Laporkan Masalah

Fajar menyingsing di Timur Nusantara :: Kristenisasi dan kolonialisme di Manokwari 1855-1962

KUSUMO, Handono, Prof.Dr. Djoko Suryo

2002 | Tesis | S2 Sejarah

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai proses masuknya agama Kristen dan berbagai kebijakan “pembangunan” pemerintah kolonial Belanda di Manokwari, serta dampaknya terhadap kehidupan masyarakat Manokwari selama periode 1855-1 962. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat Manokwari pada waktu kedatangan . para zendeling perintis masih sangat tradisional dan menganut “agama suku”. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok sukulklen dan terasing satu sama lain. Masyarakat senantiasa hidup dalam pergolakan, disebabkan oleh berbagai tindakan yang sangat merugikan dari kelompok lain, seperti perompakan, pengayauan, perbudakan, dan praktek-praktek ilmu sihir (suangi), terutama karena didorong oleh motif-motif ekonomi dan pembalasan dendam. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut, termasuk peperangan antar suku pada akhirnya dapat dihentikan oleh pemerintah kolonial Belanda setelah penegakan pemerintahan di Manokwari (1 898). Usaha mengkristenkan penduduk Manokwari pada awalnya mengalami banyak hambatan karena pada umumnya masyarakat masih sangat terikat pada adat dan tradisi serta kepercayaan warisan dari nenek moyang mereka. Dalam empat puluh lima tahun usaha pekabaran lnjil baru 231 orang yang telah dibaptis pada tahun 1900. Berkat kesabaran, keuletan dan ketekunan sebagian zendeling, dan terutama pengaruh pertobatan massal masyarakat di pulau Roon (1 907), maka semakin banyak masyarakat Manokwari yang kemudian tertarik dan masuk agama Kristen. Adapun dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pekabaran lnjil maupun berbagai kebijakan pemerintah kolonial Belanda di Manokwari adalah perubahan-perubahan di bidang keagamaan, ekonomi, sosial, dan budaya. Di bidang keagamaan, yaitu terbentuknya komunitas Kristen, disebabkan oleh meningkatnya jumlah pemeluk agama Kristen yang telah mencapai sekitar 7.500 orang atau 57,82 YO dari keseluruhan jumlah penduduk Manokwari pada tahun 1956. Kemudian muncul penginjil pribumi dan terbentuk organisasi gereja mandiri, yaitu Gereja Kristen lnjili (GKI) di Nieuw Guinea Belanda (sekarang lrian Jaya) pada tahun 1956. lmplikasi dalam bidang ekonomi, yaitu meningkatnya usaha di bidang pertanian/perkebunan, peternakan, perikanan, perdagangan, dan industri. Masyarakat pribumi semakin ikut terlibat di dalamnya dan mendapat sejumlah keuntungan. Terbukanya pelayanan di bidang transportasi dan komunikasi telah memudahkan orang untuk bepergian ke berbagai tempat dan memperlancar berbagai urusan. Perubahan dalam aspek sosial, yaitu pelayanan bidang pendidikan memunculkan kelas terdidik pribumi, kesehatan rakyat dapat ditolong, perubahan tata ekologis kota dan perkampungan penduduk, serta terbentuk struktur sosial baru. Berbagai kemajuan kehidupan di kota telah mendorong pula arus migrasi ke kot2 untuk mencari pekerjaan/penghidupan. Dalam aspek budaya, perubahan tampak dalam ha1 padangan hidup (Kristen), gaya hidup (Barat), dan penguasaan bahasa (Melayu/lndonesia dan Belanda).

This research aims to give an account of the process of the introduction of Christianity and the various development policies of the Dutch colonial government in Manokwari as well as their impact on the life of the Manokwari people during the period 1855-1 962. The result of the research indicates that when the pioneering missionaries arrived in Manokwari, the people were leading a very traditional life and they professed an indigenous religion. They lived in tribal communities and were isolated from each other. They invariably lived in a state of turbulence caused by tribal clashes and triggered by widespread practices of piracy, headhunting, slavery, and witchcraft which stemmed from economic motives and the spirit of revenge. These bad practices, including tribal wars, were eventually put to an end by the Dutch after the establishment of government in Manokwari (1 898). The christianization of Manokwari was at first resisted by the native people because of their strict adherence to their customs and tradition as well as the belief they inherited from their ancestors. During the forty-five years of missionary work, only 231 people were baptized in 1900. The missionaries' patience, hard work and perseverance, and particularly the mass conversion of the local community in the island of Roon (1907) resulted in a greater number of people in Manokwari who were attracted to Christianity and embraced this religion. Among the impacts of missionary work and the Dutch government's policies in Manokwari were religious, economic, social and cultural changes. In the religious field, a Christian community was established owing to increasing numbers of converts totaling 7.500 or 57.82 % of the whole population of Manokwari in 1956. This was followed by the emergence of indigenous evangelists and the establishment of an independent church organization, i.e. GKI (evangelical Christian Church) in the Dutch New Guinea (now lrian Jaya) in 1956. The economic implications were increased development of undertakings in the fields of agricuIture/plantation, livestock farming, fishery, trade and industry. The local natives began to be more involved in economic activity. The establishment of services in transportation and communication enabled people to travel and facilitated the management of daily affairs of the people. The social changes were evident in the the emergence of educated natives through educational services, better health care, a change in the ecological setup of the urban and rural areas, and a new social structure. Urban development encouraged a flow of migration of job seekers. The cultural aspect of social changes was evident in the people’s outlook on life (based on Christianity), lifestyle (Western), and language mastery (Malay/lndonesian and Dutch). Key words : Manokwari, Christianization, colonialism, and social change.

Kata Kunci : Sejarah Indonesia,Kristenisasi Manokwari


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.