PEMILIHAN RUMAH ATAU NON FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN SEBAGAI TEMPAT PERSALINAN DI INDONESIA TIMUR

ISFI NURAFIFA RACHMI, Dr. Evita Hanie Pangaribowo, S.E., Midec.

2020 | Skripsi | S1 GEOGRAFI LINGKUNGAN

Indonesia Timur adalah wilayah yang tertinggal, infrastruktur terbatas, fasilitas pendidikan kesehatan sedikit dan konektivitas antar daerah yang rendah. Pada tahun 2010, angka kematian ibu tertinggi di Indonesia adalah region Indonesia Timur dengan kematian 434/100,000 lahir hidup dari rata-rata nasional 278/100,000 kematian/lahir hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik ibu yang memilih untuk melahirkan di rumah dibandingkan di fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan data IFLS East 2012. Sampel penelitian ini adalah perempuan berusia 15-49 tahun yang pernah melahirkan 5 tahun terakhir. Jumlah observasi adalah 1540 yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Analisis data menggunakan statistik deskriptif (tabulasi silang) dan regresi logistik. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih persalinan di rumah (69,09%) dibandingkan fasilitas kesehatan (30,91%). Pemilihan rumah ini dipengaruhi faktor individu dan sistem kesehatan. Persalinan di rumah memiliki karakteristik pada responden yang tinggal di desa, tingkat pendidikan ibu dan pasangan rendah, umur pernikahan muda, paritas tinggi, tingkat ekonomi rendah, kunjungan tidak lengkap dan biaya untuk bersalin murah. Faktor sistem kesehatan mempengaruhi pilihan persalinan di rumah yaitu responden yang memiliki waktu ideal menuju rumah sakit dan bidan lebih banyak bersalin di fasilitas kesehatan. Ibu yang tinggal di pedesaan, urutan lahir, jumlah pelayanan yang diterima dan kepemilikan kendaraan berpengaruh signifikan terhadap persalinan di rumah. Analisis kematian ibu membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan tenaga penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Sehingga pemerintah perlu meningkatkan program KB, menurunkan angka pernikahan dini, meningkatkan aksesibilitas menuju fasilitas kesehatan dan meningkatkan pelayanan ibu hamil. Peningkatan jumlah tenaga kesehatan menjadi penting untuk mengurangi kematian ibu yang melahirkan di rumah.

Eastern Indonesia is a region that are developing, still showing limited basic infrastructure, poor access to education and health services, and poor regional connectivity. In 2010, the highest maternal mortality rate in Indonesia is the Eastern Indonesia region of 434/100.000 death/live births compared to 278/100.000 live births at the national level. This study aims to determine the characteristics of mothers who choose to give birth at home rather than in health care facilities. This research employed quantitative analysis of IFLS East 2012. The sample of this study are women of birthing age (15-49 years old) and had given birth in the last 5 years. The number of respondents was 1540 observation spread across East Nusa Tenggara, East Kalimantan, Southeast Sulawesi, Maluku, North Maluku, West Papua, and Papua. Data analysis techniques are descriptive (cross tabulation) and logistic regression. This study showed that the women of Eastern Indonesia dominantly choose home birth (69.09%) compared to health service facilities (30.91%). Birth delivery option relates to individual factor and health system determinants. The findings showed that woman who living in the rural areas, low education, early marriage, high parity, low economic level, incomplete visit antenatal care will have a high prevalence to choose home birth. Respondents who have the ideal time travel to hospital and midwives were more likely choose delivery at health facilities rather than at home. Maternal characteristics include living in the rural areas, order of birth, private transportation and time travel to midwives were found to be significantly correlated with home birth. The analysis of maternal mortality proves that mother's death is closely related to labor helpers and place/maternity facilities. Women in Eastern Indonesia still choose homebirth which might correlate with the high maternal mortality in the area. The government needs to increase program for contraception, reducing early-age marriages, increasing accessibility to health facilities and improve the quality of maternal care. Moreover, increasing the number of medical professionals are necessary, to avoid increases in the risk of maternal death.

Kata Kunci : Persalinan di rumah; kematian ibu; pilihan layanan kesehatan; IFLS East