Laporkan Masalah

Potensi dan Prospek Pengembangan Hutan Rakyat Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) di Kecamatan Dlingo, Bantul, Yogyakarta

PROBO SANTOSO, Dr. Ir. Ris Hadi Purwanto, M.Agr.Sc.; Dr. Wahyu Wardhana, S.Hut.,M.Sc.

2020 | Tesis | MAGISTER ILMU KEHUTANAN

Kecamatan Dlingo merupakan salah satu daerah penghasil sonokeling unggulan untuk ekspor dari Indonesia. Potensi sonokeling di Kecamatan Dlingo yang berlimpah belum diikuti dengan pengelolaan yang baik dari petani, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi maupun KLHK. Tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) mengidentifikasi sebaran dan luas hutan rakyat jenis sonokeling di hutan rakyat Kecamatan Dlingo, Bantul; (2) mengetahui potensi volume dan pemanfaatan kayu jenis sonokeling; (3) menentukan jatah tebang tahunan volume kayu sonokeling; (4) mengetahui prospek pengembangan dan pola perdagangan kayu sonokeling; (5) merumuskan strategi pengelolaan hutan rakyat jenis sonokeling. Penelitian ini dilakukan di Hutan Rakyat di Kecamatan Dlingo, 3 desa sampel yang terpilih yaitu Desa terong, Desa Muntuk, dan Desa Mangunan. Masing-masing desa dipilih 3 dusun yang memiliki potensi sonokeling. Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data, meliputi inventarisasi, pengamatan, wawancara, dan studi literatur. Hasil penelitian ini adalah; (1) sebaran hutan rakyat jenis sonokeling di Kecamatan Dlingo terdapat di 3 desa, yaitu Desa Terong dengan luas 26,12 hektar, Desa Mangunan 19,32 hektar, dan Desa Muntuk 14,41 hektar. Luas total hutan rakyat sebesar 59,84 hektar, pola penggunaan lahan berupa pekarangan, tegalan, dan alas/wono; (2) potensi volume kayu sonokeling tertinggi berada di Desa Terong sebesar 4,55 m3/ha, Desa Mangunan sebesar 4,05 m3/ha, dan Desa Muntuk sebesar 2,71 m3/ha. Volume total sonokeling di 3 desa sampel adalah 3,94 m3/ha; (3) Taksiran jatah tebang tahunan sonokeling sebesar 37,03 m3/th mahoni 155,38 m3/th, dan jati 20,66 m3/th, sengon 19,21 m3/th, akasia 8,68 m3/th, dan campuran 62,70 m3/th; (4) ditemukan banyak lahan tidur yang dapat dilakukan pengembangan hutan rakyat jenis sonokeling dan pola/rantai perdagangan/pemasaran kayu sonokeling di hutan rakyat Kecamatan Dlingo terdiri dari 4 macam alur dengan perantara tengkulak/agen, pedagang besar, industri penggergajian (sawmill), industri kayu (eskportir) dan industri meubel; (5) terdapat 5 strategi alternatif pengembangan hutan rakyat sonokeling di Kecamatan Dlingo, Bantul yaitu meningkatkan peran KTH untuk melindungi hak petani hutan dalam kegiatan pemanenan dan pemasaran, melakukan perencanaan untuk pengaturan produksi dan pengelolaan hutan rakyat sonokeling dalam rangka menjamin kontinuitas produksi, membentuk kemitraan antara KTH, asosiasi tengkulak/pedagang dan pemerintah untuk mengontrol perdagangan sonokeling, meningkatkan keterampilan dan kapasitas petani hutan dalam pengelolaan hutan rakyat jenis sonokeling, dan optimalisasi lahan untuk pengembangan hutan rakyat jenis sonokeling di Kecamatan Dlingo.

Sonokeling from Dlingo District is one of the leading sonokeling for export from Indonesia. The high demand for sonokeling from China has not been accompanied by good regulation of community forest products. The abundant potential of sonokeling in Dlingo Sub-district has not been followed by good management from farmers, the Provincial Environment and Forestry Service and KLHK. The objectives of this study are: (1) to identify the distribution and size of community forests of the various of sonokeling in the community forests of Dlingo District, Bantul; (2) knowing the potential volume and utilization of rosewood species; (3) determine annual allowable cutting (AAC) for rosewood volume; (4) knowing the prospects of developing and trading patterns of rosewood wood; (5) Formulating strategies for the management of community forest of sonokeling. This research was conducted in the 3 Community Forests of the sample villages in Dlingo Subdistrict, namely Terong Village, Muntuk Village, and Mangunan Village. Each village is chosen by 3 villages with the potential of sonokeling. The data used in this study are primary data and secondary data. Data collection techniques, including inventory, observation, interviews, and literature studies. The results of this study are; (1) distribution of community forest varoius of sonokeling in Dlingo District is in 3 villages, namely Terong Village with an area of 26,12 hectares, Mangunan Village 19,32 hectares, and Muntuk Village 14,41 hectares. The total area of community forest of sonokeling is 59,84 hectares, with land use patterns in the form of plots of land, fields and mats; (2) potential wood volumes the highest sonokeling is in Terong Village at 4,55 m3/ha, then Mangunan Village at 4,05 m3/ha, and Muntuk Village at 2,71 m3/ha. Total volume of sonokeling in the 3 sample villages was 3,94 m3/ha; (3) estimated annual felling sonokeling 37,03 m3/ha, mahogany 155,38 m3/ha, and teak 20,66 m3/ha, sengon 19,21 m3/ha, acacia 8,68 m3/ha, and a mixture of 62,70 m3/ha; (4) found a lot of idle land that can be developed the development of sonokeling community forests and patterns/trading chains/marketing of sonokeling wood in the community forests of Dlingo District consists of 4 types of channels with middlemen/agents, wholesalers, sawmills, industry wood (exporters) and furniture industry; (5) there are 5 alternative strategies for the development of community forests in sonokeling in Dlingo District, Bantul, namely increasing the role of KTH to protect the rights of forest farmers in harvesting and marketing activities

Kata Kunci : hutan rakyat, sonokeling, potensi, sebaran, strategi

  1. S2-2020-422210-Abstract.pdf  
  2. S2-2020-422210-Bibliography.pdf  
  3. S2-2020-422210-Tableofcontent.pdf  
  4. S2-2020-422210-Title.pdf