Laporkan Masalah

Analysis for Policy: Perumahan Lansia Migran di Kabupaten Sleman Berbasis Spasial

HANIFA WULAN R, Dr. Agus Joko Pitoyo, M.A; Dr. Umi Listyaningsih, M.Sc

2020 | Tesis | MAGISTER KEPEMIMPINAN DAN INOVASI KEBIJAKAN

DI Yogyakarta sebagai provinsi dengan persentase lansia tertinggi di Indonesia salah satunya disebabkan karena tingginya angka migrasi lansia khususnya di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Diperlukan adanya perencanaan yang komprehensif bagi wilayah tujuan migrasi lansia khususnya pada aspek perumahan dimana lansia memerlukan tempat tinggal yang layak karena memiliki risiko jatuh yang tinggi akibat penurunan fungsi-fungsi organ sebagaimana disebutkan dalam tujuan Undang-Undang No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Hal ini dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Sosial No 4 tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Ramah Lanjut Usia yang kemudian direspon oleh Walikota Yogyakarta dengan mengeluarkan keputusan No 450 tahun 2019 tentang Roadmap Kota Yogyakarta Menuju Kota Ramah Lansia yang keduanya memasukkan dimensi perumahan dan permukiman. Keterbatasan kajian terkait hunian lansia di Indonesia menyebabkan penelitian ini penting untuk dilakukan sehingga dapat memberikan analisis untuk kebijakan berdasarkan aspek keruangan sebagai acuan dalam pembuatan kebijakan melalui metode kuantitatif. Keterbatasan pilihan hunian lansia di Kabupaten Sleman menyebabkan migran lansia memilih tinggal di kompleks perumahan yang belum sesuai untuk lansia. Selain tidak terpenuhinya hak lansia dalam mendapatkan tempat tinggal, juga dikhawatirkan akan terjadinya alihfungsi lahan berskala besar karena diproyeksikan lansia migran mencapai 48.000 jiwa pada tahun 2035, sedangkan di sisi lain ternyata juga terjadi peningkatan tren minat lansia untuk tinggal di hunian lansia. Terdapat empat alternatif kebijakan perumahan lansia migran di Kabupaten Sleman mengadopsi dari hunian lansia yang sudah terbangun di Indonesia yang dianalisis melalui metode depth evaluation. Berdasarkan analisis secara spasial berupa ruang sosial dan ruang fisik maka diperoleh rekomendasi kebijakan berupa penyediaan kawasan perumahan lansia migran dengan tipe rumah renggang yang disajikan dalam 4 usulan lokasi kawasan perumahan sesuai dengan karakteristik wilayah. Keberhasilan penyediaan hunian migran lansia ini dipengaruhi keterlibatan aktor dalam pentahelix model yang terdiri dari peran pemerintah, akademisi/praktisi, bisnis, komunitas, dan media dengan perannya masing-masing.

DI Yogyakarta is the highest percentage of elderly in Indonesia which is also influenced by migration in Ngaglik, Sleman. There is a need for comprehensive planning in destination areas of elderly migration particularly in housing considering the elderly need a decent place to live because they have a high risk of falling due to decreased organ function as stated in Article 28 (H) of 1945 Constitution as well as Law No. 01 year 2011 regarding housing and residential area. It�¢ï¿½ï¿½s confirmed by Social Ministerial Regulation No. 4 Year 2004 concerning guidelines for the development of age-friendly areas responded by the Mayor of Yogyakarta issuing decisions No. 450 Year 2019 which is also about age-friendly cities in Yogyakarta, both of these regulations include housing and settlement criteria. The limitation regarding to senior housing in Indonesia highlight this research important to do with the result that it can provide analysis for policies based on spatial aspect as a reference in policy making through quantitative methods. Limitation study of senior housing in Sleman cause elderly migrants choose to live in residential areas where mostly are not suitable yet for the elderly. In addition, not fulfilling the rights of the older in obtaining appropriate housing, it is also feared that there will be a large-scale land conversion due to the projected aging migrant in Ngaglik reached 48.000 in 2035. On the other hand, there has been dramatically rising of the elderly to live in senior housing. There are four alternative policies for housing elderly migrants adopting senior housing that has been built in Indonesia by way of depth evaluation method. Based on the spatial analysis comprising of social space and physical space, the resulting policy recommendations are provision of senior-residential area for migrant with the type of tenuous houses as presented in four proposed residential area locations according to regional characteristics. The success of providing elderly migrant housing is influenced by the involvement of actors in the Penta helix model consist of government, academics/practitioners, business, community, and media in accordance with their respective roles.

Kata Kunci : analisis untuk kebijakan, perumahan lansia, migrasi lansia, spasial, Kabupaten Sleman / analysis for policy, senior housing, elderly migrant, spatial, Sleman

  1. S2-2020-435288-abstract.pdf  
  2. S2-2020-435288-bibliography.pdf  
  3. S2-2020-435288-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2020-435288-title.pdf