Pemetaan Persepsi dan Aspirasi Masyarakat Terhadap Konflik Harimau Tutul (Panthera pardus) dengan Manusia di Sekitar Suaka Margasatwa Gunung Sawal
Andina Agustia Dewanti, Dr. Hero Marhaento, S.Hut., M.Si
2020 | Skripsi | S1 KEHUTANANKonflik dengan frekuensi paling tinggi antara harimau tutul dengan manusia di Indonesia terjadi di sekitar SM Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat. Tercatat ada sebanyak 38 kasus konflik sejak 2001-2016. Kasus konflik ini terjadi di 20 desa dan jumlah tertinggi terjadi di Desa Kertamandala dan Desa Cikupa. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan konflik ini adalah dengan melibatkan masyarakat, terutama yang pernah mengalami konflik sebelumnya, dalam pengelolaan konflik. Untuk menghasilkan solusi dalam pengelolaan konflik tersebut, diperlukan pemahaman persepsi masyarakat dan penjaringan aspirasi masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik konflik harimau tutul dengan manusia, persepsi masyarakat terhadap konflik, dan mengetahui aspirasi masyarakat terkait pengelolaan konflik. Penelitian ini dilakukan di Desa Kertamandala dan Desa Cikupa. Data persepsi masyarakat diukur dengan metode Q dan dianalisis dengan perangkat lunak Rstudio. Sedangkan pengambilan data karakteristik konflik dan aspirasi dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah terkena konflik secara langsung dengan total 19 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% partisipan di Desa Kertamandala dan 56% partisipan di Desa Cikupa mengalami satu kali kejadian konflik. Waktu kejadian konflik tertinggi di Desa Kertamandala yaitu pada tahun 2013 dan 2014 dan pada tahun 2018 di Desa Cikupa. Dampak konflik berupa kerugian ekonomi dan juga psikologis (pada Desa Cikupa). Tipologi sebaran konflik di kedua desa sama, yaitu mayoritas berada di daerah dekat hutan. Persepsi masyarakat yang muncul terkait konflik harimau tutul dengan manusia antara lain pentingnya menjaga kelestarian harimau tutul, penanganan konflik merupakan tanggung jawab bersama, dan masyarakat tidak menerima adanya konflik harimau tutul dengan manusia. Pada aspirasi terkait pengelolaan konflik, partisipan mengharapkan pengelola dapat menemukan cara yang efektif untuk mengelola konflik dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat serta mengharapkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan segera melaporkan konflik yang terjadi.
The highest case number of conflicts between Javan leopard and human in Indonesia happens around Mount Sawal Wildlife Reserve, Ciamis, West Java. There were 38 conflict cases since 2001-2016. Those conflicts happened in 20 villages and the highest case number located in Kertamandala and Cikupa villages. One way to overcome this conflict is to involve local community in managing this conflict, especially those who had experienced conflict before. Understanding community's perception and their aspirations towards this conflict is also necessary to produce some conflict solutions. This research's objectives are determining the characteristics of human and Javan leopard conflict, the community's perception towards the conflict, and community's aspirations for the conflict. This research was conducted in Kertamandala and Cikupa villages. Community's perception data was measured using Q method and analyzed with Rstudio. While the characteristics of conflict and community's aspirations were taken through interview by questionnaire and analyzed with qualitative descriptive method. The participants of this research are the people who had experienced conflict with total participants are 19 people. The results of this research showed that 70% participants in Kertamandala and 56% participants in Cikupa experienced one conflict occurrence. The highest conflict case number in Kertamandala happened in 2013 and 2014, while in Cikupa happened in 2018. The two villages suffered economic and also psychological losses (in Cikupa) from these conflicts. The conflict distribution typology in the two villages were similar, with the majority were happening in part of the village close to the forest. Community's perceptions of Javan leopard and human conflicts in this research are considered of "it is important to maintaining the preservation of Javan leopards", "conflict management is a shared responsibility", and "community can not accept the occurring conflicts". In terms of aspirations, participants expect conservation management can find effective ways to manage conflicts and also expected to provide community socialization regarding conflict handling. Participants also wish the community to increase wariness and give immediate report about occurring conflict.
Kata Kunci : konflik harimau tutul-manusia/human and Javan leopard conflict, persepsi/perception, SM Gunung Sawal/Mount Sawal Wildlife Reserve