POTENSI KEKAYAAN FAUNA UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWA LIAR DI HUTAN ADAT BAYNO

ANNISA PERTIWI, Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S. Hut., M. Sc ; Prof. Dr. Ir. H. Chafid Fandeli, M. S.

2020 | Tesis | MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman dan kekayaan jenis serta mengidentifikasi status konservasi burung dan mamal dan membuat desain manajemen dan strategi pengembangan hutan adat Bayno sebagai kawasan ekowisata satwa liar. Kami mengumpulkan data komunitas satwa di hutan adat Bayno, Kampung Oyengsi (Ombrob), Distrik Nimboran dan manajemen dan strategi pengembangan kawasannya sebagai bagian dari Isyo Hills Birdwatching yang terletak di Kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Pengumpulan data komunitas burung dan mamal menggunakan metode line transect dengan mengikuti jalur alami sebagai sampling area. Kami menemukan 40 spesies burung yang terdiri dari 17 famili, 26 spesies merupakan endemik Pulau Nugini (Papua dan Papua Nugini) dan 1 spesies endemik Papua (Indonesia). Duapuluh dua spesies burung dilindungi undang-undang Indonesia, 14 spesies masuk ke dalam daftar lampiran CITES dan 1 spesies masuk dalam Daftar Merah Spesies Terancam IUCN 2020. Ditemukan juga 4 spesies mamal yang terdiri dari 3 famili, 2 spesies dilindungi undang-undang Indonesia dan 2 spesies masuk dalam Daftar Merah Spesies Terancam IUCN 2020. Untuk pengumpulan informasi manajemen dan strategi pengembangan kami menggunakan konsep pemanfaatan satwa liar berkelanjutan dalam konteks ekowisata melalui pengumpulan data sekunder dan observasi lapangan. Satwa liar dengan nilai turistik tertinggi yaitu Nuri Kabare (Psittarichas fulgidus), Nuriara Pipi-kuning (Psittaculirostris salvadorii), dan Pelandu nugini (Thylogale browni). Dengan tipe setting yang dipakai yaitu liar di alam (wild) maka diperlukan adanya pengetahuan mengenai lokasi bermain satwa maupun persembunyian untuk pengamatan serta pondok (camp). Dalam penelitian ini, penulis dan masyarakat adat berhasil membuat 1 tempat persembunyian untuk pengamatan burung dan 3 pondok yang dapat digunakan dalam aktivitas ekowisata satwa liar.

This research aims to assess the diversity of birds and mammals spesies, their conservation status and evaluate the potential of these as resources for the management and development strategy of the Bayno customary forest through sustainable wildlife ecotourism. Primary data was collected in the Bayno customary forest, located in Oyengsi (Ombrob) village in the district of Nimboran. Secondary data and observations were from Isyo Hills Birdwatching in the neighbouring district of Nimbokrang, Jayapura Regency, Papua Province and their existing management and development strategy through ecotourism. Data was collected primarily using the line transect method, following natural path as a sampling area. Fourty species of birds were observed from 17 families, 26 of which are endemic to New Guinea island and 1 endemic to Papua (Indonesia). Twenty two species observed are protected by Indonesian laws and 14 by CITES at the time of this research. One species is listed by the IUCN Redlist 2020 as Vulnerable. Four species of mammals were also observed, from 3 families. Two of these are both protected by Indonesian laws and listed as Vulnerable in the IUCN Redlist 2020. To collect data on management and development strategy, the sustainable use of wildlife concept was used in the context of ecotourism. Field observations were also used. Species with the highest touristic value are the Nuri Kabare (Psittarichas fulgidus), Nuriara Pipi-kuning (Psittaculirostris salvadorii) and the Pelandu nugini (Thylogale browni). These were assessed in the context of a wild setting, which required an information on the location and behavior of these species, and therefore effective viewability potential. During the course of this research, one hide and three camps were constructed to facilitate expeditions by ecotourists, based on the findings in this paper.

Kata Kunci : bayno, ekowisata, hutan adat, Isyo Hills Birdwatching, satwa liar.