Meradikalkan Hegemoni Empowerment; Studi Perpolitikan Makna
AMIN TOHARI, Prof. Dr. Purwo Santoso, M.A.
2020 | Disertasi | DOKTOR ILMU POLITIKIni adalah kajian tentang empowerment sebagai sebuah perpolitikan, sebagai proyek hegemoni, atau titik ekuivalensi berbagai pemaknaan partikular. Dalam kajian ini empowerment diperlakukan sebagai tanda kosong, dan tidak (pernah) final. Dengan cara ini perpolitikan yang progresif berlangsung melalui pertarungan makna, memperebutkan ataupun melawan hegemoni. Studi ini menunjukkan bahwa, sebagai proyek hegemoni, empowerment berhasil mengikat sekaligus memungkinkan berlangsungnya pertarungan antar beberapa diskursus dominan. Dengan mengoperasikan analisis diskursus Laclau & Mouffe, studi ini menunjukkan empowerment berkembang sekaligus didestabilisasi dalam dan oleh tourisme, konservasi, dan investasi. Pertarungan ini memunculkan tourisme sebagai makna empowerment sementara yang hegemonik. Tetapi sekali menjadi yang hegemonik tourisme mengalami proses pengosongan, yang artinya mengikat sekaligus memungkinkan pertarungan wacana-wacana lainnya berikutnya; hingga akhirnya muncul wisata rakyat sebagai makna (sementara) atas tourisme. Proses yang sama berlangsung sampai munculnya Pindul sebagai penanda kosong yang paling baru. Dengan melihatnya sebagai projek hegemoni, semua pihak yang terlibat dalam memaknainya ikut dihitung sebagai bagian dari empowerment. Tidak ada lagi istilah yang menyebutkan kelompok tertentu progresif dan kelompok lain konservatif karena semua melakukan upaya yang sama mendefinisikan empowerment. Pendekatan ini karenanya secara metodologis lebih terbuka dan demokratis; dan memaknai projek hegemoni sebagai proses pembentukan the people secara konkrit. The people terjadi ketika beragam tuntutan berhasil merajut rantai solidaritas bersama. Empowerment menjadi lebih radikal ketika semakin banyak pihak ikut terlibat dalam merumuskan makna empowerment sehingga empowerment sendiri menjadi ruang berlangsungnya demokrasi yang subtantif.
This is a study of empowerment as a political matter, as a hegemonic project, or the equivalence point of various particular meanings. As an empty sign, empowerment is never final. And as a hegemonic project, empowerment is successful and at the same time enables several dominant discourses to take place. By operating a discourse analysis by Laclau & Mouffe, this study shows that empowerment is developing as well as being destabilized in and by tourism, conservation, and investment. This battle prohibits tourism as a hegemonic meaning of temporary empowerment. But once tourism becomes hegemonic, it undergoes a process of emptying, which means it binds at the same time supports the battle for other discourses; until finally, community tourism emerged as a (temporary) meaning of tourism. The same process continues until Pindul measurement as the most recent blank marker. By seeing it as a hegemony project, all parties involved in interpreting it are counted as part of empowerment. There is no longer a term that mentions certain groups of progressives and other groups of conservatives because they all make the same efforts to define empowerment. This approach is methodologically more open and democratic; and interpret the hegemony project as a concrete direct process of ordering people. People who happen to be in emergencies weave a chain of solidarity together. Empowerment becomes more radical when more and more parties participate in formulating the meaning of empowerment so that empowerment itself becomes a space for substantive democracy to take place.
Kata Kunci : hegemony, empowerment, politic, democracy, tourism