STRATEGI KOMUNITAS ARUS INFORMASI SANTRI NUSANTARA MENYIKAPI KONTEN NEGATIF DI RUANG PUBLIK BARU

IRFAN ABDUL HAKIM, Dr. Muhammad Supraja S.Sos., S.H., M.Si.

2020 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Mengingat sebaran konten-konten di ruang publik baru berupa media sosial menghadirkan banyak konten negatif diantaranya hoaks, ujaran kebencian dan paham radikalisme. Kehadiran konten konten negatif tersebut tentu menjadi sebuah hal yang berbahaya saat ini, terlebih sajian konten konten negatif tersebut ternyata mudah diterima mentah mentah oleh masyarakat. Tanpa adanya proses penyaringan informasi, masyarakat begitu mudah untuk mempercayai konten konten negatif tersebut. Hal ini membuat penulis tertarik untuk melihat bagaimana sebuah komunitas berbasis media sosial dikalangan santri dan pesantren menyikapi ketiga konten negatif tadi. Kalangan santri dan pesantren di nusantara banyak di katakan masih tertinggal dalam hal teknologi, namun ternyata hadir sebuah komunitas berbasis media sosial yang berasal dari kalangan santri dan pesantren, Komunitas tersebut adalah komunitas Arus informasi santri (AIS) Nusantara. Oleh karena itu, sebagai salah satu komunitas yang bergerak di ruang publik baru berupa media sosial tentu sedikit banyak bersinggungan dengan konten-konten negatif yang muncul. Sehingga rumusan masalah yang penulis ambil adalah Bagaimana strategi komunitas Arus Informasi Santri Nusantara dalam menyikapi Hoax, hate speech dan paham radikalisme sebagai sebuah gerakan dakwah di ruang publik baru?. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana sebuah gerakan dakwah pemuda NU di ruang publik menyikapi hoax, hate speech dan paham radikalisme yang merebak akhir akhir ini dan untuk menelusuri lebih jauh strategi yang dilakukan sebuah gerakan dakwah pemuda Nahdlatul Ulama dalam menyikapi isu hoax, hate speech dan paham radikalisme. Kemudian , penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data pengamatan, wawancara dan studi dokumen. Menggunakan teori ruang publik baru yang dipopulerkan oleh habermas dan dikembangkan lebih lanjut oleh manuel castells. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Komunitas Arus Informasi Santri(AIS) Nusantara menentang konten konten negatif yang berkembang di ruang publik baru berupa media sosial dan berkomitmen untuk melawan/menangkal persebaran hoaks, ujaran kebencian dan paham radikalisme. Stretegi yang dilakukan untuk menangkal penyebaran ketiga konten negatif tadi adalah dengan cara kampanye dan sosialisasi tentang digital literasi kepada masyarakat khususnya kalangan santri dan pesantren. Selain itu juga dengan cara melakukan gerakan digitalisasi dakwah ahlussunnah wal jamaah yang membawa pesan Islam yang damai dan ramah di ruang publik baru berupa media sosial.

Given the distribution of content in the new public space in the form of social media presents a lot of negative content including hoaks, hate speech and radicalism. The presence of negative content is certainly a dangerous thing at this time, especially the content of negative content is apparently easily accepted by the public. Without the process of filtering information, the public is so easy to trust the negative content. This makes the writer interested to see how a social media based community among santri and pesantren responds to the three negative contents. Many santri and pesantren in the archipelago are said to be still lagging behind in terms of technology, but in fact there is a social media-based community that comes from the santri and pesantren circles. The community is a community of santri information flows (AIS) Nusantara. Therefore, as one of the communities engaged in new public spaces in the form of social media, of course, it is more or less in contact with negative content that arises. So that the formulation of the problem that the authors take is What is the strategy of the Santri Nusantara Information Flow community in addressing Hoax, hate speech and understanding radicalism as a missionary movement in the new public space ?. While the purpose of this study is to see how a NU youth propaganda movement in public spaces responds to hoaxes, hate speeches and understand radicalism that has been raging lately and to further explore the strategies carried out by a Nahdlatul Ulama youth propaganda movement in addressing the issue of hoaxes, hate speech and understand radicalism. Then, this study uses descriptive qualitative research methods with the method of collecting observational data, interviews and document studies. Using the new public sphere theory popularized by habermas and further developed by Manuel Castells. Based on the results of research conducted, it can be concluded that the Santri Information Flow Community (AIS) Nusantara opposes negative content that develops in the new public space in the form of social media and is committed to fighting / counteracting the spread of hoaxes, expressions of hatred and radicalism. The strategy carried out to prevent the spread of the three negative contents was through campaigns and socialization about digital literacy to the public, especially among the students and pesantren. In addition, by carrying out the movement of digitizing the propaganda of Ahlussunnah wal Jamaah who brought a peaceful and friendly message of Islam in the new public space in the form of social media.

Kata Kunci : Komunitas Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara, Ruang Publik Baru, Gerakan Dakwah, Hoax, Ujaran Kebencian, Paham Radikalisme, Digitalisasi Dakwah, Literasi Digital.