Konflik kaum elite di Aceh (1873-1903)

BUSTAMAN, Prof.Dr. Kuntowijoyo, MA

2002 | Tesis | S2 Sejarah

Kajian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai konflik kaum elite di Aceh yaitu pertikaian antara para penguasa pribumi yang berbarengan dengan formasi kekuasaan Belanda di Aceh periode 1873-1903. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik yang terjadi di Aceh periode 1873-1903 disebabkan oleh lemahnya fungsi kontrol dari pusat kekuasaan sehingga terbuka peluang bagi para elite pribumi untuk bersaing dalam memperluas pengaruh dan kekuasaannya. Selain dilatarbelaklangi oleh ambisi kekuasaan dan ekonomi, konflik tersebut juga dipicu oleh faktor-faktor lain seperti dendam pribadi atau keluarga. Pada waktu yang bersamaan, Belanda datang ke Aceh dengan maksud menguasai daerah itu. Konflik internal antar para penguasa pribumi itu justeru menjadi momentum bagi Belanda untuk campur tangan ke dalam sistem kekuasaan di Aceh yang pada akhirnya dapat menguasai Aceh secara keseluruhan. Akibat konflik internal dan formzsi kekuasaan Belanda antara lain dihapuskannya kesultanan Aceh, dan para ulama dipisahkan dari struktur kekuasaan, sedangkan para uleebalang yang menandatangani Korfei Verklaring (Perjanjian Pendekj, tetap pada posisinya sebagai penguasa atau kepala pem-erintahan di daerahdaerah. maka struktur sosial masyarakat juga ikut berubah menjadi kelas sosial baru.

This study aims to clearly describe the conflict between members of the elite which coincided with the expansion of Dutch authority in Aceh from 1873- 1903. Research fingdings reveal that this 1873-1903 conflict in Aceh was cansed by a weak central authority which provided opportunity for the indigenous elites to compete for expansion of power and control. In addition to the designs for power and economic advancement, personal or familial revenge played another significant factor contributing to the conflict. At the same time of this conflict between elites, the Dutch entered Aceh with the intention to take control. In fact, it was because of this indigenious conflict, that the Dutch could intervene in the affairs of the ruling class and eventualleg dominate the region. The internal conflict and the infiltration of Ducth authority resulted in the defeat of the Acehnese Sultanat and the separation of Islamic religious teachers from the power structure. Eowever the indigenous administrators you signed the Korte Verklan'ng (short treaty) were accowed to maintain their positions as adminirtrators or district governmental leaders. The change in the structure of authority in Aceh dpring this time also resulted in a change in social stucture and the emergence of a new social class.

Kata Kunci : Sejarah Indonesia,Konflik Kaum Elit,Aceh 1873,1903,Elite, conflict, and conversion.