and Child Protection (KPPPA) and the KBN; and documentary film making. As well as advocacy that is classified into practical gender interests, namely by building networks as well as open discussions and socialization in the KBN area. Keywords: Silent Crime, Sexual Harassment, Female Labor
Kata Kunci : Kejahatan Sunyi, Pelecehan Seksual, Buruh Perempuan