Pengaruh Faktor Sosial Terhadap Perempuan Berpendidikan Tinggi Menjadi Ibu Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat (Analisis Data Sakernas 2018 Agustus)
NADYA AMALIAH HUSNA, Dr. Abdur Rofi, M.Si.
2020 | Skripsi | S1 GEOGRAFI LINGKUNGANPerempuan yang berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan terlibat di sektor publik. Meskipun demikian, tidak semua perempuan yang telah menempuh pendidikan tinggi menjadi bagian dari pasar kerja, sebagian diantaranya ada yang memutuskan untuk mengurus rumah tangga atau keluar dari pasar kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui karakteristik serta pengaruh faktor sosial terhadap perempuan berpendidikan tinggi menjadi ibu rumah tangga (IRT) di Provinsi Jawa Barat. Faktor sosial yang digunakan meliputi jumlah anggota rumah tangga (ART), jumlah balita, umur, status perkawinan, dan adanya kesulitan/gangguan fisik. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2018 Agustus. Kriteria sampel yang digunakan adalah penduduk perempuan di Jawa Barat yang berumur 15 tahun ke atas, dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah Diploma I/II/III/Akademi/Universitas, serta kegiatan selama seminggu yang lalu adalah bekerja/mencari pekerjaan, sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Setelah dilakukan pembersihan data, sampel yang memenuhi kriteria berjumlah 1.660 orang. Teknik analisis data menggunakan tabulasi silang dan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial yang digunakan dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan variabilitas perempuan berpendidikan tinggi yang menjadi IRT sebesar 12,1%. Variabel jumlah ART berpengaruh secara negatif dengan besar pengaruh 0,955. Variabel jumlah balita dan umur berpengaruh secara positif dengan besar pengaruh masing-masing adalah 1,694 dan 1,021. Variabel status perkawinan dengan kategori kawin dan cerai mati berpengaruh secara positif, sedangkan kategori cerai hidup berpengaruh secara negatif dengan masing-masing pengaruhnya sebesar 2,226, 0,599, dan 2,020. Sementara itu, variabel kesulitan/gangguan fisik dengan kategori �tidak mengalami� berpengaruh secara negatif dengan besar pengaruh yang diberikan adalah 0,390.
Highly educated women tend to work in the public sector. However, not all women that have completed higher education are part of the labour market, some of them decided to taking care of the household or leaving the labour market. This study aims to identify and determine the characteristics and influence of social factors on highly educated women becoming housewives in West Java Province. The social factors considered include the number of household members and toddlers, age, marital status, and the presence of physical disorders. This study used secondary data from the National Labor Force Survey (Sakernas) on August 2018. The sample criteria are women aged 15 years and over in West Java with Diploma I/II/III/Academy/University education. Their activities during the past week were working or looking for job, schooling, taking care of their household, and others. After collecting the data, data analysis was performed using a crosstab and logistic regression test, and the qualifying sample consisted of 1,660 people. The results of this study showed that the social factors used were only able to explain the variability of highly educated women who became housewives by 12.1%. The number of household members has a negative effect of 0.955. However, the number of toodlers and age had a positive effect of 1.694 and 1.021, respectively. Meanwhile, the marital status with the category of marriage and death divorce has a positive effect, and conversely the live divorce had a negative effect of 2,226, 0.599 and 2,020 respectively, the physical disorder in the �not experiencing� category had a negative effect of 0.390.
Kata Kunci : pendidikan tinggi, ibu rumah tangga, faktor sosial, regresi logistik