Menyewa Meja, Memimpikan Ilusi: Praktik Produksi Ruang Sosial dalam Coworking Space
SYIFANIE, Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA.
2020 | Tesis | MAGISTER KAJIAN BUDAYA DAN MEDIATesis ini mengkaji produksi ruang dalam coworking space (ruang kerja bersama) di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap produsen ruang (enam orang) dan pengguna ruang (dua orang) dari enam coworking space di Yogyakarta. Dengan mendialogkan pemikiran Henri Lefebvre mengenai produksi ruang (sosial), penelitian ini menemukan setidaknya tiga temuan utama: pertama, klaim-klaim produktivitas dan kolaborasi dalam coworking space merupakan jargon belaka, pada praktiknya terjadi kontradiksi antara produktivitas dan kolaborasi yang ingin dicapai coworking space melalui desain open-plan. Strategi dediferensiasi pun digunakan untuk memaksimalkan keuntungan, yang pada akhirnya menciptakan hubungan ambivalen. Kedua, coworking space telah membangun fantasi atau imajinasi tentang ruang bekerja hari ini sebagaimana kapitalisme membangun utopia tentang kerja, pekerja, dan kantor di era modern. Utopia dalam coworking space tersebut merupakan terpadunya ilusi kebebasan dan kerja yang menyenangkan. Perpaduan itu hanya mengaburkan pekerja dari kerentanan yang sesungguhnya. Ketiga, bekerja di coworking space merupakan bentuk estetisasi kehidupan sehari-hari untuk menciptakan distingsi kelas dan/atau mereproduksi identitas kelas pekerja kognitif hari ini. Gaya hidup estetisasi yang dihidupi pekerja ini pada akhirnya berpotensi mendorong kerentanan pekerja fleksibel lebih jauh lagi. Meskipun demikian, potensi emansipatoris individu selalu ada, kalau bukan tidak mungkin Dalam menghadapi hasrat-hasrat konsumsi dan sistem yang dominan tersebut, individu melakukan negosiasi untuk bertahan meski rentan.
This thesis examines the production of space in coworking space in Yogyakarta. The research used ethnography method through observation and interview eight informants (inhabitants/users and producers of space) from six coworking spaces in Yogyakarta. By using Henri Lefebvre's theoretical framework about (social) production of space, the study found at least three main findings: First, productivity and collaboration claims in coworking space are mere jargon, in practice there is a contradiction between productivity and collaboration that coworking space wants to achieve at the same time through an open-plan design. A dedifferentiation strategy is also used to maximize profits, which in turn creates an ambivalent relationship. Second, coworking space has created fantasies or imaginations about workspace today, as capitalism has created utopia of work, workers and offices in the modern era. These utopias are illusion of freedom and pleasant work. In fact, these illusions only obscures workers from actual vulnerabilities. Thirdly, coworking spaces are a form of aestheticization of everyday life to create class distinction and/or reproduce the class identity of cognitive workers today. This aestheticization lifestyle has the potential to make workers more vulnerable. Nevertheless, there is always an emancipatory potential. In dealing with these desires of consumption and the dominant system, individuals negotiate to survive even though they are vulnerable.
Kata Kunci : produksi ruang, gaya hidup, Henri Lefebvre, coworking space, pekerja kognitif