Pertunjukan drama Gong dalam kehidupan sosial masyarakat Bali
YULIADI, Koes, Dr. Bakdi Soemanto, SU
2002 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaDrama gong muncul di Bali pada tahun 1966. Kemunculan teater ini menjadi sangat berarti bagi masyarakat karena setelah peristiwa G 30 S/ PKI (1965) kegiatan seni pertunjukan di Bali terhenti. Masyarakat menyadari bahwa peristiwa politik yang mengakibatkan terbunuhnya beribu rakyat Bali melibatkad juga seni pertunjukan janger yang dipergunakan sebagai alat propaganda. Sejak peristiwa itu, masyarakat Bali tidak berani untuk mempergelarkan seni pertunjukan. Kondisi ini pada akhirnya berpengaruh besar pada kegiatan upacara keagamaan di Bali yang selalu menyertakan seni pertunjukan dalam pelaksanaannya. Gagasan untuk membuat pertunjukan drama mumu1 dari para pemuda Abianbase Gianyar dibawah pimpinan Anak Agung Raka Payadnya. Drama ini untuk pertama kali dipertunjukan pada upacara odalan di Pura Puseh Gianyar, 24 Februari 1966. Dalam waktu yang sangat singkat drama gong menjadi pertunjukan populer di tengah kehidupan masyarakat. Pertunjukan drama gong pada masa itu dipergunakan untuk mencari dana guna membangun kembali kegiatankegiatan seni di banjar-banjar. Dibanding dengan teater- teater tradisional Bali yang lain, drama gong dipandang lebih modern segi pertunjukannya karena telah mengenal cerita yang tertulia dalam bentuk skenario, mempergunakan bahasa Indonesia dalam dialognya, tata panggung menyerupai prosenium, menggunakan iringan gong kebyar, dan beberapa unsur tanda yang terlihat pada pertunjukan: seperti tata rias, gaya rambut, dan tata pakaian (kostum), memperiihatkan kecenderungan yang lebih borientasi pada realitas keseharian Fungsi drama gong dalam kehidupan masyarakat Bali, sangat potensial dalam mengemban konsep Rwa Binedha. Pertunjukan drama gong memperlihatkan dengan jelas sifat hitam dan putih melalui tokohtokohrrya, adanya situasi tragis dan komik, sebagai hiburan sekaligus penuntun kehidupan spiritual. Meskipun berfungsi sebagai hiburan, di dalamnya terkandung juga pesan-pesan moral yang mengacu pada kitab Hindu. Dalam hal ini drama gong berfungsi sebagai refleksi atas nilainilai keagamaan sebagai kelanjutan dari upacara keagamaan yang dilakukan masyarakat Bali.
Drama Gong appeared in Bali in 1966. Since it was after the abortive coup that made all activities of performing art productions stopped, the theater was very important to people in Bali. Not only that many people were killed in the political tragedy, but also Janger which mostly used for political propaganda was banned because its politically dangerous spirit. This adversity gave effect much to people because performing arts are used m.uch as elements in religious rituals. The idea of producing drama gong came from young people of Abianbase Gianyar who got together and were chaired by Anak Agung Raka F’ayadnya. This drama was first performed on February 1966 at Pura Puseh Gianyar when an odalan was held. This drama won the heart of people and was getting popular among them during relatively a very short time. In the begining, drama gong was used to collect money to finance to rebuild art activities in the banjars. Compared with the living theatre in Bali, drama gong can be catagorized as that the modern since it uses modern theatrical elements such as: written scripts; modern languages, proscenium stage, costumes, the hair do, which are arranged more realistically. Drama gong shows itself as manifestation of Rwa Binedha concept. By presenting black-white portrayal of characters, tragic and comic atmosphere of scenes, drama gong can be considered as a moral teaching medium for people. Yet it is so entertaining for its power to stimulate laugther and make audience happy. This suggests that drama gong has its own paradoxical traite asa it has both merits of morality came from Hindu books and that of merry-making entertainment. Eventually drama gong is in some ways reflections of religious values presented in the religious rituals in which all people in Bali mentally and physically involved.
Kata Kunci : Drama Gong,Kehidupan Sosial Masyarakat