KRITIK FILSAFAT PERDAMAIAN MAHATMA GANDHI TERHADAP KONSEP NKRI BERSYARIAH MENURUT HABIB RIZIEQ SYIHAB
FATIMATUZ ZAHRA, Samsul Maarif M., S.Fil., M.A
2020 | Skripsi | S1 FILSAFATIde mengenai sistem negara yang mewadahi keberagaman masyarakat Indonesia sudah sejak lama menjadi pembahasan di kalangan para pendiri bangsa. Beberapa pihak menganggap bahwa gagasan mengenai negara telah final, namun baru-baru ini FPI(Front Pembela Islam) menawarkan sebuah gagasan kebangsaan yang mereka sebut sebagai NKRI Bersyariah sebagai upaya rekonsiliasi dan mewujudkan perdamaian. Hal ini kemudian menimbulkan perdebatan seputar nomeklatur maupun praktik yang akan dijalankan berdasarkan pada konsep NKRI Bersyariah tersebut. NKRI Bersyariah ialah konsep yang dirintis oleh ketua FPI Rizieq Syihab. Pertama kali ia menuangkan ide tersebut dalam bukunya yang berjudul Wawasan Kebangsaan: Menuju NKRI Bersyariah yang terbit pada tahun 2012. Upaya ini sepintas memiliki aspek yang identik dengan cara Mahatma Gandhi mengupayakan rekonsiliasi atas konflik akibat diskriminasi. Oleh karena itu peneliti berupaya mengkaji konsep NKRI Bersyariah gubahan Habib Rizieq Syihab menggunakan gagasan filsafat perdamaian dari Mahatma Gandhi, mengingat gagasan Gandhi tentang perdamaian juga diasari oleh latar keberagaman di India dan Afrika Selatan sehingga dapat digunakan sebagai sudut pandang untuk melihat sekaligus memberikan kritik terhadap konsep NKRI Bersyariah yang juga didasarkan pada rasa terdiskriminasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif menggunakan sumber data pustaka dan wawancara sebagai pengumpulan data lapangan dengan sudut pandang filsafat perdamaian. Peneliti berusaha memberikan refleksi kritis mengenai konsep NKRI Bersyariah dengan sudut pandang filsafat perdamaian Mahatma Gandhi. Hasil dari penelitian ini yaitu kritik Gandhi terhadap gagasan NKRI Bersyariah justru memiliki potensi untuk meruncingkan konflik dibandingkan dengan membawa pesan perdamaian seperti gerakan perlawanan yang diprakarsai oleh Gandhi. Konsep NKRI Bersyariah jika dilihat menggunakan perspektif filsafat perdamaian Mahatma Gandhi mengalami banyak kendala untuk dapat diwujudkan, diantaranya adalah mendahulukan atribut dibanding nilai.
The idea of a state system that embodies the diversity of Indonesian society has long been a discussion among the founders of the nation. Some parties consider that the idea of a state is final, but recently FPI (Islamic Defenders Front) offered a national idea which they called the NKRI Bersyariah as an effort to reconcile and bring about peace. This topic led to debates around the nomenclature and practice that will be run based on the concept of the NKRI Bersyariah. NKRI Bersyariah is a concept pioneered by the chairman of FPI Rizieq Syihab. He put the idea first into his book entitled Wawasan Kebangsaan : Menuju NKRI Bersyariah published in 2012. This effort had a cursory aspect that was identical to the way Mahatma Gandhi sought reconciliation over conflicts caused by discrimination. Therefore, the researcher seeks to study the concept of NKRI Bersyariah compiled by Habib Rizieq Syihab using the idea of a peace philosophy from Mahatma Gandhi, bearing in mind that Gandhi's idea of peace is also based on a diversity of backgrounds in India and South Africa so that it can be used as a point of view to view and provide criticism of the NKRI concept Sharia is also based on a sense of discrimination. This study uses qualitative methods using library data sources and interviews as field data collection from the perspective of peace philosophy. Researchers try to provide a critical reflection on the concept of the NKRI Bersyariah with Mahatma Gandhi's peace philosophy point of view. The result of this study is that Gandhi's criticism of the idea of the NKRI Bersyariah actually has the potential to intensify conflict compared to carrying a message of peace such as the resistance movement initiated by Gandhi. The concept of NKRI Bersyariah viewed using the perspective of Mahatma Gandhi's peace philosophy have many obstacles to be realized, including giving priority to attributes over values.
Kata Kunci : NKRI Bersyariah, Filsafat Perdamaian, Mahatma Gandhi, Kritik