Persepsi Penyelenggara Pemilu Terhadap Faktor Penyebab Suara Tidak Sah (Studi Kasus: Surat Suara Tidak Sah Pada Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014 Di Kota Yogyakarta

ASITA WIDYASARI, Longgina Novadona Bayo, S.I.P., M.A..

2020 | Tesis | MAGISTER POLITIK DAN PEMERINTAHAN

ABSTRAK Kajian ini bertujuan meneliti faktor penyebab tingginya surat suara tidak sah dalam pemilihan presiden dan wakil presiden di Kota Yogyakarta tahun 2014. Penelitian ini melihat dari perspektif institusional melalui penyelenggara pemilu, faktor penyebab surat suara menjadi tidak sah. Hal ini penting agar hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi penyelenggaraan pemilu selanjutnya menjadi lebih baik. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus dengan teknik penelitian wawancara terstruktur untuk memahami penyebab tingginya surat suara tidak sah dalam pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014. Untuk wawancara, peneliti membatasi narasumber yang merupakan penyelenggara pemilu di tingkat Kota Yogyakarta yang menunjukkan tiga Kecamatan yang memiliki jumlah surat suara tidak sah tinggi diatas rata-rata. Peneliti menganalisa dan melakukan pemetaan terhadap penyebab surat suara tidak sah sebagai dasar untuk menjelaskan faktor-faktor apa yang menjadi penyebab surat suara tidak sah. Hasil penelitian menegaskan terdapat delapan faktor penyebab surat suara tidak sah di Kota Yogyakarta. Pertama, tingginya literasi politik pemilih; kedua, disebabkan oleh adanya protest voting; ketiga, faktor ketidaksengajaan; keempat, faktor teknis institusional; kelima, faktor ketidakpedulian terhadap sosialisasi; keenam, faktor perilaku rasional pemilih; ketujuh, faktor pengawasan lingkungan sosial; dan kedelapan, faktor kebingungan memilih. Kemudian dari kedelapan faktor tersebut tingginya literasi politik merupakan faktor penyebab surat suara tidak sah yang dominan. Literasi politik yang tinggi dari masyarakat Kota Yogyakarta memiliki kaitan dengan karakteristik sosial ekonomi yang heterogen dan pemilih memiliki pengetahuan serta kemampuan mengakses informasi. Literasi politik bukan merupakan hal yang harus dimaknai negatif oleh para penyelenggara pemilu. Pemilih tidak hanya dapat memilih namun justru sengaja menjadikan surat suaranya tidak sah karena memiliki tingkat pendidikan, pekerjaan, agama yang berpengaruh terhadap keputusan memilih, merupakan bagian dari karakteristik sosial heterogen masyarakat Kota Yogyakarta.

ABSTRACT This study aims to researching the factors causing the high number of invalid ballots in the 2014 presidential and vice presidential elections in the city of Yogyakarta. This study looks from an institutional perspective through the election implementers, the factors causing ballots to become invalid. This is important so that the results of the research can be used as recommendations for better holding of the next election. The author uses a qualitative case study approach with structured interview research techniques to understand the causes of the high number of invalid ballots in the 2014 presidential and vice presidential elections. For interviews, the researcher limits the informants who are election implementers at the Yogyakarta City level, which shows three districts that have a number of invalid ballots high above average. Researchers analyze and map the causes of invalid ballots as a basis for explaining what factors are causing the invalid ballots. The results of the study confirm that there are eight factors causing invalid ballots in the city of Yogyakarta. First, the high political literacy of voters; second, due to protest voting; third, accidental factors; fourth, institutional technical factors; fifth, the factor of indifference to socialization; sixth, the factors of rational voter behavior; seventh, social environmental monitoring factors; and eighth, confusion of choosing factor. Then from these eight factors, high political literacy is the dominant factor causing invalid ballots. The high political literacy of the people of Yogyakarta City has to do with heterogeneous socioeconomic characteristics and voters have the knowledge and ability to access information. Political literacy is not something that must be interpreted negatively by the election implementers. Voters can not only vote but instead deliberately make their ballots invalid because they have levels of education, occupation, religion that influence the decision to vote, are part of the heterogeneous social characteristics of the people of Yogyakarta City.

Kata Kunci : Kata Kunci: surat suara tidak sah, penyelenggara pemilu, pemilu presiden dan wakil presiden, literasi politik, protest voting, institusional.