Laporkan Masalah

KONSTRUKSI POLITIK IDENTITAS MUHAMMADIYAH DAN NAHDLATUL ULAMA DI INDONESIA (1998-2019)

LENI WINARNI, Muhammadiyah, NU, constructivism, identity politics, identities

2020 | Disertasi | DOKTOR INTER-RELIGIOUS STUDIES

Setelah Reformasi 1998, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai kelompok Islam arus utama lebih eksis dipanggung politik, meski tidak selalu berkiprah dalam politik praktis. Bahkan, selama Reformasi, kedua ormas Islam tersebut secara formal mengumumkan untuk tidak terlibat maupun melibatkan diri dalam kekuatan politik manapun, termasuk pemerintah dan partai politik yang diketahui publik sebagai perwakilan mereka yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Meskipun demikian dalam perjalanannya, itikad itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Tetapi, Muhammadiyah dan NU selalu membangun wacana-wacana yang mengetengahkan mereka sebagai kekuatan Islam yang netral politik dengan beragam dalil keagamaan dan dasar-dasar pemahaman keagamaan yang mereka yakini. Semangat itu dalam perspektif konstruktivisme sangat dipengaruhi oleh gagasan-gagasan (pemaknaan) yang kemudian diwujudkan melalui wacana-wacana yang lekat dengan identitas mereka melalui berbagai dokumen resmi maupun berbagai statement para tokoh dan elitnya. Sikap dan tindakan politik Muhammadiyah dan NU dikonstruksikan atau diciptakan melalui wacana-wacana yang dikembangkan oleh keduanya, melalui berbagai dokumen resmi maupun pernyataan tokoh dan elitnya. Penelitian ini tidak hanya menfokuskan pada mengapa politik Muhammadiyah dan NU yang berbasis identitas mereka terjadi, namun berupaya menggali lebih jauh tentang bagaimana proses pembentukan politik identitas tersebut dikonstruksikan selama Reformasi, terutama terkait dengan wacana-wacana keduanya yang terkait dengan demokrasi, nasionalisme, dan radikalisme Islam. Berpijak dari fakta-fakta historis baik sebelum maupun selama Reformasi serta peristiwa-peristiwa faktual dan aktual yang berkaitan dengan Muhammadiyah dan NU, penelitian ini berupaya menunjukkan bahwa proses konstruksi politik identitas tidak pernah berhenti dan akan terus bertransformasi, bersamaan dengan evolusi identitas mereka. Selain itu, penelitian ini juga hendak menunjukkan bahwa konstruksi politik identitas yang berpijak pada konstruktivisme Wendt dapat menjadi alternatif baru dalam menganalisis sikap dan tindakan politik Muhammadiyah dan NU selain faktor-faktor seperti pilihan rasional, ideologi, logika institusional, dan konstruksi sosial yang kerapkali digunakan dalam banyak penelitian terhadap kedua ormas Islam tersebut. Lebih jauh, penelitian ini juga melihat dampak dari konstruksi tersebut terhadap aktivisme politik keduanya selama beberapa periode kepemimpinan Muhammadiyah dan NU sejak Reformasi 1998. Dengan menggunakan teori konstruktivisme sebagai pijakan teoritis yang menfokuskan pada konsep identitas Alexander Wendt, penelitian ini menunjukkan bahwa identitas memainkan peranan yang sangat signifikan dalam menentukan kepentingan para aktor, terutama berkaitan dengan agama.

After Indonesian Reformation in 1998, Muhammadiyah and NU as largest and mainstream Islamic organizations have more exis on the political stage, indeed these organizations are clearly stating for affirming to re- engage in practical politics. In fact, during the reformation period these organizations announced to withdraw from any political force, including the government and political parties and even though publics are largely known of their political representatives, i.e. Partai Amanat Nasional (PAN) and Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). However, these are seemingly incompatible with reality. Nevertheless, both Muhammadiyah and NU continuously built the discourse that represents their position as a large Islamic organization that politically neutral. This point is based on their religious arguments and the based on religious understanding that they believe in. That religious spirit in the perspective of constructivism approach is strongly influenced by the ideas (meanings), which accomplished through the discourses that are attached to their identities and expressed by various official documents and various statements of their figures and elites. This research focuses not only on the question of why politics of Muhammadiyah and NU based on identity occurs, but also focuses on the how the process of identity politics constructions during the Reformation period, especially related to discourses such as the democracy, nationalism and Islamic radicalism. Taking point of departure from historical facts before and during the reformation and based on actual and factual events of Muhammadiyah and NU, this research attempts to show that the process of construction of identity politics will always transform with the evolution of their identity. In addition, this research also wants to show that the construction of identity politics based on Wendt's constructivism can be a new alternative in analyzing the political attitudes and actions of Muhammadiyah and NU besides several factors such as rational choice, ideology, the logic of institutional, and social construction that are often used in many studies to examine these two Islamic organizations. Furthermore, this research explores the impact of the construction on the political activism of Muhammadiyah and NU during many different periods of leadership since the 1998 Reformation. By using constructivism, which focuses on the concept of identity by Alexander Wendt, this study attempts to show that identity plays a very significant role in determining the interests of actors, especially religion.

Kata Kunci : Muhammadiyah, NU, konstruktivisme, politik identitas, identitas

  1. S3-2020-389966-abstract.pdf  
  2. S3-2020-389966-bibliography.pdf  
  3. S3-2020-389966-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2020-389966-title.pdf