PLACEMAKING PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO SETELAH REVITALISASI

MARINDA NOOR F N P, Syam Rachma Marcillia, S.T., M.Eng., Ph.D.

2020 | Tesis | MAGISTER ARSITEKTUR

Kawasan koridor Malioboro mengalami Revitalisasi dengan tujuan untuk mewadahi kebutuhan Ruang Terbuka Publik masyarakat dan meningkatkan minat pengunjung dalam berjalan kaki. Revitalisasi pada koridor ini telah terlaksana dengan melakukan adanya perubahan pada area jalur pedestrian. Adapun perubahan yang terjadi pada revitalisasi adalah pelebaran area jalur pedestrian pada kedua sisi Jalan Malioboro dan penambahan amenities untuk menunjang fungsi pedestrian ways. Keadaan jalur pedestrian pada pedestrian sebelum revitalisasi merupakan area kendaraan tidak bermotor pada sisi barat dan sebagai pedestrian dan parkir motor pada sisi timur. Setelah revitalisasi berubah menjadi pedestrian ways pada kedua sisinya dengan adanya penambahan amenities. Placemaking adalah sebuah proses akan penciptaan sebuah ruang publik sebagai wadah bagi semua komunitas, dengan memperkuat hubungan antara pelaku dengan ruang publik yang ada. Metode kuantitatif berupa teori terkait ruang terbuka publik, setting aktivitas, elemen ruang jalan dan juga placemaking yang digunakan untuk mengidentifikasi variabel berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan kondisi lokasi amatan. Pendekatan secara kualitatif dilakukan untuk mengenali kualitas ruang terbuka pulik yang sesuai dengan lokasi penelitian. Dalam menunjang justifikasi berdasarkan teori yang ada maka digunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif didapatkan dari hasil penilaian kuesioner yang dibagikan kepada seluruh pelaku yang terwadahi oleh ruang terbuka publik Jalan Malioboro setelah revitalisasi. Hasil dari penelitian adalah mengetahui jenis pelaku dan aktivitas apa saja yang terjadi. Dimana sudah ruang publik pada Jalan Malioboro setelah revitalisasi sudah mewadahi semua pelaku aktivitas namun terdapat batasan bagi pelaku aktivitas necessary dibandingkan dengan pelaku optional dan juga social. Pucak aktivitas sudah terjadi sejak pagi. Berdasarkan elemen fisik ruang jalan Area frontage bangunan fungsi komersial lebih menarik pelaku aktivitas. Konflik pada area clear path, pemanfaatan pada street furniture zone dan buffer zone mulai terjadi pada sore hari ketika terjadi puncak aktivitas. Nilai persepsi placemaking kawasan koridor malioboro setelah revitalisasi sudah tinggi dari segi pelaku aktivitas pengunjung namun apabila dari pelaku aktivitas lain yaitu pedagang dan komunitas memiliki nilai placemaking masih lebih rendah dari semua variabel placemaking yang ada antara lain used and activity, access and linkage, comfort and image serta sociability. Sehingga adanya revitalisasi pada koridor amatan sejauh penelitian ini dilakukan dapat dikatakan berhasil untuk pengunjung namun belum bagi pelaku komunitas dan pedagang. Apabila ditinjau dari tujuan dari revitalisasi adalah sebagai ruang terbuka publik kota yang seharusnya dapat mengakomodasi semua pelaku aktivitas seharusnya ketiga pelaku aktivitas memiliki persepsi terkait placemaking yang sama.

Malioboro's revitalization aimed to accommodate open public space and increased the pedestrian. Revitalization is accomplished by changing some design om the sidewalk area. Expanded the pedestrian ways at both sides and add more amenities; some changes to realizing the goal revitalization of Malioboro street. Before revitalization, the west sidewalk's function is to non- motorized vehicles, and the east sidewalk is for motorcycle parks. After revitalization, the function into pedestrian ways in both sidewalks. Because of the revitalization of the Malioboro corridor, this corridor should have succeeded in creating a public space that could better accommodate all the activities and all every level community. It is can be exciting research. The researcher can again review whether the renewed design element can redefine the real public open space, or are there other factors that need to be improved to create a public space in the streetscape area, especially for the user's activity in the Malioboro street. Placemaking is the method of creating an available space as a forum to all communities by engaging the relationship between users and the public space, Project of Public Space (2010). This process is vital to find out whether the Malioboro street is alive. Because of that, this research aims to find out the placemaking process and the amount of placemaking in the Malioboro road corridor after revitalization. Placemaking can be used as an alternative in improving the quality of space in research objects. Quantitative methods are used from the theories related to public spaces. A qualitative approach is used to identify the quality of public open spaces in accordance with the research location. That is used to supporting the justification based on existing theories; quantitative methods are used. The quantitative approach is obtained from the results of the assessment of questionnaires distributed to all users; user as visitor, seller and community who are accommodated by the public open space on Jalan Malioboro after the revitalization. The result of this research is to know the types of user and activities that occurred them. Malioboro street, after the revitalization, has accommodated all users with them activity, but there are limits for a user with necessary actions compared to those who are optional and social. The peak of effort has been going on since morning. Based on the physical elements of road space, a commercial function building's frontage area is more attractive to activity actors. Conflicts in the exact path area, utilization in the street furniture zone, and the buffer zone began to occur in the afternoon when there was a peak activity peak. The value of placemaking in the Malioboro corridor after revitalization is already high in terms of the user as a visitor, but if another activity user; seller, and communities have a placemaking value, that is still lower than all the existing placemaking variables, including used and activity, access and linkage, comfort and image and sociability. So that the revitalization of the observation corridor so far this research has been conducted can be said to be successful for visitors but not for community actors and seller.

Kata Kunci : Koridor Malioboro, Revitalisasi, Ruang Publik,Placemaking