Berburu Sampah: Praktik Pengelolaan Sampah di Yogyakarta
NUZULI ZIADATUN N, Drs. Pande Made Kutanegara, M.Si. Ph.D.
2020 | Tesis | MAGISTER ANTROPOLOGISetelah ditetapkan sebagai penyumbang sampah plastik di lautan terbesar kedua di dunia, pemerintah Indonesia berupaya untuk menegaskan kembali komitmennya dalam pengelolaan sampah dan menetapkan "Gerakan Indonesia Bebas Sampah 2025" dan mendorong praktik pengelolaan sampah, salah satunya melalui bank sampah. Meski demikian, bank sampah tidak cukup berhasil mengurangi produksi sampah rumah tangga dengan hanya menyumbang pengurangan sebesar 1,2% pada tahun 2017. Sampah sendiri telah dinilai sebagai objek yang dapat dianggap bersifat relatif secara budaya, dimana implikasi sampah dan hubungan sosial budaya terbentuk bervariasi yang secara bersamaan menawarkan metode kreatif dalam penciptaan nilainya. Serangkaian motivasi dan modalitas tertentu yang dicurahkan ke dalam pengelolaan sampah mempengaruhi pola praktik pengelolaan sampah yang dilakukan oleh para pelaku. Hal ini menempatkan kemungkinan bahwa bank sampah bukan satu-satunya metode yang paling menjanjikan mengingat praktik pengelolaan sampah informal oleh pemulung dan tukang rosok juga telah lama dilakukan di Indonesia, baik di kota maupun di desa. Tesis ini dimaksudkan untuk mendiskusikan bagaimana pemahaman (persepsi) terhadap sampah mewujud dalam sebuah praktik pengelolaan. Metode penelitian yang digunakan dalam riset ini adalah metode penelitian kualitatif yang meliputi: (a) metode kajian pustaka; (b) metode pengama-tan; dan (c) metode wawancara mendalam. Penelitian ini mengambil studi kasus pada bank sampah Suryo Resik, bank sampah Lintas Winongo, Gardu Action, dan Boy Candra sebagai pengusaha rosok untuk melihat perbedaan persepsi terhadap praktik pengelolaan sampah. Melalui penelitian lapangan secara intensif selama dua bulan dan satu tahun pendalaman lapangan, ditemukan bahwa pola praktik pengelolaan sampah didasari pada dua persepsi mengenai sampah, yaitu sebagai bencana dan sumber daya ekonomi. Dua persepsi ini mendorong pelaku pengelolaan sampah untuk menggunakan pendekatan yang berbeda pada praktik dan penentuan mitra pengelolaan. Para pelaku bersaing di ranah pengelolaan sampah, dan bergantung pada industri daur ulang sampah yang sistematis dan hierarkis.
After being appointed as the world's second largest contributor to plastic waste in the oceans, Indonesian Government tried to reaffirm its commitment to waste management and established "Indonesia Bebas Sampah 2025" and encouraged waste management practices, one of those was through a waste bank. However, waste banks are not successful enough to reduce household waste production by only contributing to a reduction of 1.2% in 2017. Waste itself has been considered as an object that can be considered culturally relative, where the implications of waste and socio-cultural relationships are formed, simultaneously offering creative methods of creating value. A series of motivations and certain modalities that were devoted to waste management influence the waste management practices undertaken by the actors. This puts the possibility that waste banks are not the only promising method given that informal waste management practices by scavengers (pemulung) and rubbers (tukang rosok) have also been practiced in Indonesia for a long time, both in cities and in villages. This thesis is intended to discuss how the understanding (perceptions) of waste manifests in a waste management practice. The research method used in this research is a qualitative research method which includes: (a) literature study; (b) field observation; and (c) in-depth interview. This research takes case studies on the Suryo Resik waste bank, Lintas Winongo waste bank, Gardu Action, and Boy Candra as rubbish businessmen to see differences in perceptions of waste management practices. Through intensive field research for two months and one year of deepening the field, it was found that the pattern of waste management practices was based on two perceptions of waste, first as a disaster and a new economic resource. These two perceptions encouraged waste management actors to used different approaches in practice and the way they determination their collaborators. Actors contested in the field of waste management, and mostly relied on a systematic and hierarchical waste recycling industry.
Kata Kunci : sampah, praktik pengelolaan sampah, pemulung, bank sampah, industri daur ulang