Pengaruh Pemberian Zat Besi (FeSO4) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Koliform Pada Tempe Kedelai Dengan Metode Most Probable Number (MPN)

RIZKY NABILA DIANI, Dr. Siti Helmyati, DCN., M.Kes; Aviria Ermamilia, S.Gz, M.Gizi, R.D

2020 | Skripsi | S1 GIZI KESEHATAN

Kasus anemia di Indonesia masih terbilang tinggi, terutama pada ibu hamil dengan kisaran 48,9%. Sebagian besar kasus anemia tersebut disebabkan oleh defisiensi zat besi. Fortifikasi besi pada tempe kedelai menjadi salah satu strategi dalam mengurangi kejadian anemia. Selain karena tempe telah banyak dikosumsi oleh masyarakat Indonesia, tempe juga memiliki kandungan zat gizi yang diperlukan dalam produksi hemoglobin. Salah satu fortifikan zat besi yang dapat digunakan adalah feros sulfat (FeSO4). Namun, penambahan zat besi tersebut dikhawatirkan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bakteri koliform, sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan keamanan bahan pangan.

The prevalence of anemia in Indonesia is still relatively high, especially in pregnant women with a range of 48,9%. Most cases of anemia are caused by iron deficiency. Iron fortification in soybean tempeh is one of the strategies in reducing the incidence of anemia. Apart from the fact that tempeh has been widely consumed by Indonesian people, it also has the nutrients that required for the production of hemoglobin. One source of iron that can be used is ferrous sulfate (FeSO4). However, iron addition is feared can be used by coliform bacteria to growth and development so that it will affect the quality and food safety.

Kata Kunci : tempe kedelai, anemia defisiensi zat besi, fortifikasi zat besi, FeSO4, koliform