ADAPTASI MASYARAKAT PENGHUNI SEMPADAN SUNGAI MADIUN TERHADAP BAHAYA BANJIR

ADIP WAHYUDI, Prof. Dr. Su Ritohardoyo, M.A; Dr. Agus Joko Pitoyo, M.A

2020 | Disertasi | DOKTOR ILMU GEOGRAFI

Daerah sempadan Sungai Madiun merupakan daerah yang rawan banjir, akan tetapi masih banyaknya penduduk yang bermukim di sempadan sungai membuat kehidupannya terancam bencana banjir. Masyarakat penghuni sempadan Sungai Madiun sampai sekarang tetap tinggal di kawasan tersebut. Kondisi ini menyebabkan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik sosial-ekonomi penduduk sempadan Sungai Madiun, mengidentifikasi pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang banjir, mengetahui tingkat adaptasi masyarakat terhadap ancaman banjir, dan mengidentifikasi kearifan lokal masyarakat dalam menghadapi bahaya banjir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang bermukim di sempadan Sungai Madiun mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan yang rendah berakibat pada rendahnya tingkat pendapatan mereka yaitu dibawah Upah Minimum Kabupaten. 94% masyarakat penghuni sempadan Sungai Madiun mengaku pernah mengalami kejadian banjir, sehingga berdampak pada tingginya tingkat pengetahuan penghuni sempadan yang tinggi. Sikap masyarakat menunjukkan pandangan yang positif tentang banjir, hal ini dilihat dari tingkat persepsi masyarakat dalam terhadap banjir. Pengetahuan dan persepsi yang tinggi tentang banjir berbanding terbalik dengan tingkat adaptasi terhadap banjir masyarakat penghuni sempadan Sungai Madiun. Hal ini diketahui dari tingkat pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap banjir tidak berkorelasi dengan tingkat adaptasi. Sehingga pengetahuan dan persepsi penghuni sempadan tidak berpengaruh terhadap tingkat adaptasi. Hal yang berpengaruh terhadap tingkat adaptasi adalah lama tinggal, pendidikan, dan pendapatan. Semakin lama menempati sempadan Sungai Madiun, maka semakin kecil tingkat adaptasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan, maka semakin tinggi pula tingkat adaptasi terhadap bencana banjir. Kearifan lokal masyarakat diklasifikasikan menjadi semiotika natural, semiotika kultural dan semiotika normatif. Semiotika natural dapat diketahui dari masyarakat membaca tanda-tanda alam jika akan terjadi banjir, yaitu mendung, lama hujan dan suara kemrosak sungai yang terdengar dari sungai sampai rumah penghuni. Semiotika normatif masyarakat diketahui dari peraturan dan kesepakatan bersama untuk menjaga sungai dari ancaman pengrusakan ekosistem sungai. Semiotika kultural diketahui dari bagaimana masyarakat baik secara individu maupun berkelompok memohon perlindungan kepada Tuhan agar terhindar dari bencana banjir.

The border area of the Madiun River is flood-prone, but there are still many people who live on the border of the river making their lives threatened by flood disasters. The inhabitants of the Madiun River border remain to this day still living in the area. This condition causes the community to adapt to the river environment. The purpose of this study is to identify the socio-economic characteristics of the Madiun River border population, identify community knowledge and perceptions about flooding, find out the level of community adaptation to the threat of flooding, and identify the local wisdom of the community in dealing with flood hazards. The results showed that the socio-economic characteristics of the people living in the border of the Madiun River had a low level of education. The low level of education results in their low income level being below the District Minimum Wage. 94% of the inhabitants of the Madiun River border claim to have experienced flooding events, thus impacting on the high level of knowledge of the residents of the high border. The attitude of the community shows a positive view of flooding, this is seen from the level of community perception of flooding. High knowledge and perception about flood is inversely proportional to the level of adaptation to flooding in the inhabitants of the Madiun River border. This is known from the level of knowledge and public perception of flooding does not correlate with the level of adaptation. So that knowledge and perceptions of border residents do not affect the level of adaptation. Things that affect the level of adaptation are length of stay, education, and income. The longer it occupies the border of the Madiun River, the smaller the level of adaptation. The higher the level of education and the level of income, the higher the level of adaptation to flood disasters. The local wisdom of the community transforms into natural semiotics, cultural semiotics and normative semiotics. Natural semiotics can be known from the community reading natural signs if there will be floods, rain, and rain ravages that are heard from the river to the house of the inhabitants. Community normative semiotics which are recognized from the rules and collective agreement to request the river from the commitment to destroy the river ecosystem. Cultural semiotics It is expected that the good community in groups Ask for protection from God so that they avoid floods.

Kata Kunci : Adaptasi, Banjir, Masyarakat, Sungai Madiun