PEMETAAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN DATA DIGITAL ELEVATION MODEL (DEM) DARI UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV) DAN SATELIT RADAR RESOLUSI TINGGI (SRRT) (Studi Kasus : Pantai Bugel, Kulon Progo)

HASAN AL BANNA, Hilmiyati Ulinnuha, S.T., M.Eng ; Cecep Pratama, S.Si., M.Si., D.Sc,

2020 | Skripsi | S1 TEKNIK GEODESI

Pantai Bugel merupakan salah satu pantai di pesisir Kabupaten Kulon Progo yang memiliki karakteristik arus dan gelombang yang kuat. Perubahan garis pantai yang terjadi dan belum tersediannya peta garis pantai dengan ketelitian tinggi, perlu dilakukan pemetaan garis pantai. Metode penentuan garis pantai biasanya dilakukan dengan pengukuran langsung secara terestris. Hal ini dapat beresiko apabila dilakukan pengukuran pada area pantai yang terjal atau memiliki arus dan gelombang yang kuat. Perkembangan teknologi dalam bidang geospasial dan pengindraan jauh dapat memudahkan dalam pembentukan garis pantai. Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan Satelit Radar Resolusi Tinggi (SRRT) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh data Digital Elevation Model (DEM) dengan akurasi tinggi untuk penentuan garis pantai secara cepat dan akurat. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh peta garis pantai menggunakan data DEM UAV dan DEM SRRT, selain itu juga untuk mengetahui garis pantai yang dihasilkan dari DEM UAV dan SRRT dengan variasi data pasang surut dan mengevaluasi reliabilitas garis pantai dari DEM UAV dan SRRT. Metode penentuan garis pantai dalam kegiatan ini yaitu dengan pembentukan DEM menggunakan interpolasi Natural Neighbor dari gabungan data ketinggian dan kedalaman. Adapun data ketinggian berasal dari DEM hasil pengolahan foto udara UAV dan DEM SRRT TerraSAR-X, sedangkan data kedalaman berasal dari digitasi kontur peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI). Sebelum dilakukan pengabungan, data DEM telah dilakukan pemotongan dan filtering untuk mendapatkan data yang terhindar dari noise. Dalam penentuan garis pantai dibutuhkan juga nilai Highest Astronomical Tide (HAT), Mean Sea Level (MSL) dan Lowest Astronomical Tide (LAT) dari prediksi pasang surut untuk menentukan tiga garis pantai. Data pasang surut diperoleh dari pengamatan pasang surut Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) di stasiun Cilacap dan Perigi. Data pasang surut dibeberapa lokasi digunakan untuk menguji perbedaan garis pantai jika data pasang surut berbeda. Dilakukan analisis reliabilitas dari garis pantai yang dihasilkan. Perbedaan garis pantai berdasarkan variasi data DEM memiliki rentang nilai yang cukup besar yaitu 1 - 70 meter. Perbedaan data DEM dan pasang surut sangat mempengaruhi garis pantai yang dihasilkan. Perbedaan garis pantai yang diakibatkan oleh perbedaan data pasang surut, sangat dipengaruhi oleh nilai ketinggian HAT, MSL dan LAT dari setiap stasiun. Berdasarkan analisis reliabilitas didapatkan koefisian kappa (K) yaitu 1, sehingga masuk dalam kategori Istimewa (excellent) karena nilai k > 0,75. Meskipun masuk dalam kategori Istimewa, perbedaan jarak antara garis pantai hasil DEM UAV dan TerraSAR-X dengan garis pantai LPI, cukup besar.

Bugel Beach is one of the beaches on the coast of Kulon Progo Regency which has the characteristics of strong currents and waves. Coastal changes that occur and the unavailability of a high-accuracy coastline map, it is necessary to map the coastline. The method of determining the coastline is usually done by direct terrestrial measurements. This can be risky if measurements are made on steep coastal areas or have strong currents and waves. Technological developments in the field of geospatial and remote sensing can facilitate the formation of coastlines. Unmanned Aerial Vehicle (UAV) and High Resolution Radar Satellite (HRRS) can be used to obtain Digital Elevation Model (DEM) data with high accuracy for fast and accurate coastline determination. This activity aims to create a coastline map using DEM data from UAV dan DEM from HRRS, in addition to knowing the coastline generated from DEM UAV and DEM HRRS with a variation of tidal data and evaluate the reliability of coastline from DEM UAV and DEM HRRS. The method of determining the coastline in this activity is the formation of DEM using the Interpolation of Natural Neighbor from the combined of height and depth data. The height data comes from the DEM of UAV aerial photo processing results and DEM HRRS TerraSAR-X, while the depth data its from the Lingkunan Pantai Indonesia (LPI) map contour digitization. Before merging, DEM data has been croped and filtered to get data that spared from noise. In determining the coastline, the Highest Astronomical Tide (HAT), Mean Sea Level (MSL) and Lowest Astronomical Tide (LAT) values of tidal predictions are also needed to determine the three coastlines from that values. Tidal data is obtained from Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) tidal observations at Cilacap and Perigi stations. Tidal data at several locations is used to test different coastlines if the tidal data are different. Carried out the reliability analysis of the resulting coastline. The coastline difference based on DEM data variations has a sizable value range of 1-70 meters. Differences in DEM and tidal data greatly affect the resulting coastline. The difference in coastline due to differences in tidal data is greatly influenced by the elevation values of HAT, MSL and LAT of each station. Based on the reliability analysis obtained kappa coefficient (K) which is 1, so it falls into the category of Special (excellent) because the value of k> 0.75. Although included in the Special category, the difference in distance between the coastline resulting from the DEM UAV and TerraSAR-X and the LPI coastline is quite large.

Kata Kunci : garis pantai, DEM, kedalaman, prediksi pasang surut